Mohon tunggu...
Bustamin Wahid
Bustamin Wahid Mohon Tunggu... Administrasi - Nika

Bustamin Wahid ad/ Alumni Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mantan Kondektur Angkot Beasiswakan Mahasiswa Doktoral

5 April 2019   15:04 Diperbarui: 5 April 2019   15:21 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita dari tindakan-tindakan hebat yang menyelamatkan peradaban. Soal nasib manusia terus berjalan, tak henti pada satu titik. Penjelasan-penjelasan tentang perubahan substansi itu teleh dijelaskan oleh banyak ilmuan dan pemikir,  salah satunya adalah Khaldun dengan teori siklus kesejarahaan umat manusia. 

Berabat-abad lamanya telah dijelaskan,  kita tentunya terus berjalan dengan langkah progres yang manusiawi. Keyakinan begitu kuat meyakini apa yang dijelaskan,  bahkan tesis Fukuyama tentang End of History,  dikaitkan dengan jalan hidup ini pastinya tak berlaku, karena manusia progres tentu tak bernasib sama seperti umat yang bermalas-malasan. 

Semangat dan relitas dari gagasan-gagasan besar diatas telah dilakukan oleh seorang lekai bernama Samaun Dahlan  (SD).  Dimasa kecil dia harus sedikit merelakan masa permainan bersama anak-anak sebayanya.  Satu cara adalah menjadi kondektur angkot di kampung halamannya. 

Berfikir dan berjuang adalah cara yang tepat, tentu disandar pada keyakinan tinggi. Dari rasa dan sejarah panjang yang demikian sulit penuh perjuangan,  difase kesuksesnya dia (Samaun Dahalan)  banyak membantu pengembangan pendidikan.

Pendidikan dan kreatifitas nyata adalah salah satu jawaban untuk masa depan,  ruang dimana peradaban umat manusia begitu cepat, maka pendidikan bagain dari jawaba untuk mengisi agenda kemanusiaan.  

Dari sekian banyak generasi yang di pondok, hingga mahasiswa doktoral yang hanya bermodalan WA telah dia (Samaun Dahlan)  hadirkan kebijaksanaan itu tanpa administrasi yang panjang.  Sekian perbuatan baiknya telah dilupakan begitu saja, tanpa harus bertanya-tanya tentang slip pembayaraan (bukti)  dikalanya negara. Dia pun tak pernah menjadi perente citra diri yang kemudian siap dikompanyekan persis dekorasi. 

Catatan ini begitu subjektif penulis tentang kebaikan seorang mantan kondektur angkot. Kesadaran begitu kuat menuntaskan harapan orang-orang yang pantas dibijaki. 

Ruang-ruang do,a telah ditempu pada ketinggian marifat sebagai jawaban atas kebaikan-kebaikanya. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun