Eits, bukan ngrasani Kompasianer lainnya, ya. Tidak! Tak elok melakukannya.
Semua hal dibahas tak terlalu serius. Tak perlu dimasukkan hati pula. Pembicaraan encer yang mengasyikkan di tempat bersuasana menyenangkan.
Perbincangan seru menghentikan waktu. Dunia serasa milik bertiga. Riuh percakapan pengunjung yang sudah memenuhi ruangan kemudian mengembalikan kami ke bumi.
Eh, ternyata waktu mendekati Zuhur. Tiba saat untuk berpisah, kembali ke keluarga masing-masing.
Kang Fery hendak naik angkot 05 ke rumah mertuanya. Kakak Via menuju stasiun, naik Commuter Line ke Cilebut. Saya mengacungkan jari ke sopir angkot 12 yang melewati daerah dekat rumah saya.
Kendaraan beringsut kurang dari 300 meter, sekilas terlihat penjual soto di sekitar Pasar Anyar. Tanpa pikir panjang saya menyeru ke sopir.
Saya menghampiri warung tenda penjualan Soto Madura. Tak butuh lama, sepiring nasi dan semangkuk soto tersaji. Kerupuk putih bulat melengkapi santapan.
Waktunya makan siang. Sesungguhnya, saat itu saya tidak lapar. Perjumpaan hangat dan obrolan seru membuat kenyang, lebih baik makan siang di rumah.
Keadaan tubuh tidak terlalu sehat telah memicu keinginan menyantap soto. Saya butuh makanan hangat, berkuah, dan mudah ditelan. Soto merupakan pilihan bagus.
Perjalanan ke Merak pada Sabtu kemarin telah menguras tenaga. Berangkat pagi pulang terlalu larut membuat waktu tidur berkurang. Ditambah, gejala flu membuat bersin-bersin dan hidung meler.
Namun, kondisi badan kurang fit tidak menyurutkan keinginan datang ke perjumpaan. Kopi ditambah perbincangan hangat menyingkirkan kantuk dan gangguan hidung.