Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Kolektor

Pernah kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsrat Manado

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengintip Cita-cita Wakil Rakyat

15 Februari 2021   12:51 Diperbarui: 16 Februari 2021   08:02 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung wakil rakyat (Dok Hariansinggalang.co.id)

Mengintip Sidang Paripurna atau Rapat Dengar Pendapat (RDP) seperti ada pesan Wakil rakyat kita beranggapan kalau tempat tidur paling enak itu bukan kasur. Melainkan kemewahan dan kenyamanan gedung DPR. Cita-cita mensejahterakan rakyat menjadi bergeser. Mereka berbondong-bondong menjaga kursi kekuasaanya.

Menurut Joseph Schumpeter, seorang Ilmuan Politik Amerika, politik mengajarkan bahwa tugas politisi sesungguhnya melaksanakan kehendak rakyat. Nyatanya, yang terjadi mereka hanya mementinkan dirinya sendiri. Bukan tuduhan, melainkan realitas hari ini menggambarkan itu.

Terlebih berkaitan dengan upaya para wakil rakyat melanggengkan kekuasaannya. Setelah satu periode, mereka meminta lagi dua periode, tiga periode, empat periode dan seterusnya. Wakil rakyat ini lupa bahwasanya dalam politik juga dibutuhkan regenerasi. Kaderisasi di panggung politik diperlukan.

Belum melandai obsesi politik para politisi untuk secukupnya menguasai panggung. Malah mereka bangga dan sombong, merasa mampu bertahan dua, tiga kali, atau empat dan lima kali menjadi wakil rakyat berturut-turut. Mereka telah menutup kesempatan bagi anak bangsa lainnya yang ingin mengabdi untuk Indonesia.

 Kiprah para wakil rakyat sampai menuju dan mendapatkan kursi di Parlemen tidaklah mudah. Banyak tabungan uang mereka korbankan. Ada yang salah dalam kebiasaan praktek politik kita. Bahkan sampai Miliaran rupiah dikeluarkan Caleg untuk mendapatkan posisi kursi wakil rakyat.

Hal itulah yang membuat orientasi dan pemikiran politisi kita begitu materialistik. Setelah mendapatkan kekuasaan pasti yang ditargetkannya adalah mengembalikan total uang yang dikeluarkan itu. Ditambah lagi mentalitas politisi kita yang ikut melestarikan 'budaya politik' uang. Patahlah pilar demokrasi kita.

Bagi politisi, sekarang teman besok musuh, besoknya lagi berteman (koalisi) itu hal biasa. Sebab itulah, ucapan dan janji-janji politisi jangan mudah dipercaya rakyat. Untuk ukuran komitmen, politisi bisa longgar, fleksibel memaknai itu. Bergantung kepentingan. Wakil rakyat dari tugas membuat regulasi juga perlu dimaksimalkan.

Tak boleh memandang membuat undang-undang sekedar mendapatkan uang lebih darisitu. Pandangan itu harus dirubah total. Buatlah regulasi yang futurtistik atau visioner. Jangan pembahasan undang-undang sekedar menjadi ladang proyek bagi wakil rakyat. Ingat rakyat, ingat masa depan Indonesia. Kalian juga akan tercatat dalam sejarah ini.

Akan dikutuk dan dicaci-maki bila tidak efektif melakukan tugas sebagai wakil rakyat. Wakil rakyat harus menanamkan niatnya mengambdi 100 persen bagi rakyat. Tidak perlu sibuk memperkaya diri terus-menerus. Amanah yang diberikan rakyat itu akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah SWT.

Wakil rakyat jangan hanya bercita-cita memperpanjang periodesasinya. Melainkan harus berfikir bekerja ekstra dan total untuk rakyat. Menjadi produktif, garang terhadap pemerintah yang menginjak-injak hak rakyat. Pemerintah yang kebijakannya memberatkan rakyat harus 'diterkam'. Dimarahi wakil rakyat. Bukan segudang apresiasi, puji-pujian diberikan wakil rakyat kepada pemerintah.

Bekerja membela kepentingan rakyatpun. Sebagian wakil rakyat bermain kompromis. Takut 'menggonggong' pemerintah. Kawin-mawin kepentingan secara illegal dan diam-diam mereka mainkan. Enegrinya difungsikan betul untuk bagi-bagi jatah proyek. Sekali lagi muaranya untuk menampung kekayaan. Menyenangkan diri sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun