Mohon tunggu...
Nani Kusmiyati
Nani Kusmiyati Mohon Tunggu... English teacher, Trainer, Writer and Woman Navy

I love teaching, writing and reading

Selanjutnya

Tutup

Diary

Aku Suka Gratisan

29 Januari 2023   10:50 Diperbarui: 29 Januari 2023   11:00 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pexels-ellie-burgin-6526078

Penerbit yang terkenal pasti memiliki berbagai aturan yang cukup ketat untuk menerima karya penulis sehingga buku tersebut memiliki royalti bagi penulis. Bagi kita yang masih menjadi penulis pemula, untuk sementara baru bisa menerbitkan buku di penerbit Indie. Tentunya penerbit Indie berbayar terlebih jika kita menginginkan buku solo kita. Otomatis segala jerih payah dan dana, diri sendiri yang menanggungnya. Seperti pepatah Jawa, "Jer Basuki Mowo Beya." Secara bahasa, jer berarti seharusnya. Basuki berarti kebahagiaan atau kesejahteraan. Mawa beya berarti butuh biaya dan pengorbanan. Nah agar kita bahagia atau sukses perlu adanya biaya dan pengorbanan.

Jika artikel-artikel telah menjadi buku maka kita berusaha memasarkannya melalui media sosial seperti Instagram, Face Book, blog dan WhatsApp baik group atau individu. Yang jadi pertanyaan apakah banyak yang membeli buku kita? Silakan bapak ibu menjawab sendiri. Sebagai penulis pemula memang belum dikenal, karyanyapun juga belum terlalu diakui. Tapi jika bapak ibu sudah dikenal pasti akan banyak yang membeli karya bapak ibu walau mungkin isi dari buku itu bukan sesuatu yang boom (luar biasa).

Beda lagi ketika kita share di group sosial media, buku ini diberikan secara gratis, pasti akan banyak yang menghubungi bapak ibu. Sahabat dekatpun juga tidak akan mau membeli namun request untuk diberi secara gratis itu pasti. Namun ada beberapa orang yang profesional menghargai karya orang lain dengan membelinya. Membeli dengan harga yang sudah ditetapkan atau lebih adalah suatu bentuk penghargaan terhadap karya seseorang. Terkadang orang yang memiliki tenggang rasa membeli buku tersebut karena ingin memotivasi penulis akan karyanya. Karena untuk menjadikan ide dan pikiriannya menjadi sebuah buku perlu dengan pengorbanan waktu, pikiran dan hari liburnya.

Nah, bagaimana bapak ibu apakah masih menginginkan benda atau buku yang gratisan?

Sebagai seorang yang profesional, marilah kita menghargai karya orang lain dengan membelinya, dengan memberikan reward kepadanya, agar perputaran roda ekonomi sesuai dengan mata rantainya.

Selamat membaca, semoga bermanfaat.

Jonggol, 29 Januari 2023

Nani Kusmiyati

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun