Mohon tunggu...
Encep Hanif Ahmad
Encep Hanif Ahmad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Learning how to Learn

seorang manusia biasa yang sedang belajar cara belajar

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Fatherless

27 Februari 2024   22:48 Diperbarui: 27 Februari 2024   22:48 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

"Kakang sudah tahu mimpi basah?" tukasku cepat. "Itu di buku sekolah," jawabnya. "Kakang tahu mimpi basah itu seperti apa?" tanyaku menyelidik lebih jauh. "Gak tahu," jawabnya singkat. "Pernah ngobrolin sama temen-temen tentang mimpi basah?" tanyaku lagi. "Gak pernah," katanya.

Sejenak sama-sama terdiam. "Mimpi basah itu, memimpikan sesuatu yang mungkin sebelumnya gak pernah dialami atau dibayangkan, rasanya enak banget, dan pas bangun, celana bisa basah dan lengket karena dari penis keluar cairan, mirip ngompol lah," kataku perlahan mencoba memberikan penjelasan. Dia terdiam sambil menatapku.

"Tapi, cairannya gak bau ompol, lebih seperti bau bayclin dan lengket-lengket gitu," kataku menjelaskan lebih jauh. "Warnanya putih atau cuma bening," lanjutku. "Aku gak tau bau bayclin," balasnya. "Kakang pernah mimpi seperti itu?" tanyaku. Narendra hanya menggeleng.

"Suatu saat mungkin Kakang akan mengalaminya, gak perlu bingung atau khawatir, karena itu hal yang wajar dan normal," kataku. "Kalau Kakang mengalami itu, tandanya Kakang sudah mulai dewasa, memasuki akil baligh," lanjutku lagi. Dia hanya terdiam memperhatikan omonganku.

"Kakang sudah tahu konsekuensi dari akil baligh?" tanyaku. "Sholat gak boleh tinggal," jawab Narendra. "Betul, dalam konteks beragama, setiap perbuatan sudah menjadi tanggung jawab pribadi," kataku menambahkan. "Bukannya dosa masih ditanggung orang tua sampai menikah?" tanyanya polos. "Wah, kalau sampai menikah, gimana yang nggak nikah-nikah, kasihan dong orang tuanya," jawabku sambil tersenyum.

"Nah, menjadi akil baligh itu, tidak perlu semua ciri-ciri terpenuhi, cukup satu saja dialami, sudah masuk akil baligh itu, bahkan jika tak ada satupun ciri-ciri yang muncul, pada umur 15 tahun, otomatis akil baligh," panjang lebar aku menjelaskan. "Gitu ya Rama," kata Narendra sambil manggut-manggut. "Iya," jawabku.

"Tadi Kakang bilang salah satu konsekuensi dari akil baligh adalah sholatnya gak boleh ketinggalan, iya kan?" kataku. "Iya," ujar Narendra pelan.

"Syarat sah sholat itu diantaranya suci dari hadas besar dan hadas kecil," kataku menjelaskan. "Kalau itu tidak terpenuhi, gak sah sholatnya," lanjutku lagi. Narendra diam mendengarkan.

"Karena Kakang sudah punya salah satu ciri akil baligh, sudah tumbuh bulu di selangkangan, suara juga sudah mulai berubah, menurut Rama sekarang Kakang sudah mulai masuk akil baligh, walau mungkin resminya kalau sudah mimpi basah," kataku sambil tersenyum. "Maka, konsekuensi akil baligh juga sudah mulai berlaku," lanjutku lagi sambil melihat respon Narendra. "Iya, sholatnya gak boleh ketinggalan," jawabnya.

"Nah, jadi Kakang harus tahu caranya bersuci, biar sholatnya sah," kataku. "Ada yang disucikan cukup dengan berwudhu, ada juga yang harus mandi junub," lanjutku menjelaskan. "Mandi wajib!" tukas Narendra mengoreksi. "Iya, mandi junub itu sama dengan mandi wajib," jawabku.

"Kalau dari penis Kakang nanti keluar cairan seperti yang Rama bilang, baik karena mimpi basah ataupun penyebab lainnya, harus disucikan dengan cara yang benar," jelasku lebih lanjut. "Mandi wajib ya Rama?" tanya Narendra.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun