Mohon tunggu...
bregas Sandy
bregas Sandy Mohon Tunggu... Foto/Videografer - ig : bregassandy

hallo nama saya bregas, asal purwokerto,jawa tengah dan saya sedang menempuh pendidikan di Universitas Airlangga di surabaya. hobby saya adalah fotografi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hiduplah Indonesia, Pancasila, dan Demokrasi

13 Juni 2019   10:10 Diperbarui: 13 Juni 2019   10:29 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia?Bagaimana keadaan Indonesia saat ini?adakah Semangat kebangsaan atau rasa nasionalisme pada NKRI yang masih sama pada saat diawali sejak era 1908, yaitu ketika Berdirinya perkumpulan Budi Utomo, yang dimotori oleh Wahidin Sudirohusodo, Sutomo, dan kawan-kawan? pertanyaan ini mungkin tidak akan di gubris oleh anak-anak zaman sekarang namun inilah kenyataannya, mulai hilangnya Semangat kebangsaan atau rasa nasionalisme pada NKRI pada siswa dan mahasiswa zaman sekarang.Sedikit cerita sejarah, Spirit kebangsaan tersebut berlanjut pada 1928 dengan lahirnya Sumpah Pemuda. 

Dari lahirnya Budi Utomo 20 Mei 1908 itulah para tokoh menetapkan sebagai Harkitnas dan Dari perjalanan panjang sejarah negeri ini menuju kemerdekaan 1945, tiga tokoh besar Indonesia, yaitu Muhammad Yamin, Soepomo, dan Soekarno merumuskan Pancasila sebagai dasar haluan negara dan pandangan hidup bangsa yang disepakati secara bersama.

Sekarang mari kita lihat keadaan indonesia saat ini,  kebobrokan, itulah yang sedang dialami Indonesia yang ditandai dengan degradasi moral besar-besaran. Dimana Rakyat-rakyat mulai kehilangan kepercayaan terhadap para pemimpinnya. Para pemimpin mengambil hak-hak rakyat yang diwakilinya. Kaum mayoritas yang menindas kaum minoritas. 

Sungguh sedih saat mengetahui semua itu. contohnya Pemilihan Umum Presiden 2019 yang melahirkan luka-luka sejarah bagi kerukunan dan keberagaman berbagsa dan bernegara. 

Semangat nasionalisme kita mulai terkoyak, Pancasila yang seharusnya sebagai rumah besar yang menaungi pluralitas kembali dipersoalkan oleh kelompok-kelompok yang tidak menginginkan Pancasila sebagai narasi besar bangsa Indonesia. 

Lebih parahnya lagi, masyarakat indonesia terpecah menjadi dua golongan dan saling menyerang satu sama lain hanya karena berbeda pilihan. Bagaimana bisa Indonesia disebut negara yang makmur? Bagaimana mungkin Indonesia disebut negara yang adil? apakah Pancasila akan menjadi hantu yang tidak terlihat?

sebenarnya bobroknya negeri ini dapat kita atasi, yaitu dengan menanamkan kembali nilai yang sesungguhnya dari dasar negara kita, yaitu Pancasila. Namun hal ini tidaklah akan semudah membalik telapak tangan. Karena sekarang ini msih banyak rakyat Indonesia yang tidak memahami dan salah dalam mengartikan esensi dari Pancasila. Jangankan memahami, hafal Pancasila pun mungkin tidak. 

Ini karena banyak anomali yang ditemukan di institusi pendidikan di mana siswa tidak memiliki karakter Pancasilais sehingga dengan mudah melakukan tindakan tidak berakhlak seperti tawuran dan tidak adanya rasa hormat kepada guru. Padahal sebagai pandangan hidup, Pancasila seharusnya adalah hal yang penting dalam kehiupan rakyat Indonesia.

Jika kita tidak ingin pancasila bagai hantu yang tak dianggap mari kita mendalami pancasila. Pancasila terdiri dari lima sila yang masing-masing memiliki nilai yang terkandung didalamnya. Lima nilai tersebut yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Dalam konteks ini, Pancasila berfungsi untuk menguatkan beragam macam karakter yang diharapkan menjadi output proses pendidikan.

Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Meski secara umum konsep ketuhanan tiap agama bisa jadi berbeda, tetapi soal pendidikan karakter bagi anak didik berbagai agama di Indonesia bisa bertemu (Husaini, 2011).  

Agama Islam, Kristen dan berbagai agama lain bisa bertemu dalam penghormatan terhadap nilai-nilai universal seperti nilai kejujuran, toleransi, kerja keras, tanggung jawab, semangat pengorbanan, dan komitmen pembelaan kaum lemah. Namun, beberapa masyarakat salah dalam mengartikan nilai ini. 

Mereka melakukan demo habis-habisan dan membantai sesama dengan asumsi bahwa mereka melakukan kebaikan bagi bangsa ini dan menjalankan ajaran tuhannya atau mungkin hanya tersulut dalam emosi karena terprovokasi. 

Padahal, di setiap agama pasti diajarkan kebaikan untuk saling mengasihi dan menuntut keadilan tanpa membantai satu sama lain. Oleh karena itu, sekolah seharusnya mulai mampu mencoba untuk menguraikan sila pertama menjadi bahan-bahan nilai dalam pendidikan karakter. 

Misalnya, penanaman nilai toleransi antar umat beragama yang disampaikan melalui permainan-permainan yang menarik agar generasi bangsa ini memiliki akhlak yang lebih baik.

Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. 'beradab' merupakan modal utama dalam relasi sosial. Apabila setiap masyarakat merasa diperlakukan adil oleh masyarakat lainnya, maka akan tercipta suatu persatuan yang diinginkan. 

Tidak ada lagi perselisihan bahkan pembantaian di dalam bangsa ini hanya karena terjadi perbedaan keyakinan ataupun pilihan. Selain itu, manajemen konflik juga dapat diajarkan. 

Konflik bukan berarti anarkis, konflik dapat diajarkan melalui proses debat dan pemaparan argumen. Penting kiranya bahwa pendidikan manajemen konflik bertujuan untuk memberikan pemahaman betapa saling menghargai itu penting, saling berseteru itu tidak diperlukan, dan dalam setiap konflik memungkinkan terjadinya rekonsiliasi.

Sila ketiga, Persatuan Indonesia. jika keadilan sudah tercapai dan masyarakat saling percaya tidak ada lagi perselisihan akan terjadi persatuan di Indonesia tercinta ini.

Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Sila ini merupakan acuan dalam kehidupan demokrasi di Indonesia. Berbicara Demokrasi, demokrasi dalam arti umum yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. 

Dimana seharusnya melibatkan seluruh bangsa dalam pemerintahan. Rakyat menentukan para wakilnya melalui pemilu yang LUBERJURDIL untuk duduk di pemerintahan dengan tujuan untuk menyuarakan aspirasi rakyat dan mengutamakan kepentingan rakyat.

Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Karakter ini merupakan basis kepekaan sosial sekaligus modal dasar agar rakyat selalu berdiri di atas semua golongan untuk memperjuangkan kepentingan bersama, bukan untuk diri sendiri dan kelompoknya. 

Satu hal lagi yaitu Ketika demokrasi telah mampu ditegakkan, Nilai Keadilan dapat dirasakan oleh seluruh bangsa Indonesia. Sehingga rakyat tidak menderita dan kehilangan rasa percaya terhadap Pancasila, dan pancasila tidak dianggap sebagai hantu.

Dengan memahami secara mendalam dan dimasukan kedalam jiwa raga nilai-nilai yang terdapat didalam pancasila maka kebobrokan yang terjadi di bangsa ini dapat dipulihkan kembali. Memang, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara itu tidak dapat dipungkiri terjadinya masalah ataupun munculnya goncangan. 

Namun, seperti halnya dalam membangun rumah, demikian juga dengan negara, negara harus didirikan dengan fondasi yang kokoh agar saat terjadi goncangan negara tidak akan goyah bahkan runtuh, dan Sudah saatnya, Pancasila menjadi platform pendidikan karakter demi menanggulangi segala macam persoalan sosial agar Indonesia kita tercinta bisa menjadi cahaya yang bisa menyinari dunia dengan berdasar pada pedoman hidup dan dasar negara kita, pancasila.

daftar pustaka :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun