Mohon tunggu...
Bujang Lapuk
Bujang Lapuk Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hanya Kepada SBY, Strategi "Kill The Messenger" Pendukung Ahok Gagal Total

29 November 2016   14:15 Diperbarui: 29 November 2016   22:03 1953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada artikel sebelumnya, saya menulis tentang bagaimana kejamnya para pendukung Ahok ketika membantai lawan-lawan politiknya. Strategi “Kill The Messenger” yang mereka lancarkan terbilang nyaris sempurna. Bagaimana tidak, semua korban strategi itu, berakhir mampus terkoyak-koyak.

Sebut saja BPK (Badan Pemeriksa Keuangan). Ketua BPK Harry Azhar Aziz mendapat teguran dari Majelis Kodet Etik. Teguran tersebut dilayangkan atas laporan kelompok masyarakat yang mengatasnamakan diri sebagai “Koalisi Selamatkan BPK.”

Koalisi Selamatkan BPK yang dikomandani ICW, melaporkan Harry Azhar atas dugaan kasus skandal The Panama Papers dan ketidak patuhannya terhadap LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara). Merespon laporan tersebut, Majelis Kode Etik lantas memberi teguran berupa peringatan kepada Harry Azhar. Sukseslah strategi “Kill The Messenger” pendukung Ahok untuk pertama kalinya.

Kesuksesan strategi “Kill The Messenger” yang kedua. Tempo Inti Media yang pernah dibantai dan dihantam tanpa ampun oleh pendukung Ahok yang bernama Rudi Valinka (@kurawa), karena perusahaannya anjlok hingga 79% dan dililit hutang (sumber). Kini, Tempo mengalamai kesulitan dalam merangkak. Bayangkan saja, pada kuartal II saham Tempo hanya mampet dan mandek di angka 0, 99 %. (sumber). Lagi-lagi strategi “Kill The Messenger” yang mereka lancarkan nyaris sempurna.

Korban ketiga yakni si “raja kepret” Rizal Ramli. Akibat serangan para pendukung Ahok karena tidak terima keputusan 4 Menteri terkait mega proyek reklamasi, pria yang dikenal sangat garang dengan suara menggelegar itu dipecat dan disingkirkan dari kursi Menteri oleh Jokowi. Iya, strategi “Kill The Messenger” pendukung Ahok ini memang sudah banyak menelan korban.

Namun, dari sekian banyak korban kebiadaban stategi “Kill The Messenger” para pendukung Ahok, ada satu korban yang menurut saya tidak berhasil mereka taklukkan, bahkan gagal total. Siapa lagi korban tersebut kalau bukan mantan Presiden Republik Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono.

Bisa kalian lihat bagaimana kejamnya serangan pendukung Ahok terhadap SBY. SBY dituduh sebagai dalang dibalik aksi bela Islam 4 November kemarin. Akibat tudingan tersebut, SBY akhirnya menggelar konferensi pers untuk mengklarifikasi tudingan tak berdasar itu.

Para pendukung Ahok menggeruduk SBY, seolah ia tak pernah mempunyai kontribusi apapun terhadap negeri ini selama memimpin Indonesia. SBY diserang dari berbagai penjuru, mulai dari proyek listrik mangkrak hingga proyek Hambalang. Tak hanya menyerang, Daniel HT , salah satu kompasianer yang begitu getol mendukung Ahok dalam setiap tulisannya, menuduh SBY sebagai “Presiden terlicik yang pernah dimiliki Indonesia.” (Judulnya sudah diganti).

Berhari-hari bahkan berminggu-minggu mereka menyerang SBY tampa ampun, sampai akhirnya mereka terlena dan lupa. Sibuk menyerang SBY, sementara anaknya bebas melanglang buana blusukan kemana-mana. Pasangan Agus-Sylvi asyik berjoget ria, beratraksi lompat dari atas panggung ke tribun penonton laiknya vokalis band Linkin Park.

Di saat pendukung Ahok sibuk menyerang SBY, pasangan yang diusung koalisi Cikeas itu justru memilih menghindar dari hiruk-pikuk panasnya situasi Pilkada DKI Jakarta. Mereka tetap asyik berkampanye menyusuri gang-gang kumuh kota Jakarta.

Disadari atau tidak, para pendukung Ahok telah kecolongan. Agus yang awalnya mereka sebut sebagai “bocah ingusan,” kini menanjak begitu cepat menyalip dua pasangan sekaligus. Hasil rilis survei terakhir, pasangan Agus-Sylvi berhasil menyalip elektabilitas pasangan Ahok-Djarot.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun