Mohon tunggu...
M.Abdussalam Hizbullah
M.Abdussalam Hizbullah Mohon Tunggu... Administrasi - mencoba menulis meski tidak berbakat

jika tulisanku ini bermanfaat, bagikan pada orang lain agar manfaatnya tidak terhenti padamu. 😘😘

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kewajiban Mencaci Pemimpin

9 Januari 2018   08:27 Diperbarui: 9 Januari 2018   08:42 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebagai masyarakat Indonesia, banyak yang tidak menyadari bahwa kondisi masyarakat kita belakangan ini sangatlah bertentangan dengan ideologi agama dan negara. ada suatu fenomena yang telah berkembang dengan sangat pesat. Terlebih saat komunikasi tidak menjadi hambatan dengan adanya dunia maya. Saat teknologi tumbuh dengan pesat, muncul pula budaya buruk yang mengiringi pesatnya teknologi, yaitu budaya mencaci. Memberikan kritik negatif terhadap orang lain menjadi budaya yang menjamur di masyarakat. Bisa dikatakan bahwa budaya mencaci dalam masyarakat Indonesia sudah menjadi kesatuan dalam interaksi sosial, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.

Mencaci dapat dianggap bertentangan dengan ideologi negara karena bertentangan dengan sila ke-dua dari Pancasia, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Budaya mencaci merupakan wujud dari adab yang buruk, sehingga perbuatan itu bukanlah perbuatan yang dapat dibenarkan. Perbuatan itu tidak menunjukkan karakter manusia yang beradab. Begitu juga pada ideologi agama, khususnya agama Islam. Mencaci merupakan perbuatan yang tercela. Nabi Muhammad shallallahu'alaihiwasallam bersabda dalam riwayat Tirmidzi bahwa seorang muslim bukanlah orang yang suka melaknat, tidak juga mencela, tidak juga berbuat keji, tidak pula berbuat hal kotor. Nabi Muhammad mengajarkan untuk tidak mencela, mencaci orang lain.

Meskipun demikian, fenomena mencaci dikalangan masyarakat muslim di Indonesia saat ini seakan sudah menjadi karakter dalam masyarakat. Sebagian dari masyarakat muslim di Indonesia banyak memberikan komentar negatif atas berbagai hal, khususnya pada berita-berita di dunia maya. Mencaci pada kolom komentar bukan menjadi sesuatu yang dianggap salah. Justru hal tersebut menjadi budaya yang menyebar luas dikalangan pengguna media sosial.

Hal ini menunjukka penurunan karakter di tengah-tengah masyarakat. Ketika kalian mengakses berita online mengenai seorang tokoh, maka kalian akan dengan mudah menemui caci maki dalah kolom komentar. Cacian-caican tersebut dikeluarkan dengan dalih mempertahankan pendapat atau menganggap bahwa tokoh yang diberitakan melakukan hal yang sangat keji. Ketika melihat komentar di dunia maya, maka akan banyak ditemukan balasan komentar yang menganggap suatu pendapat adalah suatu yang paling benar, padahal pendapat yang disampaikan belum tentu benar.

Budaya mencaci ini tidak hanya dilakukan kepada tokoh-tokoh tertentu, tetapi juga terjadi pada pemimpin-pemimpin di negeri ini. Mencaci pemimpin seakan-akan merupakan salah satu kewajiban sebagai warga negara. akan ada hal yang kurang jika hal tersebut tidak dilakukan. Hal ini jika dibiarkan dapat memecahkan ke-bhineka-an Indonesia. dengan budaya mencaci yang tengah menyebar ini, ini menyebabkan masyarakat menjadi terkotak-kotak. Dengan budaya ini muncul kelompok-kelompok masyarakat yang saling bertentangan.

Contonya pada pemilihan presiden Indonesia. ketika Jokowi terpilih menjadi presiden di Indonesia, masyarakat terbagi menjadi dua kelompok besar. Kelompok yang mendukung Jokowi dan kelompok yang tidak mendukungnya. Kelompok yang mendukung Jokowi selalu menampilkan keunggulan Jokowi dan mencela calon pemimpin yang tidak terpilih. Dan sebaliknya, kelompok yang tidak mendukung Jokowi juga melakukan hal yang sama, mereka mencaci kinerja yang dilakukan oleh Jokowi.

Baik kelompok yang mendukung jokowi maupun kelompok yang tidak mendukungnya, semuanya melakukan perbuatan yang sama, yaitu mencaci maki. Jadi tidak ada perbedaan diantara kedua kelompok ini. Padahal, ketika seorang pemimpin telah diangkat untuk memimpin suatu masyarakat, maka seharusnya masyarakat yang dipimpinnya membantu dan mendukung kinerja baik dari pemimpin tersebut, sekaligus mengawasi dan mencegah kinerja buruk yang dilakukan.

Tetapi masyarakat Indonesia justru selalu mencaci baik pada kinerja baik ataupun kinerja buruk seorang pemimpin. Ketika pemimpin melakukan kinerja dengan baik, akan ada yang mencaci dengan dalih pencitraan di depan publik. Dan jika melakukan kinerja buruk, maka akan lebih banyak lagi caci maki yang dilakukan. Padahal akan lebih baik jika masyarakat mendukung dan membantu kinerja baik pemimpin kemudian mengawasi dan mencegah kinerja buruknya. Dari pada mencaci maki, lebih baik memberikan doa agar pemimpin terpilih dapat menjadi pemimpin yang dapat membawa Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Mari kita lihat pada negara tetangga kita, Malaysia. saat ini, harus diakui bahwa Malaysia lebih maju dari negara kita. Hal ini terjadi bukan hanya karena kemampuan pemimpinnya, tetapi pada dukungan dari masyarakatnya. Ketika masyarakat Indonesia banyak melakukan pelanggaran atas peraturan yang dikeluarkan pemerintah, masyarakat Malaysia justru banyak mendukung peraturan yang dikeluarkan pemerintah. Contoh sederhananya pada pengelolaan sampah. Indonesia dan Malaysia memiliki peraturan tentang pengelolaan sampah. Dilarang untuk membuang sampah sembarangan. Ketika masyarakat Malaysia mendukung aturan tersebut dengan menjaga kebersihan dan membuang sampah pada tempatnya, masyarakat Indonesia dengan santainya melanggar peraturan tersebut dengan membuang sampah dimana-mana.

Tidak hanya mendukung pemerintah dengan melaksanakan peraturan yang ditetapkan, masyarakat Malaysia juga mendukung pemerintah dengan memberikan doa agar pemimpin-pemimpin negeri mereka dapat menjadi pemimpin yang baik. Jika kalian berkunjung ke Malaysia, bagi laki-laki, cobalah untuk melaksanakan shalat jum'at disana, maka kalian akan menemukan salah satu doa yang dimohonkan saat doa shalat jum'at adalah doa untuk kebaikan negeri dan pemimpin mereka. Disaat masyarakat Indonesia saling caci-mencaci pemimpin, masyarakat Malaysia justru mendoakan pemimpin-pemimpin mereka. Budaya ini sangat berlawanan dengan budaya di masyarakat Indonesia saat ini. Padahal, yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat Indonesia adalah mendoakan pemimpin-pemimpin negeri ini, bukan mencaci dan mencelanya.

Kita seharusnya mendukung kinerja baik Indonesia dan mengawasi kinerja buruknya. Mengawasi dan mencegah kinerja buruk pemerintah bukan dengan memberikan caci-maki, tetapi melakukan pengawasan sesuai dengan peraturan yang ada. Hal ini perlu diterapkan dan dilakukan untuk membawa Indonesia menjadi lebih baik. Maka dari itu, mari kita ubah budaya kita ini. Mencaci pemimpin bukanlah suatu kewajiban. Kewajiban kita adalah mendukung dan membantu kinerja-kinerja baik dari pemerintah. Mari kita mulai untuk mendukung da melaksanakan peraturan-peraturan yang ada. Dari pada selalu mencaci kinerja pemimpin, lebih baik kita mendoakan agar pemimpin-peminpin negeri ini dapat melaksanakan kinerjanya dengan baik. Mari kita tiru budaya negara tetangga kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun