Mohon tunggu...
burex al-ghazaly
burex al-ghazaly Mohon Tunggu...

burex alighazaly (baharudin) lahir di sebuah dusun terpencil di lombok tengah, tepatnya dusun mengkoneng pada tanggal 06 Juni 1987 M

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Orang Sasak Mulai Kritis Sejak Dahulu Kala

19 Mei 2014   07:50 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:23 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tidak dinamakan orang sasak jika mereka yang “badok dan ngongok”. Dalam bahasa Indonesia “badok” dapat diartikan “sikap yang ditonjolkan seseorang hanya berdiam tak berbuah makna apa-apa”. Sedangkan “ngongok” dapat dartikan “sikap yang ditonjolkan seseorang yang tidak cepat menangkap sesuatu yang dibicarakan orang lain/lawan bicara, atau tidak respoundshif”.


Adalah sesuatu yang lumrah memang bagi setiap manusia jika mereka memiliki tingkat kemampuan intelektual yang berbeda, diantara mereka ada yang bodoh, ada pula yang cerdas, ada yang setengah bodoh, setengah cerdas, bahkan ada juga diantarakita yang tidak tahu apakah dirinya bodoh atau cerdas, mereka itulah manusia yang gila, karena akalnya sudah tidak berpungsi secara normal.


Terletak pada akal sehat, lalu kemudian manusia selalu menggunakan akalnya untuk mencaritahu tentang KEBENARAN, dan KEBENARAN terhadap setiap apapaun tentunya manusia memperolehnya melalui pemikiran dan pengkajian yang kritis dan mendalam bermodal ilmu pengetahuan. Seseorang yang “badok” tadinya, mereka tidak pernah belajar ilmu pengetahuan, apalagi sampai mereka mau tahu dan berpikir tentang KEBENARAN tersebut, saking “badoknya” merekapun ternggelam dalam suasana avatis hingga berujung pada penyesalan semata.


Karena “badok dan ngongok” merupakan sikap seseorang yang terlahir dari sifat tidak kritis, maka jauh masa sebelumnya orang sasakpun memperingati anak cucu mereka agar selalu kritis dalam mencari KEBENARAN dari setiap perso’alan.


Lewat salah satu lirik Pantun orang sasak sendiri tersirat sebuah kata “pelisak bawon batu, lamung’k ndek gitak ndek’h sadu”. Bait pantun tersebut sebetulnya bertujuan agar bisa dimaknai sebagai kata-kata motivasi dari orang sasak tempo dulu, mengingat agar anak cucu mereka di masa yang akan datang tidak cepat terjebak, terjajah oleh kondisi atau peristiwa apapun. Artinya, orang sasak sendiri tidak cepat mengkalim sebuah kebenaran jika bersumber dari sebuah opini, sekalipun orang sasak jago membuat opini alias “bekanak bin ngerumpi”. Orang sasakpun baru akan mengkalim sesuatu itu benar/salah apabila ia melihat, mendengar dengan mata dan telinganya sendiri. Itulah makna dari bait pantun yang telah disebutkan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun