Mohon tunggu...
bustanol arifin
bustanol arifin Mohon Tunggu... Happy Reader | Happy Writer

Tertarik Bahas Media dan Politik | Sore Hari Bahas Cinta | Sesekali Bahas Entrepreneurship

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suara dalam Sunyi

23 Desember 2023   05:40 Diperbarui: 23 Desember 2023   06:02 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sunyi | sumber gambar: pixabay.com/sasint

Selama beberapa minggu, Eliza dan laki-laki itu menghabiskan waktu bersama. Mereka berbicara tentang musik, alam, dan kehidupan. Laki-laki itu memainkan musik untuk Eliza setiap malam, dan dia merasa bahwa suara musik itu adalah suara yang telah lama dia rindukan.

Tapi suatu hari, laki-laki itu mengatakan bahwa dia harus pergi. Dia merasa bahwa waktunya untuk melanjutkan perjalanannya dan mencari inspirasi musiknya di tempat lain. Eliza merasa sedih, tapi dia juga mengerti bahwa orang itu harus mengikuti panggilan hatinya.

Sebelum pergi, laki-laki itu memberikan Eliza alat musik kecil yang dia gunakan untuk memainkan musik. "Saya ingin Anda memiliki ini," katanya. "Sebagai kenang-kenangan dari pertemuan kita di dalam hutan."

Eliza berterima kasih dan merasa sangat bersyukur telah menemukan teman manusia pertamanya setelah bertahun-tahun hidup dalam kesunyian. Mereka berdua tahu bahwa pertemuan mereka adalah sesuatu yang istimewa, dan suara musik yang telah dia dengar akan selalu tinggal dalam ingatannya.

Setelah laki-laki itu pergi, Eliza kembali ke kehidupannya di hutan. Dia merasa bahwa hutan telah menjadi lebih hidup bagi dirinya, bukan hanya karena suara alam, tetapi juga karena suara manusia yang pernah dia dengar. Suara musik dan cerita laki-laki itu akan selalu menjadi bagian dari kehidupannya, mengingatkannya tentang keajaiban dan keindahan dalam keheningan hutan.

Namun, perasaan kerinduan terhadap suara manusia tidak pernah benar-benar hilang. Setiap kali dia duduk di bawah pohon besar di tempat mereka bertemu, dia akan merasa sesuatu yang kosong. Suara alam yang pernah mengisi hutan tampaknya sekarang memiliki celah yang tidak bisa diisi oleh suara apapun selain manusia.

Meskipun Eliza mencoba untuk kembali ke rutinitasnya, dia merasa ada sesuatu yang kurang. Dia merasa kesepian, meskipun hutan tetap penuh dengan kehidupan dan kecantikan alam. Suara burung dan sungai yang mengalir seakan-akan menjadi monoton, tanpa suara manusia yang menyala-nyala di tengahnya.

Pada suatu malam, ketika Eliza duduk di luar tendanya, dia melihat cahaya yang menyilaukan di kejauhan. Itu adalah cahaya dari sebuah kampung yang terletak beberapa mil dari hutan. Dia tidak pernah melihat cahaya itu sebelumnya, dan rasa penasaran mengambil alih.

Dengan hati yang berdebar, Eliza memutuskan untuk mengikuti cahaya itu. Dia ingin tahu apakah dia akan menemukan manusia lain yang tinggal di dekat hutan ini. Dia mengikuti cahaya itu melewati pepohonan dan melalui jalur yang belum pernah dia kenal sebelumnya.

Setelah beberapa waktu berjalan, Eliza tiba di pinggir sebuah kampung kecil yang terletak di tepi sungai. Dia bisa mendengar suara manusia, suara yang sudah begitu lama dia rindukan. Orang-orang di kampung itu sedang berkumpul di sekitar api unggun, bernyanyi, dan memainkan musik.

Eliza memperhatikan dengan takjub. Suara-suara itu adalah apa yang selama ini dia cari. Dia merasa begitu hangat dan diterima dengan tulus oleh penduduk kampung. Mereka mengundangnya untuk duduk bersama mereka, berbicara tentang hutan dan alam, dan mendengarkan ceritanya tentang kehidupan di dalam hutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun