Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jurnal Dwi Mingguan: Suka Duka Mengikuti Pendidikan Guru Penggerak (PGP)

7 November 2022   21:06 Diperbarui: 7 November 2022   21:31 1534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pose bersama CGP Angkatan 7 dan Pengajar Praktik (Dokpri diolah via Canva)

Berkenaan dengan Feeling, terkait Suka dan duka mengikuti Pendidikan Guru Penggerak (PGP). Apa saja yang penulis rasakan selama mengikuti Pendidikan dua minggu ini?.

Suka yang dimaksudkan ada rasa senang, dan juga bangga bisa mengikuti pendidikan guru penggerak. Karena ada ribuan guru yang mengikuti seleksi CGP, tapi belum berhasil atau tertunda mengikuti pendidikan CGP angkatan 7.

Dikutip dari pengumuman kelulusan hasil seleksi tahap 2 CGP angkatan 7 yang dikeluarkan oleh Ditjen GTK Kemendikbud Ristek ada sejumlah 17.831 orang di seluruh Indonesia. Khusus daerah Kaltim, yang lulus seleksi sekitar 214 orang gabungan dari seleksi tahap 2 yaitu utama dan tambahan. 

Sedangkan dukanya, saya rasa sampai minggu kedua, tidak ada hal yang berarti. Hanya saja perasaan kuatir, lupa mengikuti kegiatan, atau hal teknis mati lampu saat pelaksanaan Google Meet.

Pada pertemuan terakhir Google Meet  yang akan dilaksanakan pada jam 13.30 WITA  saat penulis menjadi proktor dan teknisi ANBK 2022, tiba-tiba byar-peet. Selanjutnya mati total. Karena rasa kuatir tidak bisa mengikuti Google Meet pendidikan CGP, saya pamit dari sekolah dan mencari tempat di Kota Samarinda bisa mengikuti Google Meet.

Findings (Pembelajaran)

Setelah mempelajari dan mengikuti berbagai kegiatan di LMS, berkenaan Modul 1.1 tentang Filosofis Pendidikan Nasional-Ki Hajar Dewantara mendapatkan pengetahuan, dan pengalaman baru yang sangat bermanpaat bagi anak didik saya di sekolah.

Setelah merefleksi diri, dari pemikiran Ki Hajar Dewantara sebagai seorang pengajar dan pendidik saya harus menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak. 

Teori Trikon Ki Hajar Dewantara menganggap bahwa anak mempunyai kodrat dari lahir secara samar-samar. Dan untuk menebalkan laku maka tugas seorang guru sebagai pendidik dan menunntun. Anak menjadi pusat belajar, dan memerlukan tuntunan guru untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat.

Banyak pengetahuan dan pengalaman yang di dapat, terutama menyangkalnya Ki Hajar Dewantara terhadap teori tabula rasa.

Future (Penerapan)

Dari belajar Modul 1.1 yang di selesaikan selama dua minggu ini melalui  mempelajari modul, tugas mandiri, diskusi bersama CGP dan Instruktur melalui LMS dan google meet banyak hal baru yang perlu di terapkan pada saat pembelajaran di kelas. 

Sebagai pemimpin pembelajaran di kelas pemikiran dan filosofis Ki Hajar Dewantara merupakan dasar-dasar pendidikan yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. 

Pemikiran pendidikan dari barat, apalagi bersumber dari sisa zaman kolonialisme sudah saatnya ditinggalkan. Membedakan anak berdasarkan kemampuan, nilai yang tinggi. Dan membedakan anak pintar dan tidak pintar, serta pemberian sanksi. Sangatlah tidak tepat menurut filosofis pemikiran Ki Hajar Dewantara.

Setiap anak adalah unik. Mempunyai kodrat yang dibawa sejak lahir. Mempunyai bakat, minat dan kegemaran yang berbeda. Maka tugas seorang gurulah menuntunnya menjadi seorang anak yang mempunyai kelebihan masing-masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun