Mohon tunggu...
Candrika Adhiyasa
Candrika Adhiyasa Mohon Tunggu... Guru - Orang biasa

pelamun, perokok, kurus, agak kepala batu, penikmat sastra terjemahan dan filsafat. Instagram dan Twitter @candrimen

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja di Pont Des Arts

21 Juni 2018   23:24 Diperbarui: 21 Juni 2018   23:46 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tetapi tentang cinta yang abadi. Barangkali, setelah tak bernapasnya engkau, aku akan mengajak mereka ke Perancis untuk melihat gembok-gembok yang berjejer di tepi pagar kawat jembatan Pont des Arts. Aku harus mengajari mereka secara langsung mengenai ini. Kau setuju, bukan? Tidak ... tidak perlu kaujawab pertanyaanku. Kau terlihat sudah begitu lelah. Beristirahatlah lebih dulu. Biarkan aku yang mengusap air mata anak-anak kita. Besok kami akan mengantarmu menuju rumah yang lebih indah. 

Tidak apa-apa. Tidak perlu menyesal. Rumah ini, yang sekian lama telah melindungi kita dari keputusasaan, memang akhirnya akan kita tinggalkan. Rumah kita yang sejati berada di kehidupan yang lain. Kau pergilah lebih dulu, Sayang. Aku akan segera menyusul. Masih ada saat-saat bagiku untuk merenungi beberapa hal yang sebelumnya tak sempat aku lakukan ketika berada di dekatmu. Bagaimana tidak, bola matamu selalu mampu memenuhi ruang pikiranku.

Meskipun semua manusia bisa mati, tetapi cinta dalam hati mereka pasti hidup abadi. Bukankah itu yang kita percayai? Kefanaan senja adalah raga kita, Sayang, dan cinta adalah apa yang semayam di dalam ruh keabadian.

Setelah mengantarmu ke rumah baru kita, aku akan duduk kembali di kursi beranda rumah ini. Aku, tentu saja, akan berusaha mengamati---meski dengan pandangan yang telah kabur---sisa-sisa kenangan dari warna bunga kamboja, daun-daun dan reranting yang berserakan di halaman rumah, pohon mangga yang kian mendewasa dan hendak berbuah, kolam yang telah kering bersama fosil ikan-ikan koi, dan juga gembok yang masih terkunci di tepi pagar rumah kita. 

Dan kau tahu, Sayang? Kini senja telah samar-samar menghitam. Barangkali untuk terakhir kalinya. Aku akan segera berbaring di sampingmu, untuk menikmati kehidupan indah tempat kita benar-benar bisa memahami cinta yang abadi.

 Tasikmalaya, 9 Juni 2018 -- 03.18 WIB

*Ikuti saya di Instagram @cadhiyasa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun