Mohon tunggu...
Budi Priyono
Budi Priyono Mohon Tunggu... guru

guru PJOK di MAN 3 Bantul

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Menjaga Pitutur Jawa Agar Tak Hilang dari Generasi Z

12 September 2025   21:20 Diperbarui: 12 September 2025   22:10 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar hanya sebagai ilustrasi (sumber gambar: detikJogja)

Di tengah derasnya arus globalisasi dan pesatnya perkembangan teknologi, generasi muda, terutama anak-anak Gen Z, kian akrab dengan budaya luar namun semakin jauh dari akar budayanya sendiri. Demikian juga yang terjadi pada anak-anak Jawa, yang mulai kehilangan kedekatan mereka dengan bahasa, tulisan, hingga nasihat-nasihat bijak yang menjadi warisan leluhur. Mereka banyak yang tidak tahu arti kata dalam Bahasa Jawa, kesulitan menulis aksara Jawa, dan asing terhadap ungkapan-ungkapan penuh makna seperti "urip iku urup", "aja dumeh", atau "alon-alon waton kelakon".

Salah satu bagian terpenting dari budaya Jawa yang paling mendesak untuk dilestarikan adalah nasihat atau pitutur Jawa. Pitutur adalah warisan budaya adiluhung dari nenek moyang, tidak hanya karena bentuk bahasanya yang halus dan indah, hasil karya dari rasa dan batin leluhur jawa, yang maknanya sangat dalam dan relevan sepanjang zaman. Nasihat-nasihat ini tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan sesama, tetapi juga dengan Tuhan dan alam. Ia membentuk pola pikir, membimbing tingkah laku, dan membentuk karakter khas orang Jawa: nrima ing pandum, andhap asor, sabar, legawa, aja adigang adigung adiguna, dan memayu hayuning bawana.

Namun, pelestarian pitutur tidak bisa hanya bersandar pada harapan saja. Diperlukan upaya nyata, strategis, dan kreatif terutama dengan menyesuaikan cara penyampaiannya agar sesuai dengan karakter Gen Z. Mereka adalah generasi yang tumbuh dalam ekosistem digital: cepat, visual, dan interaktif. Maka, cara lama seperti ceramah atau pidato kaku sudah tak lagi efektif.

Nasihat-nasihat Jawa perlu dikemas ulang melalui media sosial, video pendek, desain visual, dan storytelling digital. Misalnya, membuat konten TikTok atau Instagram Reels yang menampilkan satu pitutur Jawa lengkap dengan arti serta contoh pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari. Bisa juga dengan membuat meme edukatif, podcast bertema filosofi Jawa, atau buku cerita anak berbahasa Jawa dengan ilustrasi menarik.

Selain itu, perlu ada integrasi budaya dalam kurikulum pendidikan yang tidak hanya sebagai pelajaran Bahasa Jawa, tetapi sebagai penguatan karakter dan etika. Kembalikan lagi tata cara ungah-ungguh dalam kehidupan di sekolah. Sekolah dan keluarga saling bekerja sama untuk mengenalkan dan membiasakan pitutur sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Semakin kurangnya penggunaan bahasa jawa oleh generasi lama (orang tua) akan semakin memperburuk keadaan, karena menjadikan anak tidak lagi  mengenal bahasa jawa secara utuh dari usia dini.

Lebih dari itu, yang paling penting adalah membangun kesadaran bahwa pitutur Jawa bukan sekadar kata-kata kuno yang hanya layak dikenang, tetapi merupakan kompas moral dan spiritual yang tetap relevan di tengah dunia yang serba cepat dan penuh tantangan ini.

Jika tidak segera dilakukan, kita akan menyaksikan generasi penerus yang pintar secara teknologi namun tercerabut dari akar budayanya. Maka, menjaga pitutur Jawa bukan hanya tentang menjaga bahasa tetapi juga tentang menjaga identitas, nilai, dan jati diri bangsa.(Pri)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun