Tigi dan Tigo sama-sama terkejut! Mereka segera berlari keluar.
“Ibu mengaum keras! Itu tandanya kita harus segera berlari ke tempat perlindungan!” kata Tigi sambil berlari kencang.
Dengan terpaksa Tigo bangun dan berlari mengikuti Tigi. Dia tertinggal jauh di belakang Tigi. Tigo nampak terengah-engah dan kesulitan berlari karena badannya sangat gemuk.
“Tigi, tunggu aku dong!” teriak Tigo memohon.
“Ayo Tigo, cepat sedikit! Sudah hampir sampai!” balas Tigi dari depan.
Akhirnya sampailah mereka berdua di balik batu besar yang disebut tempat perlindungan. Kedua harimau cilik itu masih terengah-engah saat ibu mereka muncul dari belakang batu.
“Nah! Kena deh! Akhirnya Tigo belajar berlari juga!” kata Ibu sambil terkekeh.
“Hah! Aku dikerjain Ibu ya?” balas Tigo sambil menyerudukkan kepala mungilnya pada perut ibu dengan kesal.
“Maafkan Ibu ya, Ibu sudah kehabisan cara untuk membuatmu semangat belajar!” kata Ibu menahan tawa sambil menggelitik tubuh Tigo yang gempal dan menggemaskan.
“Kamu tertinggal jauh dari Tigi kan, artinya kamu harus banyak belajar berlari. Coba kalau tadi itu benar-benar ada bahaya, apa jadinya nanti!” ulas Ibu sambil menjilat lembut wajah Tigo yang penuh keringat.
“Kalian berdua harus rajin belajar, agar siap menghadapi situasi apapun, oke?” lanjut Ibu, lembut tapi tegas.