Mohon tunggu...
Bob S. Effendi
Bob S. Effendi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Konsultan Energi

Konsultan Energi, Pengurus KADIN dan Pokja ESDM KEIN

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pelajaran dari Kebijakan Hijau Jerman bagi Indonesia

14 Mei 2016   23:45 Diperbarui: 16 Mei 2016   20:58 1085
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebijakan Energiewende mengakibatkan kerugian hampir di semua operator PLTU batubara karena mereka berdasarkan UU tersebut di wajibkan membeli Listrik renewable (angin dan surya) dengan harga mahal dan menjualnya dengan harga murah. Salah satu perusahaan energy terbesar di Eropa, E.On tahun 2015 rugi hampir €10 Milyar [6] karena kebijakan tersebut.

"German industry is going to gradually lose its competitiveness if this course isn't reversed soon," kata Kurt Bock, CEO BASF, Pabrik Kimia terbesar di Dunia yang berpusat di Jerman seperti di kutip oleh Wall Street Journal. 

Pendapatan operator PLTU hampir semua turun lebih dari 30% karena harus menjual Listrik “kotor” dengan harga murah tetapi ironisnya selisih harga antara Listrik “bersih” dan “kotor” tidak di nikmati pelanggan karena masyarakat Jerman tetap membayar Listrik yang mahal karena selisih tersebut di nikmati oleh produsen panel surya di China.

The Institute for Energy Research (IER) pada tahun 2014 menerbitkan sebuah study berjudul “Germany’s Green Failure : a Lesson for US Policy Maker” [7] – sebuah study yang di lakukan oleh lembaga penelitian amerika yang di tujukan supaya Pemerintah AS tidak mengikuti jejak Jerman menuju kehancuran ketahanan energy Amerika.

Study tersebut menyimpulkan bahwa :

  • Warga Jerman membayar Listrik rumah tangga 3x lebih mahal di banding Amerika
  • Lebih dari 800,000 warga Jerman di putus listriknya karena tidak mampun membayar tagihan Listrik.
  • Biaya yang harus di bayarkan untuk mengintegrasikan intermittent kedalam jaringan membengkak terus sampai US$ 33,6 Milyar.
  • Biaya Subisidi EBT yang terus membengkak dari tahun 2010 sebesar US$ 9 Milyar menjadi US$16,8 Milyar pada 2014 yang mulai membebani Anggaran Belanja Jerman.

Bila Energiewende tidak menguntungkan warga Jerman, jadi siapa yang di untungkan. Jelas adalah industri panel surya dan turbin angin. Dalam laporan tersebut IER mengutip Ralf Fück, ketua partai Green Party, “In my view, the greatest success of the German energy transition was giving a boost to the Chinese solar panel industry”  (dalam pandangan saya, kesuksesan terbesar dari kebijakan transisi adalah memberikan dorongan kepada industri panel surya di China).

Tariif Listrik yang membengkak bukan saja berdampak kepada warga miskin jerman tetapi juga industri besar yang haus energy seperti pabrik baja. Masih dalam laporan IER membeberkan kasus ThyssenKrupp, pabrik baja terbesar di Jerman yang harus menjual pabriknya di Rhineland kepada perusahaan Finlandia pada tahun 2012, yang juga akhirnya setelah beroperasi selama 1 tahun dibawah management dan owner yang berbeda tidak dapat juga di selamatkan dan akhirnya pabrik yang sudah berumur 110 tahun itu tutup dan 400 karyawan kehilangan pekerjaan.

Sehingga saat ini Industri berat Jerman seperti Baja yang haus Listrik yang selama lebih dari 100 tahun telah menjadikan tulang punggung perekonomian Jerman saat ini pertama dalam sejarah kehilangan daya saing mereka kepada Amerika dan Asia dan ini akibat Energiewende.

Konklusi dari laporan tersebut berbunyi :

Chancellor Merkel’s expanded “energy transformation” plan has had a disastrous impact on Germany. German families are suffering from higher energy bills; Germany’s economic competitiveness has deteriorated. And one of the stated goal of the plan – to reduce greenhouse gas emission – has backfired. The German government’s failed green energy experiment, like America’s, show the limitation of energy central planning. Bureaucrat in Berlin or Washington will never make wiser energy choices than a free market driven price signals. But while Germany has begun to reverse course, the US Government continues to press forward, promoting subsidies and mandates that have failed in Europe and are failing in America. We could do well to learn from Germany’s mistake lest we repeat them.

Dr. Dr. Kurt Gehlert dari University of Bielefeld mengatakan dalam Interviewnya di harian Iserlohner Kreisanzeiger und Zeitung (IKZ) bahwa Energiewende adalah kegagalan terbesar dalam sejarah Jerman.

Jelas tanpa harus di perdebatkan bahwa experiment Jerman yang disebut yang di sebut Energiewende adalah kegagalan total bagi perekonomian Jerman dan Bangsa Jerman hanya kerena dorongan sekelopok orang anti-Nuklir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun