Mohon tunggu...
diah rofika
diah rofika Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Lahir di Jepara sehingga sangat mengidolakan RA Kartini. selepas kuliah terjun di bidang pemberdayaan perempuan dan pendampingan perempuan korban kekerasan serta penghapusan pekerja anak. aktif menulis sastra dengan topik perempuan baik itu cerpen, puisi ataupun novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dulkapid Kena Batunya

17 Maret 2013   20:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:36 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

„Kok tahu?“, Juminten mengucapkan kata kok tahu seperti yang tertulis di smsnya Dulkapid sambil mencibirkan bibirnya. „Kok tahu... kok tahu, ya tahu lah“, gerutu Juminten lagi dengan sewot sambil memandangi layar Hpnya. „Untung mas Dulkapid percaya sama alasanku“, bathinnya sambil tersenyum dan kembali masuk ke sebuah kamar untuk meneruskan pelayanannya.****

Siang itu Dulkapid meninggalkan gedung wakil rakyat setelah membubuhkan tanda tangannya di buku absensi kehadiran. Dia meluncur membelah keramaian kota dengan mobil mewahnya menuju ke sebuah hotel di mana Juminten telah menunggunya untuk acara meeting yang lain. Dengan menandatangani buku absensi, anggota dewan yang lain akan mengira kalau Dulkapid ada di dalam ruang rapat. Dengan begitu, perdiem untuknya akan tetap terkirim ke rekeningnya tanpa dipotong apapun. Dan yang paling penting, Dulkapid tetap bisa menyalurkan hobby mengejar kesenangan duniawinya itu. “Nggak apa-apalah, toch judulnya sama-sama meeting. Bedanya kalau di situ meetingnya bikin bosan, sementara kalau sama Juminten bikin ketagihan“, begitu bathin Dulkapid sambil cengar-cengir di jok belakang mobilnya yang mewah.

Bagi Dulkapid acara meeting dengan Juminten sangatlah istimewa. Dia merasakan sensasi yang luar biasa tiap kali melakukan meeting dengan perempuan itu. Dan itu membuat Dulkapid merasa selalu ketagihan dan ingin terus dan terus untuk mengulanginya. Menurutnya, Juminten itu perempuan yang sangat luar biasa. Dia tahu  benar  bagaimana cara membuat meeting menjadi sebuah acara yang menyenangkan. Tidak seperti acara rapat komisi yang membosankan dan bikin ngantuk itu, yang ujung-ujungnya juga hanya mementingkan mereka yang bayar bukan mereka yang benar. Bekerja demi kepentingan rakyat hanyalah sebuah slogan untuk menghalalkan cara mereka mengumpulkan pundi-pundi ke kantong-kantong mereka. Memang tidak semua anggota dewan seperti itu. Tapi yang seperti itu juga nggak kalah banyaknya. Ironisnya, sudah tahu akhirnya bakalan seperti itu tapi rakyat kok ya masih saja mau memilih dan menjadikan mereka sebagai wakil untuk menampung dan memperjuangkan aspirasi mereka. Padahal sudah banyak kasus yang terjadi, mereka itu hanya dibohongi dan diberi janji-janji palsu saja. Yang untung ya perempuan kayak Juminten ini. Dengan modal kerlingan mata dan dandanan seksi dia bisa menguras kocek para pejabat dan membuat para bandot itu kelepek-kelepek di bawah selangkangannya. Apalagi masih menurut Dulkapid, Juminten ini sangat lihai dalam mengorganisir bagian-bagian mana saja yang bisa mendatangkan kenikmatan saat acara meeting berlangsung. Juminten ini sangat ahli dalam hal mencet yang penting-penting.****

Reseptionis hotel mengangguk sambil memberikan senyum manis ketika melihat Dulkapid lewat di depan mereka. Seperti sudah ada peraturan tidak tertulis antara pegawai hotel dengan Dulkapid bahwa sekali-kali tidaklah dibolehkan para pegawai itu membocorkan keberadaan Dulkapid di hotel kepada khalayak umum terlebih-lebih lagi kepada wartawan yang seperti kesirep siluman, mata mereka dibuat rabun tiap kali Dulkapid memasuki sebuah hotel. Padahal keberadaan seorang pejabat di sebuah hotel tanpa agenda yang jelas bisa menjadi sasaran empuk bagi para pencari berita itu. Namun hebatnya Dulkapid selalu lolos dari pantauan mereka. Betapa ajibnya aji-aji yang diberikan si mbah dukun kepada Dulkapid. Kira-kira aji-aji yang dimiliki Dulkapid itu bagaimana sih cara bekerjanya? Jangan-jangan di mata para wartawan itu sosok Dulkapid yang terlihat oleh mata mereka tidak lain adalah seekor buaya yang berjalan ngesot di lobby hotel. Karena tiap kali Dulkapid habis mengunjungi sebuah hotel, keesokan harinya masyarakat dihebohkan oleh berita tentang munculnya buaya berdasi di loby hotel. Masyarakat kemudian menjuluki buaya itu sebagai buaya darat.

Dengan langkah santai Dulkapid melenggang menuju lift. Ketika pintu lift terbuka diapun kemudian masuk dan memencet salah satu angka yang tertera di sana. Bahkan sebelum pintu lift tertutup dia masih sempat melambaikan tangannya kepada para tamu yang sedang duduk-duduk di lobby hotel. Pembawaan Dulkapid sangat tenang dan kalem. Di dalam dirinya terpancar rasa percaya diri yang begitu besar. Dia percaya aji-aji yang dimilikinya bisa melindungi dan menjaga dirinya dari berbagai hal buruk yang bisa merugikan dirinya. Tapi meeting yang dilakukannya kali ini justru akan membawa mala petaka besar bagi masa depan karirnya.

JM: “Akhirnya mas Dulkapid datang juga, aku sudah menunggu mas dari tadi lho?”, Juminten dengan sikap mesra dan manjanya menyambut kedatangan Dulkapid di pintu kamar.

DK: “Maaf ya dik, macet tadi di jalan”

JM: “Aku sudah luluran dan mandi tujuh rupa kembang lho mas sebelum ke sini tadi”

DK: “Pantes dari luar tadi sudah tercium aroma harum tubuhmu dik”

JM: „Ah masak siih maas.....“

DK: „Iya dik, kalau tidak percaya coba aku cium rambutmu“

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun