Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Overthinking? Woles Aja daripada Masuk Rumah Sakit

21 Maret 2021   09:10 Diperbarui: 21 Maret 2021   09:20 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar peradangan otak oleh VSRao dari pixabay.com

Overthinking adalah istilah untuk perilaku memikirkan segala sesuatu secara berlebihan (alodokter.com)

Pemahaman dan dampak overthinking sudah banyak diterangkan di berbagai literatur dan karya tulis.

Istilah gaul tersebut saya alihbahasakan menjadi berpikir berlebihan tentang soal remeh hingga menyangkut pekerjaan.

Ulasan berikut dibatasi kepada pengaruh berpikir berlebihan berkaitan dengan pekerjaan dan dampaknya kepada kesehatan, yang ditulis berdasarkan pengalaman.

Menurut keterangan, berpikir berlebihan itu akan membawa kepada permasalahan hidup yang makin rumit, semisal:

  1. Memboroskan waktu, karena memikirkan satu hal berlarut-larut tanpa kejelasan ujung pangkal.
  2. Sulit tidur atau sulit terlelap akibat memikirkan rasa khawatir.
  3. Kurang istirahat dan rasa lelah itu akan menurunkan daya pikir alias tidak fokus kepada pekerjaan.
  4. Kondisi pikiran dan jiwa "mengambang" mengakibatkan penurunan dalam mengendalikan emosi. Pada kenyataannya, saya sempat tidak peduli, apakah yang dimaki-maki itu, bahkan diajak berantem, adalah oknum ormas, aparat, atau pejabat.
  5. Mengelirukan gaya hidup sehat, di mana overthinking menemani keinginan untuk lebih banyak merokok dan ngopi, sementara itu makan berkurang dengan jadwal merenggang.
  6. Menurunkan derajat kesehatan, seperti: tekanan darah tinggi, dada deg-degan, kesemutan, puyeng.

Diawali dengan rasa kesemutan di tangan kiri, juga sebagian leher, maka puncak dari berpikir berlebihan bagi saya adalah serangan stroke.

Sumbatan aliran darah pada otak itu timbul saat saya menyelesaikan pekerjaan proyek konstruksi jalan dan gedung di Sumedang.

Keterlambatan penanganan menyebabkan tubuh saya di bagian kanan lumpuh. Mengikuti hal itu, barangkali separuh otak saya juga runtuh.

Makanya, sekarang saya tidak bisa dan tidak mau berpikir yang ruwet-ruwet.

Nah, agar tidak overthinking tentang pekerjaan, baiknya ikuti saran-saran di bawah ini:

  1. Jika sudah sampai rumah, maka lupakan segala urusan. Orang-orang di rumah lebih membutuhkan kehadiran Anda, baik secara fisik maupun jiwa, dibanding pekerjaan itu.
  2. Bagi mereka yang bekerja di rumah, tentukan waktu untuk bekerja dan istirahat. Bahasa kerennya: pandai mengelola waktu.
  3. Berbagi beban dengan kolega, pegawai, atau kalau perlu merekrut karyawan baru. Berpikir berlebihan menunjukkan bahwa kita tidak cerdik (smart) di dalam manajemen.

Gampangnya, overthinking merupakan bentuk bersengkarut dari rasa khawatir. Ketakutan yang dipikirkan secara berlebihan dengan berbagai alasan pembenaran.

Pertimbangan terakhir adalah, manakah yang lebih penting: overthinking atau kesehatan? Terserah Anda, apa yang akan dipilih.

Jadi, daripada berpikir berlebihan tentang pekerjaan, lebih elok Anda woles aja alias berpikir secukupnya saja.

Demikian agar overthinking tidak sempat memantik penyakit yang mengirimkan kita ke rumah sakit. Pengalaman saya sudah membuktikannya. 

Toh menghindari overthinking, tidak bakal membuat mati juga.

Begitulah catatan yang ditulis pada diary pada di pagi yang indah ini.

Rujukan: 1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun