Mohon tunggu...
brilyantini saja
brilyantini saja Mohon Tunggu... Penulis, Womanpreneur, Ilustrator.

Ibu rumah tangga, suka melukis watercolor.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Sobi Pegadaian: Dulu Tempat Berjuang, Kini Surga Investasi

20 September 2025   23:14 Diperbarui: 20 September 2025   23:14 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya bangga menyebut diri saya Sobi Pegadaian. Iya, sobi, alias sobat, alias sahabat. Sahabat Pegadaian.

Sebagai Sobi Pegadaian, saya merasakan betul perubahan lembaga yang dikenal sebagai jalan keluar andalan bagi para kaum yang berjuang dalam bidang finansial. Hingga sekitar lima tahun lalu, datang ke Pegadaian itu harus mindik-mindik. Supaya enggak ketauan tetangga, atau keluarga. Kenapa? Karena, malu! Jika kita sampai datang ke Pegadaian, maka kesannya adalah kita sedang kepepet banget perlu duit.

Suasana kantor Pegadaian sebelum lima tahun lalu, sungguhlah muram. Ruangan kantor seadanya, kursi nasabah berderet berbunyi kriut-kriut jika diduduki, meja dan konter petugas ala kadarnya. Bahkan, ketika jaman pandemi, konter ditutupi plastik tebal, yang menjadi pembatas antara nasabah dan petugas di dalam.

Dan, wajah-wajah manusia di Pegadaian pun wajah-wajah lelah dan muram. Ya pegawainya, ya nasabahnya. Di sana, saya sering bertemu dengan sesama nasabah, yang datang dengan bungkusan kecil kumal berisi perhiasan satu-satunya, dengan wajah sedang berjuang melawan kesulitan ekonomi.

Bagi nasabah, Pegadaian adalah jalan terakhir. Tempat di mana kami bisa menukar barang "berharga" dengan napas kehidupan. Uang hasil gadai akan digunakan untuk membayar biaya sekolah anak, melunasi hutang, atau sekadar buat makan sehari atau dua hari ke depan. Saya sering mendengar bisik-bisik, "Ini cincin kawin, Mbak. Semoga saya ada rejeki buat nebus lagi," atau "Tolong jangan dilelang, ya. Ini satu-satunya peninggalan orang tua."

Dari Aplikasi, Hingga Cicil Emas

Sekarang, Pegadaian berubah! Secara fisik, kesan kumuh hilang. Tak ada lagi pegawai berwajah lelah. Semua nasabah datang, disambut ramah dari pintu depan, hingga ke loket transaksi. Urusan di loket tidak lagi memakan waktu lama untuk satu nasabah, karena sebelum sampai loket, akan ada petugas membantu mengisi keperluan standar, melalui aplikasi Pegadaian Digital. Nasabah belum punya aplikasi Pegadaian Digital? Atau bingung bagaimana cara menggunakannya?  Tenang. Petugas ramah akan memandu nasabah berbagai kalangan, menjalankan step by step bertransaksi, sebelum akhirnya tinggal menunggu dipanggil petugas loket, untuk menyelesaikan transaksi akhir. Praktis!  

Saat ini, setiap kali saya melangkahkan kaki ke kantor Pegadaian, suasananya terasa berbeda. Memang masih ada wajah-wajah yang berjuang, tetapi kini, saya juga melihat wajah-wajah lain. Wajah optimisme anak-anak muda yang datang untuk tanya seputar Tabungan Emas, bapak-bapak yang membuka Deposito Emas, dan ibu-ibu yang antusias membeli logam mulia lewat fasilitas Cicil Emas. Pegadaian tidak lagi hanya menjadi tempat "darurat" bagi mereka yang butuh uang, tetapi telah menjadi tujuan bagi mereka yang ingin merencanakan masa depan.

Pegadaian, kini, bukan lagi hanya tentang pinjaman. Mereka telah menjelma menjadi sebuah lembaga keuangan yang inklusif dan modern. Program Cicil Emas memungkinkan siapa pun, dengan modal kecil sekalipun, untuk memiliki emas sebagai investasi. Ini adalah solusi cerdas untuk melawan inflasi dan membangun aset jangka panjang. Selain itu, hadirnya Pegadaian Digital telah meruntuhkan batasan geografis. Melalui genggaman ponsel, kita bisa menabung, membeli emas, hingga mengajukan pinjaman tanpa perlu antri di kantor.

Perubahan ini adalah cerminan dari visi "Pegadaian MengEMASkan Indonesia". Visi ini bukan sekadar slogan, melainkan sebuah aksi nyata. Pegadaian tidak hanya membantu rakyat keluar dari kesulitan, tetapi juga mengajak mereka untuk naik kelas. Dari yang tadinya berjuang untuk bertahan hidup, kini bisa mulai berinvestasi untuk meraih kemandirian finansial. Emas, yang dulunya adalah "barang gadai" sebagai simbol kesulitan, kini menjadi "aset berharga" sebagai simbol kemakmuran dan masa depan.

Saya bangga menjadi Sobi Pegadaian, saksi sekaligus bagian dari perubahan ini. Pegadaian telah membuktikan bahwa mereka mampu beradaptasi dengan zaman tanpa kehilangan jati diri. Mereka tetap menjadi solusi tepercaya di saat sulit, tetapi juga menjadi mitra andal saat kita ingin berinvestasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun