Baik di bidang Matematika, Fisika, dan Komputer.  Dan di berbagai disiplin ilmu lainnya. Masalahnya, apakah Indonesia sudah  mengalami kritis dalang dan wayang seperti halnya Malaysia.
Dan tidak ada lagi generasi mudanya, yang mau belajar Kesenian wayang dan menjadi seorang dalang. Sampai saat ini masih banyak generasi muda Indonesia yang berbakat, dan mencintai seni wayang dan mendalang.Â
Dalang muda, bermunculan diberbagai daerah, seiring terusnya pemerintah mendorong pelestarian budaya dan kesenian wayang dan dunia pariwisata di seluruh tanah air.
Wayang merupakan kearipan lokal daerah, dan juga bagian kebudayaan bangsa Indonesia. Dalang dan wayang tidak bisa di pisahkan. Olah rasa, dan karsa, serta kemahiran seorang dalang dalam mengolah jalannya cerita tidak bisa di gantikan dengan dalang dan wayang berbentuk robot.
***
Filosofi Dalang dan Wayang
Pelestarian kesenian wayang sebagai budaya asli nilai-nilai luhur bangsa, tak akan hilang dan musnah di tengah kemajuan zaman. Filosofi sebuah wayang terletak pada dalangnya.Â
Dalam bahasa Jawa, seorang dalang merupakan jarwa dasane dalang adalah mudal Piwulang. Artinya seseorang yang berperan memberikan pelajaran.
Sedangkan wayang, jarwa dasane adalah owah-owahhane tiyang. Wayang merupakan sebuah penggambaran manusia. Dalang adalah tuhan bagi wayang.
Kearipan lokal inilah yang perlu di wariskan kepada generasi ke generasi. Dari setiap generasi, di tanamkan rasa mencintai, memiliki semua kebudayaan baik kesenian, olahraga tradisional, dan lainnya sebagai warisan tak ternilai dari nenek moyang bangsa Indonesia.
Itu sebabnya seorang dalang tak bisa digantikan dengan robot. Sebuah wayang berbentuk robot dan dimainkan oleh dalang yang berbentuk robot, menghilangkan esensi dan hakekat wayang tersebut.Â
Penonton yang menikmati sebuah pagelaran wayang pun, tak lebih menonton sederetan benda mati yang kehilangan ruhnya. Karena yang mengendalikannya bukan manusia. Sesama robot, sedangkan yang menontonnya adalah manusia.Â