Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kisah Maria, Penyandang Sindrom Down yang Raih Gelar Doktor

30 Maret 2020   08:11 Diperbarui: 31 Maret 2020   01:37 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meraih gelar doktor sungguh tak mudah. Apalagi jika sang mahasiswa atau mahasiswi adalah penyandang Sindrom Down. Sindrom yang pertama kali diselidiki oleh dokter Inggris John Langdon Down  pada tahun 1866 ini lazimnya menyebabkan kecacatan intelektual dari tahap ringan hingga sedang. Juga menyebabkan kontraksi otot yang buruk, kelainan jantung atau ginjal (atau keduanya).

Segala kendala ini tak menyurutkan Maria Chiara Coco, gadis penyandang Sindrom Down yang akhirnya berhasil menjadi doktor sastra di Universitas Udine, Italia. Sekadar informasi, kota Udine adalah markas klub sepak bola Udinese.

Maria Coco menjadi doktor pertama dari wilayah Friuli-Venezia Giulia yang menderita sindrom Down. Siswa dari kota Gorizia ini dinyatakan sebagai doktor pada 28 Maret dengan skor 110 dengan pujian (cum laude). 

Dia membahas tesis interdisipliner yang menghubungkan sejarah seni kuno dan sastra Latin dalam tesis berjudul "Piramo dan Tisbe di Ovidio: gambar dan kata-kata".

Pembimbingnya adalah Matteo Cadario, profesor arkeologi klasik, dan Marco Fucecchi, seorang profesor sastra Latin. 

Profesor Cadario memuji tesis Maria Chiara Coco. "Tesisnya membuktikan antusiasme tulusnya terhadap mitologi, ikonografi, dan budaya klasik".

Ujian Daring

Menariknya, ujian doktoral Maria dilakukan secara daring karena adanya wabah corona. Hal ini sebenarnya sedikit mengurangi suasana ujian normal yang didambakan oleh Maria dan keluarganya. Apa daya, ujian daring terpaksa dilakukan demi kebaikan bersama.

Maria Coco akhirnya menjalani ujian tesis dengan teleconference. Ibu, kerabat, dan sejumlah teman mendukungnya dengan menjadi penonton online.

Penyandang Disabilitas Dibantu Universitas

Universitas Udine memang menyediakan bantuan khusus mahasiswa-mahasiswi penyandang disabilitas. Selama belajar di Universitas Udine, Maria Chiara Coco didampingi Layanan Bantuan untuk siswa penyandang cacat dan ketidakmampuan belajar khusus. 

Salah satu keunggulan Universitas Udine dan sejumlah besar lembaga pendidikan di Eropa adalah adanya layanan bantuan untuk para penyandang disabilitas. Hal ini amat sangat membantu mahasiswa-mahasiswi seperti Maria Coco untuk meraih mimpi yang nyaris mustahil diraih seorang penyandang Sindrom Down.

Inspirasi bagi Kita

Kisah Maria Coco menjadi inspirasi bagi kita semua. Ia membuktikan bahwa disabilitas bukan penghalang mutlak untuk meraih kesuksesan. Ia berjuang menyelesaikan studinya dengan segala hambatan akibat kondisi disabilitasnya. Berkat kemauan kuat, ia berhasil.

Selain itu, kisah Maria Coco menjadi cermin bagi segenap dunia pendidikan Indonesia. Sudahkah dunia pendidikan kita ramah terhadap siswa-siswi penyandang disabilitas? Adakah anggaran dan perhatian memadai dalam wujud layanan khusus penyandang disabilitas di sekolah-sekolah dan kampus kita?

Di sisi lain, Maria Coco tentu merasa nyaman belajar karena tidak mengalami perundungan (bullying) di lingkungan sekolah. Ini mungkin terwujud karena penyadaran terus-menerus di kalangan pengajar dan siswa bahwa setiap orang berhak diperlakukan dengan penuh cinta dan hormat.

Salam cerdas!

Rujukan: 1, 2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun