Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stop Politisasi SARA, Cegah Perpecahan di Tahun Politik

11 Februari 2023   18:26 Diperbarui: 11 Februari 2023   18:30 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perdamaian Indonesia - jalandamai.org

Sebentar lagi, Indonesia akan memasuki tahun politik. Karena di tahun 2024 mendatang, akan terjadi pemilihan umum, yang akan memilih presiden dan wakil presiden. Seperti yang telah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, tahun politik seringkali digunakan untuk sekelompok orang, untuk menggalang dukungan. Hal ini penting agar pasangan calon yang diusung mendapatkan simpati dari masyarakat. Sayangnya, dalam upaya untuk mendapatkan dukungan dan simpati tersebut, cara yang dilakukan tidak sepenuhnya baik. Karena seringkali sekelompok oknum sengaja memanfaatkan moment tersebut untuk menebar politik SARA.

Praktek politisasi SARA ini sebenarnya tidak baik. Namun karena ada niat jahat dari sekelompok oknum, membuat masyarakat yang majemuk ini, bisa memicu terjadinya perpecahan. Perbedaan yang semestinya bukan menjadi sebuah persoalan, di tahun politik bisa menjadi persoalan, karena dimasukkan sentiment SARA di dalamnya. Hidup berdampingan dalam keberagaman semestinya sudah menjadi hal yang wajar di Indonesia. Namun ketika tahun politik, berdampingan dalam keberagaman bisa menjadi persoalan, hanya karena terprovokasi sentimen kebencian di dalamnya.

Sentimen kebencian ini semakin hari semakin berkembang menyesuaikan perkembangan zaman. Terlebih perkembangan media sosial yang begitu pesat, seringkali disalahgunakan untuk menyebarkan provokasi, hate speech, hoaks dan informasi menyesatkan lainnya. Dan praktek ini praktis terjadi setiap tahun. Jika salah satu partai sudah mengumumkan nama calonnya, pihak oposisi sudah menyiapkan tim yang bertugas mencari kejelekan calon tersebut. Akibatnya, masyarakat menjadi gundah, galau dan bingung. Dalam kebingungan itu kadang oknum tertentu menambahkan provokasi kebencian di dalamnya.

Pada titik inilah masyarakat harus cerdas. Masyarakat harus paham, mana informasi yang valid dan mana informasi yang bohong serta menyesatkan. Kebiasaan cek ricek setiap informasi yang berkembang, harus dilakukan oleh semua orang. Hal ini penting agar kita tidak mudah terprovokasi informasi yang menyesatkan. Seorang tokoh pun yang bicara, perlu dicek kebenarannya. Jangan mudah percaha. Apalagi jika hal tersebut berhubungan dengan agama tertentu.

Agama tidak boleh dijadikan alat untuk mendapatkan dukungan atau simpati. Agama juga tidak boleh dijadikan alat untuk memecah belah keutuhan masyarakat. Agama harus menyatukan keberagaman. Karena semua agama pada dasarnya mengajarkan untuk saling menghargai dan menghormati antar sesama. Karena itulah, politisasi agama di tahun politik nanti diharapkan tidak terjadi. Mari tahun politik ini dimanfaatkan untuk mencari calon pemimpin yang baik, yang toleran, menghargai kemanusiaan dan bisa memajukan negeri ini.

Indonesia adalah negara yang sudah beragama sejak dulu. Bahkan jauh sebelum negeri ini bernama Indonesia, karakter masyarakatnya sudah beragam. Bahkan ketika Islam masuk ke Jawa pun, sudah banyak masyarakat yang memeluk agama Hindu dan Budha. Bahkan tidak sedikit yang masih meyakini aliran kepercayaan. Itupun, tidak ada yang saling menyalahkan, menebar kebencian ataupun provokasi. Islam akhirnya diterima dengan baik dan berkembang hingga saat ini.

Jika ada elit politik, partai politik, atau masyarakat yang menggunakan SARA untuk memecah belah masyarakat, lebih baik tidak perlu disikapi secara serius. Mari terus sebarkan nilai-nilai kearifan lokal. Dan jangan lupa bekali diri dengan informasi yang valid, dan tidak langsung percaya dengan informasi yang berkembang. Salam literasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun