Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Overthinking demi Mencapai Target

25 April 2021   17:57 Diperbarui: 25 April 2021   17:59 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memikirkan target oleh geralt dari pixabay.com

Sebuah percakapan sebelum forbes-forbesan menjadi bahan bakar overthinking:

"Kalau butuh pekerjaan, ngecat jalan saja! Dibayar atau tidak, adalah persoalan lain," demikian yang diucapkan seorang kerabat.

Direktur operasi anak perusahaan milik keluarga Cendana itu menjadi harapan bagi saya, sebagai koneksi mendapatkan pekerjaan. Setelah lulus sekolah, sekian bulan menganggur adalah beban pikiran. Bahasa anak sekarang: overthinking.

Ia menjadi tokoh sukses di dalam perbincangan keluarga. Bayangkan, ia memiliki segalanya: rumah besar ber-halaman luas di Kebayoran Lama, Jakarta; 4 mobil sedan keluaran terbaru; dan atribut lain yang melekat pada dirinya sebagai orang makmur.

Baiklah. Itu mungkin bukan perbandingan yang on-par. Ia jauh lebih dewasa.

Sebagian teman-teman seangkatan sudah bekerja di perusahaan penanaman modal asing dengan standar gaji tinggi dan fasilitas kendaraan. Sebagian lagi bekerja di perusahaan pelayaran, perbankan, dan lain-lain.

Setelah saya berhasil memperoleh pekerjaan, timbul "kecemburuan" kepada teman lain: mengapa mereka lebih "beruntung" dalam segala hal, mengapa saya begini-begini saja?

Pada saat kondisi "beruntung," saya memandang iri kepada teman yang berpenghasilan jauh lebih bagus, mobil lebih mewah, rumah lebih mentereng.

Ketika mencapai usia matang, saya pun melihat teman-teman seangkatan jauh lebih berhasil dibanding saya. Beberapa menjadi Duta Besar, ada yang berumah di Menteng (kawasan pemukiman kelas atas di Jakarta), ada yang mobilnya berharga miliaran.

Saat-saat seperti itu membuat saya merasa sia-sia, insecure, tidak berprestasi, dan mengalami kegagalan (kegagalan yang sukses, menurut nalar anak sekarang). Saya terlalu melihat ke atas, tanpa mengutamakan tugas sekarang.

Rumput Tetangga Lebih Hijau

Bukan berarti istri sebelah rumah lebih bersinar lho! Tapi saya sibuk melihat teman-teman dengan sinar keberhasilannya, tanpa memahami latar belakang pencapaian dan beban dihadapi.

Kecuali anak-anak Cendana, keberhasilan seseorang bukan didapat secara mendadak. Pastilah keberhasilan itu diraih dengan perjuangan yang jauh lebih keras daripada saya, dan di dalam lingkungan yang jauh lebih demanding pula. Saya tidak pernah akan tahu penderitaan yang dibayarkan untuk keberhasilan itu.

Semakin tinggi puncak keberhasilan diraih, semakin tinggi pula beban yang ditanggung. Apakah itu beban rumah tangga maupun beban sosial.

Buktinya, menteri yang sudah berpenghasilan besar dengan segala fasilitasnya, masih nyolong duit rakyat. Berarti maling itu tidak kuat menanggung beban.

Sederhananya, pekerjaan apa pun, pada posisi apa pun, apabila dilakukan dengan sepenuh hati, ikhlas, dan tulus akan jauh lebih baik.

Dibanding mereka yang tidak bersyukur lalu bermimpi meraih ukuran keberhasilan menurut forbes-forbesan. Kemudian berlaku ogah-ogahan, atau bahkan menelantarkan pekerjaan saat ini.

Maka hasil pekerjaan menjadi tidak maksimal. Tidak mencapai target. Padahal, itulah target sesungguhnya: bekerja sebaik-baiknya dalam bidang pekerjaannya.

Singkatnya, kalau menjadi penyapu jalan, jadilah petugas penyapu terbaik, paling bersih, dan paling rapi yang mampu menyenangkan orang lain.

Itulah yang disebut target. Jadi tidak perlu overthinking akibat melamunkan target ala forbes-forbesan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun