Mohon tunggu...
Sudut Kritis Budi
Sudut Kritis Budi Mohon Tunggu... Entrepreneur dan Penulis

Penulis opini hukum dan isu-isu publik. Menyuarakan kritik konstruktif berbasis hukum dan nilai keadilan. Karena negara hukum bukan sekadar jargon.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dedi Mulyadi Kirim Siswa Nakal ke Barak Militer: Krisis Ide dan Gagalnya Pemerintah Hadapi Kenakalan Remaja

8 Agustus 2025   06:58 Diperbarui: 8 Agustus 2025   06:58 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Generated using AI by OpenAI's ChatGPT image generation tool.

Belum lama ini, Dedi Mulyadi Gubernur Jawa Barat yang dikenal vokal dan kontroversial mengumumkan program “pembinaan” siswa nakal dengan cara mengirim mereka ke barak militer selama enam bulan. Program ini diklaim sebagai bagian dari pendidikan berkarakter. Namun, alih-alih menuai apresiasi, kebijakan ini justru mengundang kritik keras dari berbagai kalangan, terutama pemerhati pendidikan dan psikologi remaja.

Apakah kebijakan ini benar-benar bentuk solusi jangka panjang? Atau hanya jalan pintas penuh risiko?

⚠️ Krisis Ide: Ketika Negara Kehabisan Cara
Menggunakan barak militer sebagai tempat “pendidikan” remaja bermasalah menunjukkan satu hal penting: krisis ide dalam menangani kenakalan remaja.

Remaja yang melakukan tawuran, kecanduan gim, atau membangkang, bukanlah "penjahat negara". Mereka adalah refleksi dari masalah sosial dan psikologis: minimnya perhatian di rumah, ketidakhadiran guru sebagai pembina, hingga ketidakmampuan sekolah menghadirkan sistem konseling yang kuat.

👉 Bukannya memperkuat bimbingan konseling, negara malah menyerahkan anak-anak ke tangan militer.
👉 Bukannya mendekatkan guru dan orang tua, yang dilakukan justru menjauhkan anak dari lingkungan yang seharusnya menyembuhkan.

🧠 Gagal Paham Psikologi Remaja
“Disiplin sejati lahir dari kesadaran, bukan ketakutan.”
Kutipan ini menjadi tamparan keras bagi kebijakan Dedi Mulyadi.

Remaja yang bermasalah butuh pendekatan reflektif, bukan koersif. Mereka butuh ruang aman untuk berbicara, untuk didengar, dan untuk diarahkan bukan digiring ke tempat yang keras, penuh perintah, dan berpotensi menimbulkan trauma.

Bayangkan jika seorang anak dengan luka emosional harus tinggal di barak militer, dipaksa bangun jam 4 pagi, push-up di bawah teriakan, tanpa ada pendamping psikologis. Apa yang sedang kita tanamkan? Disiplin atau dendam?

🪖 Militerisasi Pendidikan: Ancaman Demokrasi Kecil
Apa jadinya jika sekolah kehilangan fungsinya sebagai tempat tumbuh kembang anak?

Program wajib militer di sekolah, seperti yang juga diwacanakan, adalah bentuk militerisasi pendidikan yang berbahaya. Ketika siswa belajar bahwa solusi dari pembangkangan adalah kekerasan simbolik dan komando, maka yang lahir adalah generasi penurut bukan generasi berpikir.

📉 Ini bukan hanya soal pendidikan, tapi soal masa depan demokrasi.
📉 Ini bukan hanya soal disiplin, tapi soal peran negara dalam membentuk manusia yang merdeka secara utuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun