Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Kolektor

Pernah kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsrat Manado

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Politik Konspirasi ala Presiden Jokowi

22 Oktober 2019   09:22 Diperbarui: 22 Oktober 2019   16:44 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Jokowi (FOTO Ist)

Tak ada kebahagiaan dan sakit hati abadi. Semua menjadi begitu fluktuatif. Sebetulnya politisi kita harus membuat demokrasi kita makin bergairah. Jalannya adalah menghidupkan oposisi, jangan semua maunya berkoalisi.

Kita nantikan saja, apakah Nasdem dan ada parpol lain yang akan menemani PKS dalam jalan oposisi?. Setelah pelantikan Kabinet baru akan terbukti semuanya. Dalam politik kalau tak nyaman berkompromi, berarti mengambil jalan konfrontasi.

Politik konspirasi ala Jokowi harus dibaca secara lengkap. Kalau demi kepentingan Nasional, wajar kita beri dukungan. Dimana langkah yang dilakukan meminimalisir riak-riak. Kubu yang berselisih dengannya telah diajak bekerja bersama. Diajak menjadi pembantunya.

Meski begitu, Jokowi tak boleh berpuas diri. Tanggung jawab paling penting yaitu mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Apalah gunanya politik akomodasi dilakukan, lalu pemerintah kerjanya hanya mengamankan elit, dan masyarakat dibiarkan kelaparan. Miskin melarat dan BPJS mahal.

Dan sejumlah masalah belum selesai. Nyaris tak ada nilainya sama sekali, bila faktanya masyarakat masih terabaikan. Melalui strategi politik rekonsiliasi juga Jokowi tentu menghindari politik adu domba. Kita berharap yang dilakukan Jokowi bukan atas dasar desakan atau tekanan dari mana pun.

Terlihat Presiden Jokowi lebih banyak menggunakan prinsip jika kita bisa merangkul musuh kita sendiri, maka setengah perjalanan sukses telah kita lalu. Hal itu kiranya relevan dengan cara-cara pendekatan politik yang dilakukan terhadap Prabowo saat ini.

Membaca pikiran Jenderal Tingkok, Sun Tzu bahwa pertempuran dan menaklukkan musuh bukanlah kehebatan paling tinggi. Kehebatan tertinggi terjadi ketika anda mampu menghentikan musuh tanpa perlawanan. Bisa jadi, ini jalan sunyi yang ditempuh Jokowi setelah menang Pemilu.

Sementara Prabowo mulai terbuka dalam menerima hasil kompetisi. Bagi Prabowo ia tidak akan menang bila dirinya masih terus mengingat semua kekalahan. Tentu semua komunikasi dibangun bukan tanpa kepentingan yang menghubungkannya. Seperti itulah politik yang penuh intrik. Jokowi dan Prabowo sebetulnya belum benar-benar aman. 

Presiden Jokowi dan Prabowo akhirnya tiba pada kesimpulan, mereka harus bersekongkol (konspirasi). Atas nama kepentingan rakyat Indonesia, perang kepentingan disudahi. Politik konspirasi ala Jokowi akan terus tumbuh. Bisa jadi setelah Parbowo dalam 'jebakan', Jokowi akan melakukan reshuffle Menteri satu dua tahun kedepannya.

Kita tidak tahu sesungguhnya apa kesepakatan politik mereka. Untuk konteks pengalaman, memang Jokowi juga patut diwaspadai. Terbukti Anies Baswedan yang dulu menjadi Jubir Jokowi JK saat kampenye, tak lama jadi Menteri. Setelahnya diganti ditengah jalan. Selamat melakukan rekonsiliasi ditengah-tengah rasa saling menjaga. 

Kita berharap tidak ada praktek 'membunuh' dalam pelukan. Biarkan dua tokoh bangsa ini akrab, merayakan kebersamaan. Itu juga kalau benar-benar mereka berdamai, maka pertikaian kepentingan masing-masing kubu akan berhenti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun