Mohon tunggu...
Budiman
Budiman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Penulis. Menyukai berbagai bidang pekerjaan yang menambah ilmu pengetahuan dan mendapatkan pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerpen || Kebahagiaan Pulang ke Rumah

11 Februari 2024   20:50 Diperbarui: 11 Februari 2024   21:44 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemuda Desa (Sumber: Pixabay.com/Alex)

Di desa kuno Kampung Selamat, terletak di tengah tanaman hijau subur dan pohon palem yang bergoyang, hiduplah seorang pemuda bernama Amir. 

Lahir dan besar di lingkungan kampung halamannya yang tenang, Amir selalu menghargai kegembiraan sederhana dan pelukan hangat yang menantinya setiap kali dia kembali ke rumah.

Setelah bertahun-tahun menjalani kehidupan kota yang ramai, dipenuhi hiruk-pikuk klakson dan langkah kaki yang tergesa-gesa, Amir merindukan pemandangan dan suara desa tercinta yang sudah tidak asing lagi. Ketika hari semakin pendek dan tahun hampir berakhir, dia membuat keputusan untuk memulai perjalanan kembali ke asal usulnya.

Antisipasi menggelegak dalam dirinya saat ia menaiki bus yang akan membawanya melintasi jalan berkelok-kelok dan bentang alam luas yang memisahkannya dari Kampung Selamat. 

Setiap mil berlalu, jantungnya berdebar kencang karena kegembiraan, ingin sekali lagi merasakan pelukan nyaman dari keluarga dan teman-temannya.

Saat bus melaju memasuki desa, gelombang nostalgia melanda Amir. Aroma familiar dari rumput yang baru dipotong dan bunga-bunga mekar memenuhi udara, dan dia tidak bisa menahan senyum ketika kenangan masa kecilnya kembali membanjiri dirinya.

Saat turun dari bus, ia disambut oleh wajah tersenyum orang-orang yang dicintainya, pelukan hangat mereka menyelimuti dirinya seperti selimut cinta. Air mata menggenang di matanya saat dia menyadari betapa dia sangat merindukannya selama dia pergi.

Selama beberapa hari berikutnya, Amir menikmati kesenangan sederhana dari kehidupan desa. Ia menghabiskan sore hari dengan bermalas-malasan di bawah naungan pohon mangga, berbagi cerita dan tertawa bersama teman-teman lama. 

Dia berjalan-jalan menyusuri jalan berkelok-kelok yang melintasi pedesaan, menghirup udara segar dan bersih yang memenuhi paru-parunya dengan semangat baru.

Namun mungkin kebahagiaan terbesar dari semuanya adalah duduk untuk makan bersama keluarganya, berbagi semangkuk kari buatan sendiri dan nasi wangi sambil tertawa dan mengobrol hingga larut malam. Pada saat-saat itu, dikelilingi oleh orang-orang yang paling dicintainya di dunia, Amir merasa sangat puas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun