Si Guguk "anjing" yang malang, kakinya pincang bekas di pukul tukang tambal ban, saat ia mengendus-endus tumpukan ban mencari makan. Matanya hilang satu, di jahili anak-anak tongkrongan saat ia hendak menyeberang jalan. Kulitnya juga melepuh, di siram tukang bakso ketika ia di anggap mengganggu saat berjalan di dekat pelangggan yang sedang makan.
Kasian nian nasib si Guguk, sudah terlahir sebagai binatang haram, harus menanggung penderitaan pula. Lebih mengenaskan lagi ia di jauhi oleh binatang-binatang lainnya. Di asingkan sebagai binatang laknat menjijikan.
Blacky dan Brown, sepasang anjing jantan milik pengusaha toko bangunan yang menjadi dalang Guguk di kucilkan. Mereka memang sangat berkuasa di wilayah ini sama seperti pemiliknya. Badan terawat, bulu  mereka harum dan lebat, makanan terjaga extra gizi, perawatan rutin dan banyak lagi fasilitas-fasilitas mempuni lainnya.
Guguk tak pernah tahu sebab apa Blacky dan Brown teramat sangat membencinya dan dengan tega pula mengajak binatang-binatang lain untuk ikut seperti mereka. Guguk hanya bisa pasrah, menerima dengan ikhlas keadaan yang menimpanya. Pernah  suatu ketika Guguk melintas di dekat Taman, disitu anjing-anjing peliharaan dan binatang lainnya sedang jalan-jalan sore bersama pemiliknya.
"Ada binatang haram yang haram" kata Katty si kucing persia.
"Wow benar, dia anjing haram yang lahir dari hubungan haram" balas Brown.
Di iringi gelak tawa mereka yang menyakitkan Guguk berjalan tertunduk, rendah gairah.
Sepanjang hidupnya Guguk mencari tahu alasan ia di benci, termasuk maksud dari "anjing haram dari hubungan haram". Sejak kecil memang ia tak tahu dari anjing mana  dilahirkan, siapakah ayahnya, yang ia tahu di pagi buta saat pertama kali melihat dunia, ia berada di tempat pembuangan sampah.
"Hidup memang tidak mudah kawan, masalah akan datang silih berganti tapi itu bukanlah hambatan, hanya tantangan yang harus kau hadapi dan yang harus kau lakukan mengawali langkah menuntaskan semuanya" nasihat itulah yang membuat Guguk bertahan hingga hari ini, nasihat dari Jak si tikus Got. Â Â Â Â
Sama halnya seperti Guguk, hidup Jak teramat sangat memilukan bahkan bisa jadi lebih memilukan dari kisah hidupnya. Ia tikus terakhir yang tersisa disini. Saat itu kota sedang mengalami pembangunan besar-besaran, saluran air dibenahi, taman-taman di bangun, fasilitas umum di lengkapi. Tentu bagi manusia itu kabar baik tapi bagi bangsa tikus got itu sebuah Genosida.
Saat saluran mulai dibenahi, bangsa tikus terpaksa keluar dari sarangnya. Jak memimpin mencari tempat berlindung, ia berlari di depan. Celaka, manusia ternyata tak hanya menghancurkan tempat mereka tapi juga membunuh dengan keji tikus-tikus yang saat itu panik berhamburan. Jak terus berlari, matanya melirik-lirik ke arah mana mereka akan sembunyi, di pilihlah sebuah lubang di bawah jembatan. Tapi untuk menuju kesana bukanlah perkara mudah, ia harus melewati beberapa manusia yang sudah bersiap dengan peralatan untuk membunuh. Jak tak punya pilihan lain karena jika dia tak segera mengambil keputusan kaumnya akan binasa saat itu juga. Jak menorobos manusia satu per satu di ikuti oleh tikus-tikus lainnya beberapa mampu mengikuti, beberapa terpisah karena jalannya dihadang dan beberapa lainnya terkena pukulan manusia.