Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ikan Pindang

14 Juni 2021   08:09 Diperbarui: 14 Juni 2021   08:18 1060
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dagangan ikan oleh coombesy dari pixabay.com

"Nih, dua puluh ribu. Tongkol iris!"

Cekatan, penjual membungkus dua puluh potongan tongkol iris dengan daun, lalu memasukkan ke dalam kantong plastik transparan.

Sambil menyerahkan keresek, sang penjual tersenyum genit, "digoreng atau dimasak saus cabai?"

"Enggak. Untuk makanan kucing."

Nyonya berwajah beku melengos, melangkahkan kaki menuju halaman parkir kantor bank sedang tutup. Setelah menghempaskan pintu, Nyonya memundurkan kendaraannya.

Mobil sejuta umat itu mengaum, mendecit, mencelat lalu melesat cepat menyisakan debu.

Seorang wanita kuyu berpakaian lusuh bangkit. Berjalan menghampiri penjual ikan pindang.

"Tolong remahan dibungkus. Dua ribu," tangan kurus mengangsurkan sekumpulan uang logam.

Penjual memasukkan dua raup remahan ikan pindang ke dalam keresek, "untuk makanan kucing ya?"

Sejenak wanita itu berusaha menaikkan ujung bibir, kemudian melangkahkan kaki menuju halaman parkir. Mengambil sebuah karung berisi wadah-wadah plastik bekas air mineral.

Sebelum matahari beringsut meninggalkan pagi, penjual berkemas-kemas membebaskan trotoar di depan toko dari lapak ikan pindang. Sedangkan wanita pembawa karung terseok-seok berjalan pulang menyisakan bisu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun