Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Kolektor

Pernah kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsrat Manado

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kabinet Indonesia Maju di Tengah Kegelisahan dan Harapan

29 Oktober 2019   17:35 Diperbarui: 29 Oktober 2019   19:33 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kabinet Indonesia Maju

Jangan hanya main mendaur ulang metode penyelesaian masalah yang bersifat klasik. Silahkan berpikir keras melahirkan solusi terbaik dalam mengurai ragam masalah rakyat. Memang benar ungkapan pribahasa, lebih baik melakukan daripada tidak sama sekali.

Dari semangat itu, maka pemerintah harus melahirkan partisipasi publik. Karena dengan kerja bersama, beban dan problem berat akan menjadi ringan. Mudah diselesaikan, jangan lagi para Menteri memposisikan rakyat sebagai objek. 

Pola mengembangkan partisipasi paling relevan yaitu pemerintah menempatkan rakyat sebagai subyek. Agar tumbuh aktivitas dialogis dan interaktif. Pada konteks memerangi radikalisme, kita berharap Menteri Agama tidak sekedar menjalankan tugasnya secara sempit.  

Siapa Terpapar Radikalisme? 

Kampanye melawan radikalisme, oke-oke saja. Asalkan jangan membabi-buta. Pemerintah tak boleh menyebar tuduhan. Mempolitisasi pergerakan keagamaan sebagai objek untuk dicurigai. Untuk kepentingan itu, indikator pemerintah harus benar. Kemudian, disampaikan transparan.

Kecemasan publik akan mengemuka. Jika tuduhan terpapar radikalisme hanya bersifat liar. Cenderung menggeneralisir. Ketika radikalisme tidak dicarikan solusi yang tepat, akan merisaukan rakyat. Bahkan merobek-robek kerekunan akhirnya. Melahirkan rasa saling curiga ditengah rakyat.

Menteri agama kita berharap terus membaca lagi sejarah secara menyeluruh. Ini dimaksudkan agar dalam menjalankan tugasnya, ia tidak gampang mengeluarkan tudingan. Jangan cepat-cepat membangun citra bahwa seolah-olah ada agama tertentu yang intoleran. 

Menteri bertugas membangun kebersamaan. Berhenti mengembangkan narasi yang berujung memecah-belah parsatuan rakyat.  Kementerian agama itu membangun moralitas bangsa. Membangun keberagamaan kearah yang konstruktif. 

Merawat kerukunan, mengarahkan rakyat agar tetap toleran. Meningkatkan kualitas pendidikan keagamaan. Bukan monoton Kementerian ini memerangi radikalisme. Boleh jadi akan mengalami bias. 

Kalau mengalami bias dalam implementasi tugas. Hal itu berdampak kerja Kementerian mengalami tumpang-tindih. Seperti itu pula untuk Kementerian lainnya agar berkerja sesuai tupoksi. Tantangan yang cukup berat juga kita berharap bisa diantisipasi Nadiem Makarim yang menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. 

Atas kerja sinergis, kita meminta para Menteri mengedepankan prestasinya. Mereka wajib produktif. Bukan memperlihatkan saling adu statemen. Jangan ada lagi ego sektoral. Semua parameter digunakan dengan menerjemahkan narasi besar Presiden Joko Widodo. [*]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun