Teori ini mengandaikan bahwa Indonesia kini sudah dianggap sebagai ancaman besar oleh negara-negara kuat di Asia. PSSI disebut-sebut sebagai korban manipulasi agar Indonesia tidak menggangu dominasi Bahrain atau Arab Saudi dalam memperebutkan jatah tiket ke Piala Dunia.
Namun, teori semacam ini tidak didukung fakta. Tidak ada dokumen, kesaksian, atau bahkan indikasi kuat bahwa PSSI ditekan oleh pihak asing. Justru yang ada hanyalah prasangka negatif terhadap Bahrain, PSSI, dan Ketua Umumnya, Erick Thohir.
Presiden AFC yang berasal dari Bahrain pun ikut dituding punya andil dalam teori ini. Namun, lagi-lagi, tidak ada bukti.
Menariknya, performa Bahrain sendiri cukup fluktuatif di babak kualifikasi. Tidak menggambarkan adanya bantuan istimewa dari pihak luar.
Versi Mafia Sepak Bola
Selain versi “uang Arab”, ada pula narasi lain: konspirasi dari mafia sepak bola dalam negeri. Dalam versi ini, pemecatan STY dianggap sebagai bagian dari upaya menggulingkan Erick Thohir dan mengambil alih kendali PSSI.
Menurut teori ini, mafia ingin kembali menguasai federasi seperti masa lalu. Maka performa timnas sengaja “dijatuhkan”, agar Ketua Umum beserta jajarannya mendapat tekanan dan akhirnya lengser.
Narasi ini juga bukan hal baru. Setiap ada kericuhan dalam timnas, khususnya yang menyangkut posisi Shin Tae-yong, isu mafia selalu diangkat. STY diposisikan sebagai sosok pelatih bersih, yang tegas menolak praktik penitipan pemain.
Namun, benarkah sepanjang masa jabatannya STY bersih dari titipan?
Nyatanya, ada satu pemain yang selalu dipanggil Coach Shin meskipun di klubnya jarang bermain. Pemain tersebut baru tidak lagi masuk skuad timnas setelah Kongres Luar Biasa PSSI pada Februari 2023.
Kebetulan yang sangat menariknya adalah, pemain tersebut merupakan menantu dari salah satu pengurus lama. Sulit untuk percaya jika pemanggilan si pemain bukan karena pengaruh mertuanya yang seorang pembesar PSSI.
Artinya, bahkan di era STY pun praktik titipan bisa saja terjadi. Tidak mutlak bersih seperti yang banyak digembar-gemborkan. Ini saja sudah cukup untuk meruntuhkan narasi bahwa mafia tidak bisa menembus benteng pelatih asal Korea Selatan itu.