Mohon tunggu...
diah rofika
diah rofika Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Lahir di Jepara sehingga sangat mengidolakan RA Kartini. selepas kuliah terjun di bidang pemberdayaan perempuan dan pendampingan perempuan korban kekerasan serta penghapusan pekerja anak. aktif menulis sastra dengan topik perempuan baik itu cerpen, puisi ataupun novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dulkapid Kena Batunya

17 Maret 2013   20:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:36 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Wajah Juminten tiba-tiba terlihat panik, pasalnya Dulkapid salah seorang pelanggan setianya yang sekaligus menjadi pelanggan paling istimewa di warungnya, pagi-pagi sudah mengiriminya sms dan mengajaknya untuk meeting. Tahu kan maksudnya apa kalau Dulkapid yang mengajak meeting? Tentu bukan mengajak untuk membahas soal kemacetan lalu lintas yang semakin parah. Atau hujan dan banjir yang akhir-akhir ini sering melanda ibu kota dan sekitarnya, yang mendatangkan banyak kerugian bagi seluruh warganya karena laju perekonomian menjadi terhambat gara-gara para pelaku bisnisnya terhadang oleh banjir dan macet. Sehingga banyak sekali transaksi yang gagal dilakukan. Bukan juga mengajak untuk membahas soal gempa yang sering terjadi di beberapa wilayah kita. Seperti yang pernah terjadi di Aceh dan kepulauan Mentawai di Sumatra Barat yang memicu terjadinya gelombang tsunami yang tingginya mencapai puluhan meter dan telah meluluhlantakkan pemukiman penduduk, menghilangkan ribuan nyawa orang. Apalagi mengajak untuk membahas wedus gembel yang tiap berapa tahun sekali pasti menyembur dari perut sang merapi, membakar apa saja yang ada di sekitarnya termasuk hewan ternak dan bahkan juru kuncinya yang setia. Padahal Dulkapid ini konon kabarnya masih family jauhnya sang juru kunci merapi itu. Bukan, Dulkapid nggak mungkin mengajak meeting Juminten hanya untuk membahas masalah-masalah yang dianggapnya nggak penting itu. Karena apapun bencananya, dana untuk menanggulangi bencana itu tidak akan mengurangi gaji dan tunjangan yang tiap bulan dia dapatkan sebagai seorang pejabat. Jadi dia tidak perlu khawatir jika bencana terjadi di mana-mana. Otak Dulkapid tercipta bukan untuk memikirkan hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan rakyat melainkan hanya untuk berfikir bagaimana dia harus memenuhi hasrat cucakrowo peliharaannya yang setiap hari maunya dikasih minum susu murni cap nona itu. Itu sudah menjadi hobby yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja meskipun dia sudah disumpah di bawah kitab suci bahwa dia akan menjaga sikap, tingkah laku dan kehormatannya sebagai wakil rakyat. Sebenarnya hobby mengejar kesenangan duniawi ini pulalah yang dulu melandasi niatnya untuk mencalonkan diri menjadi wakil rakyat. Dengan gaya gedebas-gedebus, sogok sana dan sodok sini serta berbekal semburan aji pemikat dari salah seorang dukun terkenal di sebuah desa yang bersebelahan dengan desa salah satu pendukungnya plus aji-aji lain yang bisa meningkatkan ketrampilannya untuk meyakinkan rakyat akhirnya terpilihlah Dulkapid dengan angka perolehan suara yang sangat tinggi dibandingkan lawan-lawannya. Sekarang dengan jabatannya itu, Dulkapid bisa lebih leluasa menyalurkan hobbynya itu. Mulai dari penyanyi caffe sampai dengan selebrity paling ngetop bisa dia dapatkan dengan cara mudah. Di bantu oleh dukun yang juga mata duitan seperti dirinya, Dulkapid bisa berbuat apapun tanpa ada yang bisa mencegah atau menghalanginya. Sopir pribadinya pun seperti kerbau yang ditusuk hidungnya, mau mengantar kemanapun dia minta dan tanpa diperintahkan oleh sang majikan, ia menutup rapat-rapat mulutnya jika ada yang bertanya kepadanya seputar kegiatan sang majikan. termasuk kepada istri majikannya.

“Aduuuh... piye tho iki, mas Dulkapid ngajak meeting kok pagi-pagi begini tho yo. Aku kan masih punya pelanggan yang harus aku layani di sini, keluh Juminten setelah membaca sms dari Dulkapid. Apalagi pelanggan baru Juminten pagi ini tidak kalah okenya dengan Dulkapid. Kalau dalam dunia perikanan, ya sama-sama kelas kakaplah. Perempuan yang kerjanya berpindah-pindah dari satu kamar hotel ke kamar hotel yang lain inipun lalu memutar otak berusaha mencari alasan yang  tepat untuk menunda acara meetingnya dengan Dulkapid. Setali tiga uang dengan Dulkapid, Juminten ini dikenal sebagai PPT. Bukan para pencari Tuhan seperti salah satu judul sinetron yang tayang di televisi saat bulan ramadhan lho. PPT yang ini adalah perempuan pencari tuan. Tuan yang berkantong tebal tentunya, nggak perduli meskipun tampangnya macam Dulkapid yang kalau disandingkan dengan Budi Anduk saja bedanya laksana langit dan bumi. Masih cakepan Budi Anduk maksudnya.

DK: “Gimana dik, bisa kan kita meeting pagi ini?” aku sudah bener-bener pengen meeting nih dik.

JM: “Kalau nanti siang saja gimana mas? Aku masih di salon nih, luluran dulu biar nanti meetingnya lebih fresh”, balas Juminten berbohong. Kalau sampai Dulkapid tahu dirinya masih melayani pelanggan lain, subsidi bulanannya dari Dulkapid bisa dicabut.

DK: “Apa nggak bisa dipercepat lulurannya tho dik? Aku bisa garing nih nunggu kamu”

JM: “Antri mas..... sebentar lagi juga selesai, sabar ya sayang”


DK: “Kasih saja tip yang gede ke pemilik salonnya dik, biar kamu dilayani lebih dulu”

JM: Nggak bisa mas, ini kan salon bukan kantor pengadilan atau kantor para anggota dewan. Mana bisa pegawai salon disogok, mereka lebih mengutamakan pelayanan nggak pandang apakah pelanggannya itu berduit atau tidak. Sudah tho sabar sebentar ya”, Juminten mulai kesal dengan sikap Dulkapid.

DK: “Ya sudah, nanti mas tak ngisi absen saja dan nggak perlu ikut acara raker kantor mas”

JM: "Yang sudah-sudah kan memang selalu begitu"

DK: „heheheee...... kok tahu?“

„Kok tahu?“, Juminten mengucapkan kata kok tahu seperti yang tertulis di smsnya Dulkapid sambil mencibirkan bibirnya. „Kok tahu... kok tahu, ya tahu lah“, gerutu Juminten lagi dengan sewot sambil memandangi layar Hpnya. „Untung mas Dulkapid percaya sama alasanku“, bathinnya sambil tersenyum dan kembali masuk ke sebuah kamar untuk meneruskan pelayanannya.****

Siang itu Dulkapid meninggalkan gedung wakil rakyat setelah membubuhkan tanda tangannya di buku absensi kehadiran. Dia meluncur membelah keramaian kota dengan mobil mewahnya menuju ke sebuah hotel di mana Juminten telah menunggunya untuk acara meeting yang lain. Dengan menandatangani buku absensi, anggota dewan yang lain akan mengira kalau Dulkapid ada di dalam ruang rapat. Dengan begitu, perdiem untuknya akan tetap terkirim ke rekeningnya tanpa dipotong apapun. Dan yang paling penting, Dulkapid tetap bisa menyalurkan hobby mengejar kesenangan duniawinya itu. “Nggak apa-apalah, toch judulnya sama-sama meeting. Bedanya kalau di situ meetingnya bikin bosan, sementara kalau sama Juminten bikin ketagihan“, begitu bathin Dulkapid sambil cengar-cengir di jok belakang mobilnya yang mewah.

Bagi Dulkapid acara meeting dengan Juminten sangatlah istimewa. Dia merasakan sensasi yang luar biasa tiap kali melakukan meeting dengan perempuan itu. Dan itu membuat Dulkapid merasa selalu ketagihan dan ingin terus dan terus untuk mengulanginya. Menurutnya, Juminten itu perempuan yang sangat luar biasa. Dia tahu  benar  bagaimana cara membuat meeting menjadi sebuah acara yang menyenangkan. Tidak seperti acara rapat komisi yang membosankan dan bikin ngantuk itu, yang ujung-ujungnya juga hanya mementingkan mereka yang bayar bukan mereka yang benar. Bekerja demi kepentingan rakyat hanyalah sebuah slogan untuk menghalalkan cara mereka mengumpulkan pundi-pundi ke kantong-kantong mereka. Memang tidak semua anggota dewan seperti itu. Tapi yang seperti itu juga nggak kalah banyaknya. Ironisnya, sudah tahu akhirnya bakalan seperti itu tapi rakyat kok ya masih saja mau memilih dan menjadikan mereka sebagai wakil untuk menampung dan memperjuangkan aspirasi mereka. Padahal sudah banyak kasus yang terjadi, mereka itu hanya dibohongi dan diberi janji-janji palsu saja. Yang untung ya perempuan kayak Juminten ini. Dengan modal kerlingan mata dan dandanan seksi dia bisa menguras kocek para pejabat dan membuat para bandot itu kelepek-kelepek di bawah selangkangannya. Apalagi masih menurut Dulkapid, Juminten ini sangat lihai dalam mengorganisir bagian-bagian mana saja yang bisa mendatangkan kenikmatan saat acara meeting berlangsung. Juminten ini sangat ahli dalam hal mencet yang penting-penting.****

Reseptionis hotel mengangguk sambil memberikan senyum manis ketika melihat Dulkapid lewat di depan mereka. Seperti sudah ada peraturan tidak tertulis antara pegawai hotel dengan Dulkapid bahwa sekali-kali tidaklah dibolehkan para pegawai itu membocorkan keberadaan Dulkapid di hotel kepada khalayak umum terlebih-lebih lagi kepada wartawan yang seperti kesirep siluman, mata mereka dibuat rabun tiap kali Dulkapid memasuki sebuah hotel. Padahal keberadaan seorang pejabat di sebuah hotel tanpa agenda yang jelas bisa menjadi sasaran empuk bagi para pencari berita itu. Namun hebatnya Dulkapid selalu lolos dari pantauan mereka. Betapa ajibnya aji-aji yang diberikan si mbah dukun kepada Dulkapid. Kira-kira aji-aji yang dimiliki Dulkapid itu bagaimana sih cara bekerjanya? Jangan-jangan di mata para wartawan itu sosok Dulkapid yang terlihat oleh mata mereka tidak lain adalah seekor buaya yang berjalan ngesot di lobby hotel. Karena tiap kali Dulkapid habis mengunjungi sebuah hotel, keesokan harinya masyarakat dihebohkan oleh berita tentang munculnya buaya berdasi di loby hotel. Masyarakat kemudian menjuluki buaya itu sebagai buaya darat.

Dengan langkah santai Dulkapid melenggang menuju lift. Ketika pintu lift terbuka diapun kemudian masuk dan memencet salah satu angka yang tertera di sana. Bahkan sebelum pintu lift tertutup dia masih sempat melambaikan tangannya kepada para tamu yang sedang duduk-duduk di lobby hotel. Pembawaan Dulkapid sangat tenang dan kalem. Di dalam dirinya terpancar rasa percaya diri yang begitu besar. Dia percaya aji-aji yang dimilikinya bisa melindungi dan menjaga dirinya dari berbagai hal buruk yang bisa merugikan dirinya. Tapi meeting yang dilakukannya kali ini justru akan membawa mala petaka besar bagi masa depan karirnya.

JM: “Akhirnya mas Dulkapid datang juga, aku sudah menunggu mas dari tadi lho?”, Juminten dengan sikap mesra dan manjanya menyambut kedatangan Dulkapid di pintu kamar.

DK: “Maaf ya dik, macet tadi di jalan”

JM: “Aku sudah luluran dan mandi tujuh rupa kembang lho mas sebelum ke sini tadi”

DK: “Pantes dari luar tadi sudah tercium aroma harum tubuhmu dik”

JM: „Ah masak siih maas.....“

DK: „Iya dik, kalau tidak percaya coba aku cium rambutmu“

Juminten kemudian memiringkan kepalanya agar rambutnya bisa dibelai dan dicium Dulkapid.

DK: „Tuh betul, aromanya sama dengan yang tadi mas cium di luar sana“.

Saking nafsunya Dulkapid pada Juminten yang siang itu hanya memakai gaun setipis kaca akuarium, sehingga mata Dulkapid yang kalau nggak melotot saja sudah mirip dengan mata kucing melihat ikan asin, begitu melotot kontan saja jadi mirip mata harimau yang melihat anak kijang sedang berlari dan melompat di padang ilalang. Tenggorokannya cleguk-cleguk dan hatinya sudah tidak sabar ingin segera memulai acara meetingnya.

JM: “Sabar tho mas, kita mulai dulu dari acara pembukaan dan sambutan-sambutan”

DK: “Hehehee…. Mas Dul sudah lapar dik, gimana kalau kita mulai dengan coffee break saja dulu? Mas Dul belum makan sejak tadi malam”, Dulkapid menawar.

Juminten tersenyum dalam hati. “Salah sendiri, kalau aku sudah kenyang karena tadi pagi sarapan pake ikan kakap”, jawab Juminten dalam hati.

DK: “Gimana dik?”, Dulkapid bertanya sambil tangannya sibuk mencicipi sedikit-sedikit hidangan yang ada di hadapannya.

JM: “Ya sudah silahkan teruskan cicip-mencicipnya, tapi ingat lho ya, biaya meetingnya kali ini harus ditambah”

DK: “rebess dik”. Setelah menjawab begitu, Dulkapid makin lahap mencaplok hidangan coffe breaknya. Sayangnya kali ini Dulkapid kurang hati-hati dan berbuat sangat bodoh dan ceroboh. Akibat tidak mendapat jatah makan malam dari istrinya, membuatnya sangat kelaparan sehingga dia melanggar pantangan yang terdapat dalam persyaratan molimonya. Dulkapid yang ngambeg pada istrinya, tak kuasa lagi membendung perasaan cintanya kepada Juminten, event organizer acara meetingnya yang sudah lama ditaksirnya karena selalu memberi pelayanan yang memuaskan. Pada suatu kesempatan di acara meetingnya Dulkapid pernah menawari Juminten untuk menjadi istrinya dan berhenti menjadi agen PPT, Tapi Juminten belum mengiyakan. „Masih dipikir-pikir dulu“, begitu jawaban Juminten waktu itu. Juminten tahu Dulkapid sangat cinta kepadanya. Tapi tentu saja dia tidak sudi, karena meskipun berkantong tebal tapi Dulkapid memiliki wajah yang tidak termasuk dalam kategory type wajah lelaki yang didambakannya. Apalagi setelah tadi pagi dapat pelanggan yang setara di dalam hal ketebalan kantong tapi lebih ganteng dalam hal rupa wajah. Tambah nggak mau lah Juminten membalas perasaan Dulkapid.

Perlu diketahui, bahwa untuk bisa menerima aji-aji pemikat, Dulkapid mesti mentaati beberapa persyaratan yang diajukan oleh dukunnya. Syarat-syarat itu di dunia ilmu perdukunan dikenal dengan istilah molimo, namun dalam kasus Dulkapid dukunnya mensyaratkan (molimo lehbeh liji alias M5 oleh kabeh kecuali siji). M5 itu meliputi Mencuri alias korupsi, Mabuk, Main judi, Main perempuan dan Main perasaan. Dari kelima persyaratan itu yang tidak boleh dilakukan adalah Main perasaan. Sementara 4M lainnya boleh dilakukan. Tujuannya adalah demi kebaikan Dulkapid itu sendiri. Kalau molimo itu dimainkan dengan perasaan, dikhawatirkan nantinya Dulkapid jadi susah untuk bertobat. Ya seperti kata pepatah tua, sejahat-jahatnya orang pasti masih memiliki kebaikan walau sedikit. Itulah sedikit kebaikan yang ada pada diri sang dukun. Dia masih memikirkan hari tua Dulkapid nanti. Karena itu dalam melaksanakan molimo itu hendaklah tidak disertai dengan perasaan. Tapi dasar Dulkapid yang kerjanya cuma memikirkan kenikmatan duniawi saja, tanpa pernah sedikitpun mengimbanginya dengan perbuatan-perbuatan baik untuk bekal akhiratnya nanti, akhirnya kena batunya deh dia. Dia obral perasaannya saat meeting dengan Juminten. Akibatnya ilmu aji-ajinya luntur seketika dan tidak lagi bisa melindunginya dari berbagai bahaya yang bisa mengancam keselamatannya.****

Dulkapid keluar dari hotel dengan menggandeng mesra tangan Juminten. Salah seorang wartawan yang sedang standbye di sana memergokinya dan langsung membidikkan kamera ke arahnya. Dulkapid yang masih menyangka bahwa aji-ajinya masih berfungsi dengan baik tidak berusaha untuk menghindar. Dia malah memberikan senyum manisnya dan melambaikan tangan ke arah sang wartawan. Dalam hatinya dia tertawa terpingkal-pingkal dan berkata „dasar wartawan bodoh, buaya masuk ke hotel kan bukan berita baru lagi, hihiiiiii“.

Keesokan harinya berita heboh pun terjadi, foto seekor buaya berdasi dan berwajah sangat mirip Dulkapid yang sedang menggandeng mesra seorang perempuan di sebuah hotel terpampang besar di salah satu koran ternama ibukota dan menjadi headlines news koran tersebut. Kontan Dulkapid yang tidak memiliki jenggot itu seperti orang sedang kebakaran jenggotnya. Dia langsung menelfon dukunnya sambil mencak-mencak dan mengucapkan sumpah serapahnya. Tapi sang dukun dengan kalem menjawab, „kaciaaan deh loe.... capa curuh melanggar pantangan. Ciyuuuzzzz???

Grrr..... Dulkapid mengatupkan gerahamnya rapat-rapat, matanya mendelik seperti orang sedang kesurupan. „Tamat dah guwe.....“, teriaknya dalam hati.

Berlin, Sparrstrasse, 30 Okt.10 pkl  20.35

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun