Mohon tunggu...
bonekpalsu
bonekpalsu Mohon Tunggu... profesional -

Bonek palsu yg bejo

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Jadi Wayang Besar atau Dalang Kecil?

25 Oktober 2014   04:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:49 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_368965" align="aligncenter" width="567" caption="sumber: travel.kompas.com/IWANSETIYAWAN"][/caption]

Saat media dan pengamat sibuk menebak siapa2 yang akan jadi angggota kabinet Presiden Jokowi, yang paling menarik perhatian ku adalah bu Susi Pudjiastuti. Seorang wanita usahawan tangguh dengan insting bisnis yg cukup tajam, juga punya visi yang jauh kedepan. Sebagaimana yang tertulis di berbagai sumber di internet, darah usahawan sangat kental dalam keluarga bu Susi. Karena aktivitasnya saat remaja, bu Susi tidak bisa menamatkan pendidikan SMAnya, dan beliau banting stir dg memulai bisnis kecil2an sebagai pengepul ikan di pantai Pangandaran Jawa Barat. Bisnis ini terus berkembang menjadi sebuah pabrik pengolahan hasil laut dengan pasar yg cukup luas hingga ke negara2 tetangga di Asia bahkan sampai ke Amerika. Bu Susi mulai berpikir untuk membeli pesawat udara yg khusus dipakai untuk mengirim barang dagangannya langsung dari Pangandaran ke Jakarta sehingga ikan, lobster, dan hasil lautnya tetap segar ditangan pembeli. Tahun 2004 berdirilan Susi Air, yang sekarang punya armada 45 pesawat dari berbagai jenis. Selain itu bu Susi juga membuka sekolah pilot Susi Flying School.

[caption id="attachment_368966" align="aligncenter" width="562" caption="Susi Pudjiastuti di Kompleks Istana Kepresidenan. Sabrina Asril/KOMPAS.com"]

1414161642362341047
1414161642362341047
[/caption]

Benar. Bu Susi bukan pengusaha super sukses, super kaya raya seperti pengusaha2 besar Indonesia lainnya. Tapi jenis usaha yang dipilih bu Susi bukanlah usaha yang mencari tender tender dari proyek-proyek pemerintah, bukan usaha yang didapat dari pengelolaan hasil hutan/tambang yang pada umumnya harus didapat karena adanya koneksi, koncoisme, KKN, bahkan sangat lazim didapat dengan cara menyuap pejabat pemerintah. Juga usaha bu Susi bukan jenis usaha yg perlu modal besar, sumberdaya kelas 1, dan teknologi tinggi untuk memulainya. Bu Susi adalah seorang DALANG. Dalang yang menahkodai laju dan arah kapalnya, dalang yang menciptakan lapangan kerja, dalang yang ikut menggerakan kegiatan ekonomi Negara/Rakyat tanpa harus ikut merecoki pemerintah.

Aku sendiri yang walaupun punya darah bonek tapi cuma punya mental WAYANG, mental untuk bekerja dibawah arahan seorang dalang yang bisa memberi kemapanan dan harapan untuk tetap mapan dalam jangka panjang. Dari kecil sekolah sampai lulus cuma punya pikiran akan bekerja dimana, perusahaan apa. Bukannya berpikiran mau mulai usaha apa atau bikin sesuatu yang bisa dijadikan mata pencaharian. Ya begitulah …aku langsung bekerja setelah lulus, kemudian dapat kesempatan macul dan kenal di beberapa tempat, bahkan sempat nyasar ke Brazil segala. Dan akhirnya nyangkut di Amerika. Aku sampai sekarang masih tetap wayang, kalau boleh dibilang wayang senior yg punya beberapa wayang junior.

Bojoku (istriku) juga punya darah bonek, yang tentu saja cantik (pasti rek!), setia, dan manut sama suami. Demi aku, bojoku rela keluar dari pekerjaannya dan ikut kemanapun sang suami pergi untuk melakoni hidup sebagai wayang. Padahal didalam hatinya memendam gelora untuk memulai usaha sendiri. Akhirnya, setelah ada penjajakan potensi pasar (tanpa setahu ku) dari acara setiap hari antar jemput anak disekolah, dari pengajian ke pengajian, pada awal tahun 2007 bojoku berani mengajukan “permohonan hutang”, untuk menggunakan uang tabungan kita berdua sebagai modal usahanya. Modal ini akan dipakai untuk sewa tempat usaha, membeli beberapa mesin produksi, membayar upah pekerja, dan membeli sebuah kios kecil di Pasar Baru Bandung. Dasar mental wayang, tentu saja reaksi awalku adalah menolak dan menyangsikan tekad istriku ini. Tapi berkat rayuan maut dan tentu juga dengan perhitungan yg masuk akal, kita berani menjebol sebagian tabungan dan mulailah istriku menjadi dalang kecil. Berkat kerja kerasnya ‘hutang’ tabungan bisa dilunasi dalam setahun. Tahun kedua bisa membeli sebuah lapak lagi di Pasar Baru Bandung, dan membeli sebuah mobil (bekas) untuk operasional usahanya.

Dinamika bisnis kecil memang sangat tinggi seperti ongkos produksi naik, saingan tambah banyak, banyak yang meniru design persis sama tapi dg bahan dan harga yang lebih murah, ditambah dengan tingkah pekerja yang mulai rewel yang bisa menganggu proses produksi. Tapi itu bukan halangan bagi bojoku, semua dihadapi dan dicari pemecahannya. Aku yang tidak tahan dengan semua ‘ketidak pastian’ itu dan minta bojoku agar berhenti. Karena cintanya kepada ku (he he he) bojo rela meninggalkan semua usahanya (untuk dikelola oleh keluarga) dan ikut aku ke Amerika. Thanks my dear.

Saat ikut mbantu usaha kecil istriku, aku jadi sedikit tahu seluk beluk bisnis rakyat kecil, dan membuka mataku bahwa ternyata banyak sekali dalang-dalang kecil dengan modal seadanya, ulet, mandiri, dan siap bekerja keras. Mereka ikut aktif menggerakan ekonomi Negara, menciptakan lapangan kerja, dan banyak diantara mereka bisa hidup dan berkembang nyaris tanpa bantuan apapun dari negara/pemerintah. Mereka pula lah yang akan merasakan dampak langsung dan bahkan bisa mematikan usaha mereka saat itu juga bila ada kebijaksaan politik/ekonomi pemerintah yg tidak pro-rakyat kecil. Mereka bukan politikus/anggota DPR yang punya gaji dan fasilitas luar biasa, bukan para aktifis yang hidup dari demo ke demo dari proyek ke proyek sesuai pesanan kelompok tertentu, bukan pengamat (pengamat apapun itu) yang selalu gaduh dan merasa paling jago di media, dan bukan pula pejabat pemerintah yang kekayaannya sangat jauh diatas kewajaran gajinya …….

Dalang-dalang kecil inilah sesungguhnya harus diramut, dibina oleh pemerintah. Mereka adalah orang2 yang punya daya survival tinggi dan punya harapan untuk terus berkembang menjadi besar dan sangat aktif menggerak ekonomi negara. Bukankan Presiden Jokowi senang nya blusukan ke Tanah Abang?

Sebesar dan sehebat apapun title seorang wayang, tetaplah dia seorang wayang, bukan Dalang.

Salam - bonek yang gagal jadi dalang:(

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun