Kegembiraan Rudolfo pupus seiiring dengan kepergian satu-satunya wanita yang pernah ia cintai. Ada banyak hal selama ini disimpan yang hendak disampaikan kepada Felicia.
Ia tidak bisa bergerak menahan wanita yang dikasihinya itu, bibirnya tak mampu bergerak bahkan  untuk sekedar menyampaikan rindu.Â
Nyaris seluruh tubuhnya dibalut perban dan dibebat gips, hanya menyisakan ruang bagi bibir lebam, lubang hidung, dan kedua matanya yang bengkak membiru.
Rindu yang sangat membiru dan lebam tenggelam di dalam dada.
Wanita cantik yang setia menunggunya kembali masuk ke dalam ruangan sambil mengibaskan rambutnya yang bergelombang indah.
Adik kandung Rudolfo itu sedang menyeruput jus kesukaannya.
~~Selesai~~