Cashless Society dalam Konteks Ekonomi Makro dan Kebijakan Publik
Perkembangan cashless society di Indonesia tidak hanya mengubah cara masyarakat bertransaksi, tetapi juga memberi dampak langsung pada ekonomi makro. Dengan meningkatnya penggunaan uang elektronik dan sistem pembayaran digital, pemerintah memperoleh basis pajak yang lebih luas sekaligus transparansi dalam arus transaksi. Hal ini penting karena pendapatan pajak merupakan salah satu pilar utama dalam menjaga stabilitas fiskal negara.
Dalam konteks kebijakan publik, sistem pembayaran digital mempermudah pemerintah menjalankan fungsi alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Dana bantuan sosial dapat disalurkan lebih tepat sasaran melalui transfer digital, penerimaan negara lebih terjamin karena minim kebocoran, dan pengendalian inflasi lebih efektif berkat data transaksi yang tercatat secara real time. Dengan kata lain, cashless society menjadi instrumen penting dalam memperkuat efektivitas kebijakan fiskal maupun moneter.
Meski begitu, tantangan masih ada, terutama terkait inklusi keuangan dan kesenjangan infrastruktur. Tidak semua masyarakat memiliki akses ke layanan digital, sehingga potensi ketimpangan bisa muncul. Oleh karena itu, pemerintah bersama otoritas keuangan perlu memastikan bahwa transisi menuju cashless society disertai literasi keuangan, penguatan regulasi, serta pembangunan infrastruktur digital yang merata. Dengan pendekatan ini, cashless society tidak hanya menjadi tren, melainkan bagian dari strategi besar dalam menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional.
Dampak Cashless Society terhadap Paradigma Baru Manajemen Keuangan
Di era digital, cashless society atau masyarakat tanpa uang tunai semakin berkembang pesat, terutama di kalangan Gen Z dan milenial. Transaksi melalui e-wallet, aplikasi pembayaran, hingga platform investasi digital membuat gaya hidup masyarakat berubah signifikan. Tak hanya sekadar mempermudah pembayaran, fenomena ini juga mendefinisikan ulang cara orang mengelola keuangan, dari yang sebelumnya manual kini beralih ke sistem digital yang lebih praktis.
Dampaknya, manajemen keuangan ikut mengalami transformasi. Masyarakat kini bisa lebih mudah mencatat pengeluaran, menyusun anggaran, hingga berinvestasi secara online. Namun, hal ini juga menuntut adanya literasi keuangan yang baik agar orang tidak hanya konsumtif, tetapi juga bijak dalam mengatur uang. Di sisi lain, faktor keamanan data dan kesenjangan akses internet di daerah tertentu masih menjadi tantangan yang perlu diperhatikan. Agar cashless society benar-benar membawa manfaat, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, penyedia layanan keuangan digital, dan masyarakat. Edukasi literasi keuangan, peningkatan infrastruktur, serta jaminan keamanan data menjadi kunci. Dengan begitu, masyarakat tanpa uang tunai tidak hanya menjadi tren, tetapi juga fondasi kuat bagi manajemen keuangan modern yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Secara keseluruhan, cashless society sebagai fenomena yang semakin mendominasi transaksi di era digital bukan hanya sekadar pergeseran metode pembayaran, tetapi juga transformasi mendasar dalam manajemen keuangan. Peralihan dari sistem tunai ke non-tunai membawa keuntungan signifikan, seperti peningkatan efisiensi, keamanan yang lebih baik, dan aksesibilitas yang lebih luas terhadap layanan keuangan. Namun, tantangan seperti rendahnya literasi keuangan, kepercayaan terhadap teknologi, dan fenomena digital divide tetap perlu dihadapi.Â
Penulis : Bunga Larassati Cahya Saputri, Dewi Mustikaning Tiyas, Sania Zahara Salsabila, Erika Nanda Safitri
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI