Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Jangan Takut Ombak jika Berdagang

1 Agustus 2025   07:07 Diperbarui: 1 Agustus 2025   10:33 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berdagang bendera Merah Putih di tepi jalan (dokumen pribadi)

PEMEGANG ijazah Sekolah Dasar tidak bakal leluasa memilih mata pencaharian, selain bekerja mengandalkan otot dan berusaha sendiri. Seperti dikisahkan oleh Risma, 21 tahun, yang memilih berdagang daripada menjadi kuli bangunan.

Risma hanya bersekolah sampai SD. Atas kemauan sendiri, bukan kehendak keadaan. Setelahnya, mengisi waktu dengan menjadi remaja masjid. Baguslah, ia tak terpapar pergaulan tidak sesuai norma-norma umum.

Pria asal Cirebon ini merantau demi mendapatkan penghasilan. Satu pekerjaan yang sekarang ditekuni adalah mengambil selisih antara penjualan dan modal. Berdagang.

Sehari-hari bujangan ini berkeliling menjual tanaman bunga di seputaran Matraman hingga Cipinang, Jakarta Timur. Pada waktu tertentu menjadi pedagang musiman di Kota Bogor. Mendekati pergantian tahun, berjualan terompet. Jelang Agustus, menjual bendera dan umbul-umbul.

Risma berjualan bendera merah putih di tepi jalan Tentara Pelajar, daerah yang tidak jauh dari rumah saya. Jalan yang juga memiliki potensi pasar. Ramai dilalui pelintas, yaitu pekerja yang berangkat ke atau pulang dari tempat kerja, pelajar, pedagang, dan lainnya.

Risma dan kawan-kawannya direkrut oleh seorang pemodal yang sama-sama berasal dari Cirebon. Mereka sudah saling kenal dan terbiasa bekerja sama.

Pemodal mengambil barang dari produsen di Garut, menanggung biaya mobilisasi, dan membayar sewa rumah Rp500.000 untuk sebulan.

Rumah sederhana di Kampung Kramat, Paledang, Kota Bogor menampung 20 pedagang musiman tersebut. Mereka tidur menyebar di 3 kamar, bilik tamu, dan di ruang yang sekiranya layak untuk berbaring. Asal bisa meluruskan badan, setelah seharian berdagang.

Ah, jadi ingat zaman masih main proyek konstruksi di suatu daerah. Bergelimpangan bareng mandor dan para tukang di satu rumah. Bahkan, di ruangan besar semacam aula, sementara belum mendapatkan tempat sewaan untuk saya. Pokoknya bisa beristirahat.

Risma dan kawan-kawan berdagang bendera dari tanggal 26 Juli hingga 17 Agustus. Mereka mengatur lapak penjualan sejak pukul setengah enam pagi. Pulang berdagang sebelum tiba waktu Maghrib.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun