Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Demo yang Diwarnai Penjarahan Bukanlah Cerminan Demokrasi Pancasila

1 September 2025   10:35 Diperbarui: 1 September 2025   17:46 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengrusakan dan penjarahan di salah satu rumah politisi saat demonstrasi (Sumber gambar: AFA channel youtube)

"Demokrasi Pancasila bukanlah sekadar suara terbanyak, melainkan suara yang bermartabat. Ia menuntut kita untuk berbicara dengan hati, bermusyawarah dengan akal, dan bertindak dengan nurani." — Soekarno (dalam semangat dan tafsir kebangsaan).

Dalam sepekan terakhir, demonstrasi rakyat di berbagai ruas jalan Jakarta. Mahasiswa, pekerja ojek online (ojol), dan beragam elemen masyarakat bersatu menyuarakan tuntutan pembubaran DPR, menyusul kenaikan tunjangan perumahan, tunjangan pulsa, serta tunjangan lainnya yang nilainya fantastis.

Gaya hidup hedonis dan aksi pamer (fleksing) sejumlah wakil rakyat di Senayan, yang berjoget-joget di tengah kesulitan masyarakat yang mereka wakili di kursi DPR, memicu kemarahan publik. Di tengah sulitnya mencari lapangan pekerjaan, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK), tingginya angka pengangguran, serta buruknya komunikasi beberapa oknum politisi, kecemburuan sosial pun muncul sebagai residu kekecewaan yang terus menumpuk.

Seorang pengamat budaya, Hikmat Darmawan, menilai aksi joget tersebut sebagai bentuk politik populis yang semakin menjauh dari realitas sosial. Ia menyebut para anggota DPR sebagai "tone deaf" —tidak peka terhadap situasi ekonomi rakyat.

Dalam kajian sosiologis di Kompasiana, aksi joget ini dianggap menurunkan wibawa institusi politik. Ruang sidang DPR adalah "front stage" yang seharusnya dijaga kesakralannya. 

**

Makna Demonstrasi dalam Demokrasi Pancasila

Demokrasi Pancasila menekankan lima prinsip utama yang harus menjadi landasan setiap bentuk partisipasi politik, termasuk demonstrasi:

1. Ketuhanan yang Maha Esa: Menuntut bahwa setiap tindakan, termasuk protes, dilakukan dengan etika dan kesadaran spiritual.

2. Kemanuasian yang ADil dan Beradab: Menolak kekerasan, penjarahan, dan tindakan yang merugikan sesama manusia.

3. Persatuan Indonesia: Demonstrasi seharusnya memperkuat solidaritas, buka memecah belah masyarakat.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat Kebijakan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan: Menekankan dialog, musyawarah, dan penyampaian aspirasi secara damai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun