Di sebuah desa bernama Suka-Selamat, hidup empat sahabat: Kobar, Kahar, Badu, dan Rijal. Mereka adalah warga yang terbilang sangat paham kondisi desa mereka. Setiap pagi mereka berkumpul di warung kopi untuk merencanakan kegiatan harian, mulai dari mencari ikan hingga merencanakan protes ke pejabat yang sering bikin kebijakan aneh.
Suatu pagi, saat mereka sedang menyeruput kopi pahit, Kobar melirik berita di koran. "Eh, kalian lihat nggak? Ada proyek pembangunan jalan baru di desa kita, tapi anggarannya… wah, gila! Naik dua kali lipat dari anggaran awal!"
"Yakin deh, ini pasti proyek cari selamat, nih!" kata Kahar sambil memiringkan cangkirnya. "Biasa, kan, kalau ada proyek besar, pejabatnya pasti mulai melirik peluang. Kalau anggaran naik, mereka tinggal ambil sedikit dari sana."
Badu menimpali, "Iya, Kahar. Proyek jalan ini katanya buat mempercepat akses ke pusat kota. Tapi kenapa malah tambah macet? Jalan baru malah nggak selesai-selesai, kok bisa begini?"
Rijal yang paling sering mengeluh soal hal-hal besar ini, dengan santai menjawab, "Gimana, yang penting pejabatnya aman. Kalau ada masalah, mereka pasti punya alasan. Selalu ada alasan buat cari selamat."
Kobar menghela napas panjang. "Pokoknya, kalau ada pejabat yang ngomong soal pembangunan, itu pasti kayak nonton sinetron. Ada drama, ada bumbu permasalahan, tapi ujung-ujungnya cuma cari selamat."
Hari demi hari berlalu, dan jalan yang katanya 'strategis' itu tetap belum selesai. Laporan proyek yang ditunggu-tunggu oleh warga desa malah hilang entah ke mana. Kabar terbaru yang diterima oleh Kahar, "Tahu nggak? Pejabatnya yang kemarin janji-janji, sekarang malah sibuk ngurusin acara ulang tahun partai!"
"Saya rasa, ini bukan proyek jalan, tapi proyek cari selamat!" canda Badu sambil tertawa. "Jalan-jalan cuma jadi ajang selamatan untuk mereka."
Tiba-tiba, Rijal punya ide. "Bagaimana kalau kita bikin spanduk besar? Tulis aja, ‘Jalan ke Kota, Tapi Pejabatnya Ke Mana-Mana!’"
Kobar menimpali, “Biar viral di media sosial. Mungkin kalau ada perhatian publik, mereka baru berani turun tangan.”