Musala yang bertransformasi menjadi masjid sederhana itu mendapatkan rehabilitasi pada tahun 2003. Diperluas dengan desain luar dalam yang sangat megah.
Di luar terdapat plaza dan taman untuk duduk-duduk. Menyeberang jalan, terdapat area parkir nan luas serta pasar dan toko-toko penjualan makanan, baju-baju, dan aneka oleh-oleh.
Baru kali ini saya memandang dari dekat ke dan beribadah di Masjid Syaikhona Khlolil. Saya dan keluarga bermalam sehari semalam di penginapan, yang terletak kurang dari 25 meter dari halaman masjid.
Jelang subuh masuk kamar penginapan, yang lebih tepat disebut dengan kamar kontrakan.Â
Kasur dan bantalnya keras; Takada lemari; Tiada meja, menyulitkan ketika mengisi baterai (mosok hape menggantung pada kabel pengisian?); Langit-langit tinggi 2-2,25 meter tanpa plafon, langsung atap berupa asbes gelombang; kamar mandi luar dengan WC jongkok (perlu perjuangan keras untuk menyelesaikan panggilan alam. Stroke membuat saya tidak bisa jongkok).
Di luar kekurangan itu, saya merasa sangat beruntung. Beberapa tahun lalu hanya melewati Masjid Syaikhona Khlolil. Sekarang bermalam di dekatnya, bahkan bisa beribadah di masjid termegah yang pernah saya lihat.
Hari pertama di Bangkalan melaksanakan salat 5 waktu di Masjid Syaikhona Khlolil, hingga Subuh hari berikutnya. Setelah itu, saya dan keluarga mengelilingi Pulau Madura.
Pada waktu gelap Masjid Syaikhona Kholil tampak penuh cahaya. Putih di sekeliling bangunan. Kekuningan pada kubah dan dua menara tinggi. Menggetarkan.
Masjid Syaikhona Khlolil itu sendiri umumnya berwarna cokelat muda, dengan aksen garis-garis hijau dan bidang warna putih. Saya tidak pernah bosan memandangnya, baik pada siang hari apalagi di malam hari.
Di dalam, bangunan berlantai granit. Bikin sejuk. Bagian tempat utama masjid terdapat motif-motif geometris, kaligrafi keemasan pada dinding hijau, pilar-pilar, dan jam-jam kayu berukir. Pada bagian lainnya terdapat pilar-pilar penyangga, beduk besar, dan pintu besar dari kayu jati.