Mohon tunggu...
Muhammad Aditya
Muhammad Aditya Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Raden mas said Surakarta

Saya seorang mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Janganlah Khawatir atas Rezeki Anak-Anakmu Prespektif Al Quran dan Hadis

21 Maret 2025   10:26 Diperbarui: 21 Maret 2025   10:26 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kekhawatiran serta ketakutan terhadap rezeki anak-anak merupakan perasaan yang wajar dialami oleh setiap orang tua. Dalam dunia yang dipenuhi ketidakpastian ekonomi, banyak orang tua merasa tertekan untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anak mereka. Namun, dalam Islam, kekhawatiran ini seharusnya tidak mengganggu ketenangan hati. Al-Qur'an dan Hadis telah memberikan panduan yang jelas mengenai rezeki serta tanggung jawab orang tua.

Ketakutan akan kemiskinan sering kali menjadi alasan bagi sebagian orang untuk menunda memiliki anak atau bahkan melakukan tindakan ekstrem seperti aborsi. Dalam sejarah, praktik ini juga terjadi pada masa Jahiliyah, di mana anak-anak, terutama perempuan, dibunuh karena dianggap sebagai beban ekonomi. Hal ini juga disampaikan melalui akun Instagram @gerai.hafizhafidzah, yang menegaskan bahwa Islam secara tegas melarang tindakan ini sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Isra ayat 31:

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang akan menanggung rezeki mereka dan juga (rezeki) bagimu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar." (QS. Al-Isra: 31).

Ayat ini menegaskan bahwa Allah adalah pemberi rezeki bagi seluruh makhluk-Nya, termasuk anak-anak. Islam memang membolehkan perencanaan keluarga, tetapi motivasinya harus demi kemaslahatan, bukan karena takut miskin. Terlalu khawatir akan kondisi ekonomi dapat membuat seseorang lupa bahwa Allah memiliki kuasa mutlak atas rezeki. Dengan memahami firman Allah ini, umat Islam diharapkan memiliki keyakinan mendalam bahwa rezeki tidak terbatas pada materi semata. Rezeki juga bisa berupa kesehatan, ilmu yang bermanfaat, lingkungan yang baik, dan banyak hal lainnya. Bahkan, keberadaan anak sering kali menjadi jalan terbukanya pintu-pintu rezeki yang tidak terduga.

Oleh karena itu, sebagai hamba-Nya, kita tidak boleh pesimis atau menyerah, melainkan harus terus berdoa, berusaha, dan yakin bahwa Allah adalah pemberi rezeki terbaik. Dalam esai ini, akan dibahas makna ayat tersebut, relevansinya dalam kehidupan modern, serta pandangan Islam mengenai jaminan rezeki berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis.

Makna QS. Al-Isra Ayat 31 dalam Konteks Sejarah dan Tafsir

Pada masa Jahiliyah, ketakutan akan kemiskinan mendorong masyarakat Arab melakukan tindakan keji dengan membunuh anak-anak mereka, terutama bayi perempuan. Mereka menganggap anak perempuan sebagai beban ekonomi dan sosial yang tidak memberikan manfaat bagi keluarga. Dalam Tafsir Al-Misbah karya Quraish Shihab, dijelaskan bahwa ayat ini hadir sebagai kritik terhadap kebiasaan tersebut serta sebagai jaminan bahwa rezeki adalah tanggung jawab Allah SWT.

Tafsir lainnya, seperti Tafsir Al-Qurtubi dan Tafsir Ibnu Katsir, juga menegaskan bahwa Allah melarang pembunuhan anak dengan alasan kemiskinan, baik yang sedang dialami maupun yang hanya dikhawatirkan akan terjadi di masa depan. Penggunaan kata "khasyyah" (takut) dalam ayat menunjukkan bahwa larangan ini mencakup kekhawatiran yang belum tentu terbukti. Allah menegaskan bahwa setiap makhluk sudah dijamin rezekinya, sehingga tidak ada alasan bagi manusia untuk mengambil nyawa anak-anak mereka.

Konsep Rezeki dalam Islam

Islam memandang rezeki sebagai sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah SWT bagi setiap makhluk-Nya. Dalam Surat Hud ayat 6 disebutkan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun