Mohon tunggu...
Yan Okhtavianus Kalampung
Yan Okhtavianus Kalampung Mohon Tunggu... Penulis - Narablog, Akademisi, Peneliti.

Di sini saya menuangkan berbagai pikiran mengenai proses menulis akademik, diskusi berbagai buku serta cerita mengenai film dan lokasi menarik bagi saya.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perjalanan Studi Doktoral: Konteks Studi S3 di Inggris

22 Maret 2024   06:45 Diperbarui: 22 Maret 2024   06:52 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Ini merupakan lanjutan dari kisah perjalanan studi doktoral saya. Untuk membaca bagian sebelumnya lihat di sini)

Sebelum saya lanjut dengan kisah keluarga kami, rasanya lebih baik saya sedikit menjelaskan terlebih dahulu, sistem program PhD yang saya lalui. Karena sistem itu berpengaruh besar pada kesehatan mental saya.

Tidak ada orang yang memberi tahu saya sebelumnya. Dan rasanya (belum saya teliti), Indonesia punya sistem doktoral yang berbeda. 

Karena itu, kesan saya ketika berinteraksi dengan para mahasiswa Doktoral di Indonesia, membuat saya punya gambaran yang sangat berbeda dengan yang saya jalani di PhD ini.

Saya memulai studi dengan mencari calon supervisor, barangkali bisa diartikan pembimbing, tapi sebenarnya bukan pembimbing dalam arti di Indonesia. Supervisor BUKAN GURU. Ini penting. Nanti saya jelaskan.

Setelah mendapat calon supervisor, saya mendaftar secara formal dengan berbagai berkas yang dibutuhkan. 

Dan akhirnya saya diundang wawancara online oleh calon supervisor tersebut dan kepala program studi (kalau di Indonesia). Singkatnya saya diterima, semua indah. Mungkin saya akan tulis secara khusus soal ini.

Program studi saya namanya School of Philosophy, Religion and History of Science. Sesuai namanya, walau saya akhirnya menjalani studi PhD in Theology and Religious Studies, tapi program ini semata berdasar riset dan tidak semata-mata untuk Gereja seperti pendidikan yang saya jalani semua. Programnya akademik sepenuhnya. 

Mungkin ini dasar yang membedakan dengan sebagian program Doktoral Teologi di Indonesia.

Waktu mencari supervisor dan melamar ke kampus, saya sudah memiliki proposal penelitian yang menurut saya sudah wow. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun