Mohon tunggu...
Moh MasykurKasyafi
Moh MasykurKasyafi Mohon Tunggu... Mahasiswa S1 Desain Produk Universitas Dinamika Surabaya

Wong Asor beristiqomah dalam In Omnia Paratus. Anggota Gerakan Peduli Sosial Universitas Dinamika 2022-2024. Ketua Umum UKKI Universitas Dinamika 2023-2024. Kader GMNI FISIP UWKS | Contact : kasyafimasykur162@gmail.com | MERDEKA!!!!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Berdialektika dengan Tuhan

10 Februari 2025   12:28 Diperbarui: 10 Februari 2025   12:58 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin kita bisa menemukan kebijaksanaan sejati melalui ucapan seorang teman yang dilontarkan secara kebetulan atau dalam lirik-lirik lagu yang kita dengar di YouTube atau melalui kata-kata di papan iklan raksasa dibelokan jalan atau dari suara berbisik di dalam kepala kita. 

Coba ganti kata "kebijaksanaan sejati" dalam kalimat diatas dengan kata "Tuhan", dan kita akan mengerti dengan cara apa percakapan kita dengan Tuhan berlangsung. Tuhan tidak pernah sekalipun berhenti memberikan inspirasi pada umat manusia. Dan inspirasi itu dikirimkan pada kita melalui pesan-pesan dan gagasan, pikiran, maupun lirik-lirik lagu. 

Dalam hidupku sendiri, percakapan-percakapan dengan Tuhan paling sering mengambil bentuk berupa pikiran-pikiran yang memenuhi benak saya, terutama kalau aku sedang meminta pertolongan untuk menjawab perataan serius dan saat aku bersedia menghentikan hati dan pikiran untuk mendengar jawabannya. Tuhan "berbicara" padaku dalam suara yang tidak mirip suara siapapun. Aku menyebutnya "suara tanpa suara, aksara tanpa aksara", seperti? suara dan aksara dari pikiran-pikiran kita sendiri. 

Kalian mungkin akan berkata, " wah, yang kamu dengar itu suara dari pikiran-pikiran kamu sendiri. Kenapa kamu bisa bilang ini suara dan aksara Tuhan?". Pertanyaan kalian masuk akal. Ketika pertanyaan itu saya sampaikan pada Tuhan, inilah jawaban yang saya dengar. 

Syafi, kalau Aku hendak berkomunikasi denganmu, bagaimana lagi caranya kalau bukan dengan “memasukan pikiran-pikiran kedalam kepalamu”? Bukankah itu salah satu cara yang paling efektif?

Ketika dalam kepala Presiden “muncul-muncul pikiran” tentang cara mengatur negara, tidakkah dikatakan bahwa dia “mendapatkan inspirasi” dari Tuhan? 

Ketika di kepala ilmuwan Pesawat (Prof.BJ Habibie) “muncul pikiran-pikiran” tentang menciptakan pesawat, tidakkah dikatakan bahwa dia “mendapatkan inspirasi” dari Tuhan? 

Ketika di kepala Bapak Tan Malaka “muncul pikiran-pikiran” tentang kebebasan, tidakkah dikatakan bahwa dia ”mendapatkan inspirasi” dari Tuhan untuk menulis deklarasi tentang “kebebasan satu negara dibawah satu Tuhan"? 

Kalian pikir bagaimana caranya aku berkomunikasi dengan manusia kalau bukan dengan memasukkan “pikiran-pikiran kedalam kepala mereka”? Apa kalian kira Aku bakal muncul didepan pintu rumah mereka dalam jubah putih, lalu menyodorkan perkamen pada mereka? Atau kalian membayangkan Aku muncul dalam awan-awan diatas tempat tidur mereka, lalu mengumandangkan kearifanKu dengan suara menggelegar? Apa cara seperti itu lebih menyakinkan mu? 

Begitukah pendapatmu? Bahwa semakin ajaib caranya berarti semakin menyakinkan atau bisa dipercaya? 

Dengar ya: Aku datang pada manusia dengan cara yang paling biasa. Ini kulakukan demi alasan yang sangat penting. Aku ingin dipercaya. Tapi kalian tetap saja tidak percaya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun