Mohon tunggu...
Gladiyo
Gladiyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa FISIP UAJY 2019

Pencinta Musik Etnik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Budaya Dayak via Daring!

18 Maret 2021   23:41 Diperbarui: 21 Maret 2021   23:35 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah hampir satu tahun lebih dunia dan Indonesia khususnya dilanda pandemi. Kondisi ini membuat banyak hal menjadi berubah dalam proses aktivitas manusia. Mulai dari diberlakunya sekolah online, ibadah online, rapat online, dan hampir semua kegiatan tatap muka (offline) ditiadakan. Fenomena ini memaksa setiap instansi baik swasta maupun pemerintah harus beradaptasi.

Hal serupa juga yang dialami oleh KBMDA. Sebagai salah satu komunitas budaya di UAJY yang memiliki kegiatan-kegiatan offline yang cukup banyak, para pengurus KBMDA dituntut untuk beradaptasi dengan situasi seperti ini. Banyak kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan secara tatap muka dan offline seperti; pertunjukan seni tari, musik, MAKRAB, dan kegiatan-kegiatan bersama lainnya. Selama pandemi pemerintah sudah mengeluarkan peraturan terkait pelarangan kegiatan-kegiatan yang mendatangkan keramaian seperti pertunjukan-pertunjukan kesenian.

Para pengurus KBMDA harus merancang kembali acara-acara kesenian dan program-program KBMDA yang biasanya dilakukan pada saat kuliah offline untuk dapat dilakukan di saat pandemi seperti ini. Dalam rapat kepengurusan bulanan, para anggota merancang banyak kegiatan yang nantinya akan dilakukan secara daring. Dari pengalaman kepengurusan sebelumnya program kerja kali ini merupakan program kerja yang sangat baru dan tetntunya memiliki tantangan tersendiri.

Salah satu program kerja yang akan dilakukan secara daring adalah mengenalkan kekayaan budaya Dayak. Media yang digunakan dalam promosi ini adalah media sosial seperti Youtube, Instagram, dan Facebook. Penggunaan media sosial dianggap sangat efektif dan dapat menjangkau orang banyak. Selain itu terdapat nilai-nilai lain yang dapat diambil dan direfleksikan dari aktivitas ini. Seperti;

Pertama, dengan memberi informasi di media sosial terkait kekayaan budaya Dayak, orang-orang akan semakin mengenal budaya Dayak tidak hanya dari cerita-cerita yang berseliweran saja akan tetapi melalui literasi. Kedua, dengan adanya program kerja ini para anggota KBMDA dituntut untuk dapat mengemas informasi berkaitan dengan kekayaan budaya Dayak secara menarik. Dilihat dari komposisi anggota KBMDA saat ini, para anggota berasal dari fakultas dan latar belakang yang berbeda. Oleh karena itu team work sangat penting. Ketiga, pengenalan budaya Dayak melalui media sosial ini dapat membuka pengetahuan baru dan bahkan membuat para pembaca ingin mengunjungi Pulau Kalimantan.

promosi-budaya-6057757e8ede48099a222a12.jpg
promosi-budaya-6057757e8ede48099a222a12.jpg
Setiap anggota dapat menjadi agem budaya dan berpartisipasi secara aktif. Lewat kegiatan ini budaya yang dipandang "kolot" dapat dikemas secara modern dan kekinian tanpa menghilangkan esensi dari budaya itu sendiri. Tentunya langkah yang dilakukan KBMDA ini dapat menjadi salah satu dari banyak cara untuk tetap mempertahankan eksistensi budaya Dayak di era globalisasi saat ini. Nilai-nilai  utama  kebudayaan  lama  etnis  perlu  digali,  dikaji  dan  dipopulerkan  kembali  sebagai alternatif   pengengembangan   budaya pada   eraglobalisasi (Edhy Rustan 2010:79). Banyak kalangan muda yang saat ini jatuh pada penggunaan media elektronik hanya sebagai alat pemuas diri. Mereka tidak menyadari kegiatan tersebut menciptakan suatu budaya baru dan perlahan-lahan mengikis budaya leluhur yang ada di lingkungan mereka.

Kesadaran inilah yang membuat KBMDA mencoba untuk merangkul generasi milenial untuk mengangkat tema kebudayaan (dayak) sebagai sesuatu yang asyik untuk dibahas. Kondisi pandemi saat ini menuntut banyak orang untuk bekerja sekreatif mungkin terutama menggunakan media sosial dan elektronik. Selain itu karena para anggota KBMDA ini tersebar di berbagai daerah di Kalimantan, informasi-informasi yang diolah dan dibagikan nantinya pun menjadi variatif. Dengan pengenalan budaya Dayak melalui media sosial seperti ini semoga banyak kaum muda yang berasal dari latar budaya yang berbeda dapat melakukan hal yang sama. Tentunya dengan konsep yang lebih kreatif lagi. Anak muda saatnya menjadi agen budaya!

Daftar Pustaka

Rustan, E. (2018). Budaya Leluhur dalam Memperkukuh Tatanan Masyarakat di Era Globalisasi. Diakases dari https://osf.io/preprints/inarxiv/a65fm/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun