Potensi Industri Logistik Masa Depan Dipengaruhi 2 Hal, Penetrasi Internet dan Infrastruktur

Tidak  bisa di pungkiri, perkembangan industri logistik dan forwarding yang ada di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup baik. Hal itu bisa di lihat dari peningkatan yang secara kontinyu angka LPI ( Logistic Performance Index) setiap tahunnya. Wajar jika prediksi yang di berikan untuk industri ini pertumbuhan per tahunnya bisa mencapai angka Rp 40 trilliun. 

Industri pengiriman barang tumbuh positif tiap tahunnya seiring perkembangan e-commerce yang tercatat 500% dalam empat tahun terakhir. Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) memprediksi potensi pertumbuhan bisnis logistik di Tanah Air bisa mencapai lebih dari 30% pada 2020. Bila dihitung secara rinci, estimasi pertumbuhan sektor ini secara menyeluruh bisa mencapai Rp40 triliun atau lebih per tahun.

Peningkatan yang  terjadi pada industri logistik ini memang terjadi karena adanya beberapa  kondisi, sehingga tidak terjadi dengan sendirinya : (1)  Besarnya potensi bisnis yang ada di Indonesia sebagai dampak dari besarnya jumlah penduduk yang saat ini mencapai 469 juta jiwa (2) Besarnya potensi ekonomi yang ada di Indonesia. 

Dimana pada  tahun 2019 saja angka pertumbuhan untuk konsumsi domestik Indonesia bisa mencapai angka 56,28% sedangkan untuk investasi kontribusinya mencapai 32,32% (3) Kekuatan pebisnis UMKM ( Usaha Mikro Kecil dan Menengah) Indonesia sendiri, menjadi satu hal yang penting. 

Mengingat saat ini  jumlah pelaku dalam industri UMKM mencapai 60 juta. Karena itu untuk tetap bisa mempertahankan dan meningkatkan kemampuan pelaku bisnis UMKM maka pemerintah perlu melakukan  beberapa penyesuaian.

Sebenarnya terkait dengan kebijakan pemerintah dalam upayanya membantu dan meningkatkan pelaku bisnis  UMKM dapat di lakukan oleh pemerintah dengan 2 cara. 

Dimana kedua hal tersebut menjadi penting untuk meningkatkan kualitas atau segmentasi pelaku bisnis UMKM agar  bisa  naik kelas : (1) Kurangi import atau hapus import secara perlahan agar produk lokal dapat menjadi raja di negeri sendiri (2) Tingkatkan bantuan dalam hal permodalan kepada para pelaku  bisnis UMKM. Karena salah satu hal yang menjadi  penghambat pelaku   bisnis UMKM untuk bisa naik kelas adalah permodalan.

Dengan adanya beberapa hal yang menjadi kendala coba di minimalisir atau bahkan mungkin di hilangkan. Maka secara otomatis hal itu akan berdampak secara langsung pada peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

Karena dengan adanya pengaturan atau tata kelola sistem logistik yang di lakukan secara nasional maka sudah pasti hal itu akan  membawa dampak positif bagi kelancaran arus barang secara terintegrasi serta akan mampu meningkatkan daya saing  industri logistic yang ada di Indonesia.

POTENSI LPI INDONESIA SEMAKIN MENGUAT DARI TAHUN KE TAHUN, BUKTI BISNIS LOGISTIK DI INDONESIA SEMAKIN MENARIK

Dok: Kemenhub

Jika mengacu pada peringkat LPI ( Logistic Performance Index) Indonesia, hal   itu  sebenarnya sudah bisa tercermin dari adanya perbaikan sistem logistik yang ada di Indonesia walaupun belum berjalan secara maksimal.  Dari tahun 2014 hingga  tahun 2018/2019 Index LPI Indonesia terus meningkat. 

Dari angka posisi Indonesia dalam Index negara di dunia, saat itu LPI Indonesia berada pada peringkat 53, namun di tahun 2016 sedikit naik menjadi posisi 63 namun setelah itu berangsur turun di angka 46 pada tahun 2018/2019. 

Sekalipun memang untuk tingkat Asean, Indonesia masih cukup tertinggal, karena saat ini saja kondisinya  Indonesia masih   berada di posisi ke-5. Dimana beberapa negara lainnya  : dalam Performance Index dunia Singapura (peringkat 7), Thailand ada di posisi ( 32), Malaysia ada di posisi (41) dan justru Vietnam posisinya cukup baik di banding Indonesia dan Malaysia yaitu berada di posisi (39).

Sebenarnya terkait dengan judul, apa  yang di utarakan oleh Yukki Nugrahawan  Hanafi, Ketua Umum ALFI ( Asosiasi Logistik dan Forwarding  Indonesia). Ada dua hal yang paling mendasar jika Indonesia ingin agar LPI meningkat secara signifikan.  

Pertama sudah pasti meningkatkan pembangunan dan pemeratan infrastruktur  terutama jalan yang ada di n Indonesia. Hal itu sangat terkait dengan kondisi  Indonesia sebagai negara kepulauan. 

Wajar jika pada akhirnya saat ini biaya logistik Indonesia kondisinya masih tertinggi di Asia. Dengan komposisi sebesar 24% dari PDB ( Produk Domestik Bruto), maka Indonesia masuk negara dengan  biaya logistik termahal di Asia. Kondisi itu jelas di sebabkan karena kurang meratanya kualitas jalan atau infrastruktur jalan yang ada di seluruh Indonesia, seperti yang disampaikan oleh analisa Frost and Sullivan.

Yang kedua, jelas ini berhubungan dengan kondisi  Indonesia yang saat ini sedang masuk dalam kondisi Era Industri 4.0. Dimana peran IT ( Information Technology) menjadi salah satu faktor yang mesti menjadi perhatian dalam setiap jenis usaha atau bisnis termasuk sektor industri logistik.

Yukki Nugrahawan selaku ketua umum ALFI memberikan pandangannya. Bahwa sejak awal, memang ALFI merasa tren pemanfaatan IT akan menjadi satu hal penting dalam industri logistik. Dan memang hal itu terjadi pada kondisi saat ini, Bahwa peningkatan industri logistik juga dipengaruhi oleh peningkatan dalam sistem digitalisasi. 

Hal  itu bisa di lihat dari terjadinya tren peningkatan dalam skala domestik dari jenis perdagangan model e-commerce.  Sekedar info, dengan semakin meningkatnya penggunaan dan  implementasi sistem digital, maka bisa terlihat  dari sudah mulainya beberapa perusahaan mengarahkan bisnisnya dengan mencoba mengembangkan sistem digital. 

Seperti misalnya  perusahaan e-commerce Lazada. Ini adalah sebuah perusahan yang merupakan salah satu perusahaan perdagangan model e-commerce di Indonesia yang memperluas fasilitas build-to-suit mereka menjadi 77.000 meter persegi dari 30.000 meter persegi.

CRM, SISTEM DIGITALISASI YANG AKAN MEMBUAT PROSES KERJA  INDUSTRI LOGISTIK MENJADI LEBIH OPTIMAL

Sumber : ALI 

Sedangkan implementasi sistem digitalisasinya sendiri untuk  industri logistik bisa di mulai dengan memaksimalkan apa yang biasa di sebut dengan aplikasi CRM ( Customer Relationship Management).    

Ada beberapa hal penting yang bisa di dapat sebuah perusahaan logistik ketika manajemen menggunakan aplikasi tersebut untuk mendukung kelancaran proses kerja yang di lakukanya setiap  hari. : 

(1) Perusahaan bisa melakukan notifikasi terkait pemberitahuan atau peringatan  yang berhubungan dengan geofence di suatu lokasi 

(2) Perusahaan atau manajemen bisa melihat lokasi kurir pengantar barang  di lokasi manapun, sehingga bisa memperlancar proses pengiriman  barang tepat waktu 

(3) CRM bisa juga di jadikan semacam media end to end operational management 

(4) Perusahaan bisa memberikan layanan yang maksimal kepada customer dengan adanya fitur Geo Tagging. Fitur ini memiliki fungsi untuk memastikan apakah barang yang di kirim sudah di terima oleh customer di lokasi yang  benar 

(5) Manajemen bisa menjadikan CRM ini sebagai laporan KPI bagi karyawan secara langsung dan 

(6) CRM bisa menjadi alat untuk mengukur performace secara fair.

Itu baru dari sisi implementasi dan keunggulan dengan perusahaan menggunakan aplikasi CRM dalam operasional sehari-hari.  Secara implementasi pun CRM  bisa juga kita coba bandingkan mana yang lebih efektif dibanding dengan cara-cara tradisional, dimana point --point yang bisa di bandingkan adalah  : (1) Menyangkut masalah  laporan  pengiriman barang ke customer (2) Menyangkut persoalan pemberian atau pembagian tugas  (3) Menyangkut hal yang berhubungan dengan  kepastian penerimaan  barang di tangan customer (4) Proses  kerja yang meliputi konteks kinerja dan produktivitas dari karyawan yang bersangkutan .

Dan dari semua yang telah di  jelaskan diatas menyangkut bagaimana memaksimalkan penggunaan CRM pada industri logistik. Maka hal terakhir yang mungkin bisa menjadi jaminan  kenapa industri  ini memang membutuhkan sistem digitalisasi seperti aplikasi CRM adalah sebagai berikut : 

(1) CRM dapat di gunakan secara efektif untuk melakukan tracking atau pantauan terhadap proses pekerjaan yang selama ini di lakukan oleh team sales yaitu menyangkut proses penjualan atau sales. Dengan adanya fitur ini maka penjualan atau sales akan bisa secara langsung di kontrol dan di monitor oleh manajemen.  Dengan kondisi seperti itu maka mustahil kerja sales akan main-main, sudah pasti mereka akan on the track sesuai dengan apa yang jadi  targetnya. Karena semua aktivitasnya terekam secara otomatis dalam CRM tersebut 

(2)  CRM dapat melakukan pemantauan dalam hal proses kerja yang masuk dalam proses  negosiasi. Kenapa,  karena dari proses awal sebelum mendapatkan customer hingga proses tawar menawar  dan akhirnya terjadi closing, semua itu terekam secara otomatis dalam aplikasi CRM. Inilah yang membuat CRM bisa menjadi alat kontrol bagi sales dan customer dan yang terakhir 

(3) Jelas CRM bisa  menjadi alat pemantau atau tracking proses kerja yang dilakukan bagian penjualan atau administrasi.  Karena dari proses yang terjadi hingga terjadi closing pihak administrasi atau divisi sales  bisa melihat dan memantau potensi bisnis yang bisa di garap dari setiap customer  yang ada.  Dengan begitu tidak mudah bagi manajemen untuk membuat forcase atau analisa bisnis dari data base yang  tersedia di CRM.