Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Generasi Z Bertani Bergenerasi, di Hari Tani Nasional ke-62

24 September 2022   17:14 Diperbarui: 24 September 2022   17:17 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petani Milenial (Shutterstock)

Dewasa ini, profesi petani memang kurang di minati oleh generasi Z (lahir 1995-2010). Namun bukan berarti tidak ada generasi tersebut berminat menekuni dunia pertanian.

Generasi Z, merupakan  generasi yang lahir di tengah berkembang pesatnya kemajuan teknologi canggih. Dari tahun kelahiran tersebut, saat ini mahasiswa reguler didominasi oleh generasi Z, di sebut juga sebagai igenaration, GenerasiNet. 

Dimana kesehariannya tidak bisa lepas dari gadget, internet, dan sarana komunikasi digital virtual yang berpengaruh besar kepada pola hidup mereka baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dari data BPS yang dikeluarkan tanggal 15 Desember 2017, terlihat statistik yang turun dari tahun sebelumnya, dan Indonesia berada di ambang krisis regenerasi petani.

Hari Tani Nasional

Saat ini, Indonesia memperingati dan berada di Hari Tani nasional yang ke-62 tahun. Awalnya, hari tani diperingati untuk mengapresiasi perjuangan golongan tani di Indonesia. 

Di tahun 1960, petani Indonesia berada di bawah garis kemiskinan pengaruh gaya feodal warisan penjajahan kolonial, petani hanyalah penggarap lahan dan kebanyakan bukan pemilik lahan. Hanya mengambil upah dari hasil menggarap sawah, menanam dan memelihara tanaman perkebunan, sampai mendapatkan hasil. 

Namun petani Indonesia, hanya menikmati jerih payah dan keringat mereka, hanya sebatas upah yang diberikan oleh pemerintahan kolonial. Sedangkan yang mendapatkan hasil yang banyak, adalah pemilik lahan, pemilik kebun. 

Yang di kuasai oleh segelintir orang kaya, dan tuan tanah. Dari latar belakang, dan semangat yang kuat akhirnya petani bisa menikmati hasil yang banyak. Dan bisa mendapatkan manpaat dari lahan garapan, kepemilikan kebun, sawah, diatas tangan petani sendiri. 

Perbaikan harkat dan martabat petani di tandai dengan lahirnya Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) pada tahun 1960, sebagai titik awal untuk mewujudkan amanat Pasal 33 Ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan Bumi dan kekayaan alam sepenuhnya untuk kemakmuran rakyat.

Dari sinilah para petani mendapatkan kesempatan yang sama setiap warga negara memperoleh hak atas tanah, pengakuan hukum adat, serta warga negara asing tak punya hak milik. 

Masihkah negeri ini di sebut sebagai negara Agraris?

Sejak dulu, negeri ini di juluki negara Agraris, yaitu negara yang penduduknya sebagian besar adalah petani, serta lahan pertanian yang luas di tambah sumber daya alam yang melimpah.

Tapi apakah predikat negara agraris masih identik dengan negara Indonesia?. Jawabannya, dari rilis pertumbuhan ekonomi yang dikeluarkan oleh BPS di bulan Agustus 2018 terlihat 

  • Sektor pertanian mencapai 28,79 persen.

  • Sektor perdagangan mencapai 18,61 persen.

  • dan sektor industri 14,72 persen.

Dari data yang diterbitkan BPS tersebut Indonesia masih bisa disebut sebagai negara Agraris, walaupun prosentasenya kian menurun. Dan bisa dikatakan sepuluh tahun kedepan, tepatnya berada di Generasi Z. Bila tongkat estafet pertanian tidak di wariskan tanggung jawab kepada generasi Z, indonesia mengalami krisis generasi petani.

Menjadikan Generasi Z petani Milenial dan Penggerak

Generasi Z memang identik dengan dunia industri teknologi yang kian berkembang dengan pesat. Dan ada jarak dengan dunia pertanian. Mengapa seperti itu analisanya?

Tidak semua benar, juga tidak sepenuhnya salah. Bertani identik dengan bersusah payah, berkotor-kotor dilahan dengan tanah berlumpur, kehujanan, dan tersengat panas diterik matahari.

Tidak semua Generasi Z yang terbiasa multi tasking, akrab dengan berbagai metaverse sebuah alam yang saling terhubung dalam komunitas virtual tanpa ujung. Tidak menyukai dunia pertanian.

Justru Generasi Z yang paham cara memanfaatkan pertanian, akan menghasilkan petani modern, petani penggerak bagi para petani tradisional untuk menghasilkan pertanian yang meningkat dan menghasilkan swasembada pangan.

Bertani bergenerasi

Kebanyakan Generasi Z yang saat ini menjalani pendidikan di perguruan tinggi, berkuliah di kampus, berasal dari daerah,yang tinggal di kampung, dan pelosok pedalaman. Dan tentunya juga berasal dari keluarga petani.

Sebagai seorang anak petani, tidak ada salahnya menekuni ilmu pertanian dan mempelajarinya. Dan bisa menggarap apa yang ditinggalkan orang tua nantinya, tentunya bertani modern. Istilahnya petani milenial dan digital.

Okelah, kita mempunyai jabatan PNS, dan lain sebagainya, sesuai dengan bidang keahlian pendidikan yang di dapatkan dibangku kuliah. Anggaplah itu bonus, karena pekerjaan tersebut, di hari senggang kita mengelola lahan secara profesional, dan modern.

Di akhir tulisan ini, penulis ingin mengutip perkataan Bung Karno " Hidup mati sebuah negara berada di tangan sektor pertanian". Selamat Hari Tani Nasional 2022. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun