Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Al-Quran Jalanan Cairo

16 Agustus 2010   22:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:58 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_228731" align="alignnone" width="500" caption="Budaya membaca al-qur'an di dalam bus kota ketika ramadhan di Mesir (Foto : Faiz Dz Roini)"][/caption] "Ramadhan syahrul qur'an", Ramadhan adalah bulannya al-qur'an. Perkataan ini sungguh tepat jika dilekatkan di negerinya para nabi ini, Mesir. Sebagai negara yang 90% penduduknya beragama islam dan sisanya rata-rata kristen ortodoks, Mesir sangat mengagungkan datangnya bulan ramadhan. Setiap orang yang hidup di Mesir merasa istimewa dengan datangnya ramadhan, bukan hanya umat islam, semua penduduk yang bukan muslim pun juga merasa memiliki keberkahan bulan ramadhan. Setiap orang selalu memiliki pengalaman menarik terkait hubungan mesra ramadhan antara orang Mesir dan al-qur'an. Bahkan tanda-tanda akan kecintaan orang Mesir terhadap al-qur'an, sudah tercium sejak beberapa hari sebelum datangnya ramadhan. Ramadhan di negeri ini sungguh benar-benar menjadi bulan yang sangat spesial. Sewaktu saya hendak pergi plesir ke pantai Port said, wilayah yang berada di pinggir laut mediterania yang berbatasan dengan laut merah. Saya bersama ketiga sahabat, mahmudi, asif dan erick sengaja mencegat taksi dari bawwabah dua, Nasr City untuk mengantarkan ke terminal bus yang berada di Al-Madhah, dekat wilayah elit Roxy yang menjadi tempat berdirinya istana presiden Husni Mubarak. "Taksi!", Asif mencegat setiap taksi yang lewat di depan kami. "Hatruh fein?", "almadzah ya hag", "fein?". Hendak pergi kemana?, Al-madhah, mana itu ?, ternyata sopir itu tidak tahu letak terminal yang kami maksud. Dia sudah tua. "Cari yang lain aja sif", kami memberikan saran kepada asif untuk mencari taksi lain. "Aiwah", sebuah taksi putih berargo berhenti ketika kami melambaikan tangan. Kami menjelaskan tujuan yang akan kami tempuh dan dia langsung mempersilahkan. "ta'ala udkhul!", "mari silahkan masuk". Hmm, ketika kami sudah di dalam taksi, lantunan ayat suci al-qur'an begitu merdu terdengar dari radio Mesir. Suaranya yang indah dan arti kandungan ayat yang bisa kami faham mampu menyejukkan hati di musim panas seperti ini. Hari kedua sebelum ramadhan sudah terdengar lantunan ayat al-qur'an di mana-mana termasuk di dalam mobil taksi yang kami tumpangi. Tidak lupa pula, sebagaimana adatnya sopir mobil Mesir, hampir setiap mobil yang mereka punya, kebanyakan di depan setir di selipkan al-qur'an yang kapan saja bisa mereka baja. Indah sekali. Itu adalah sepenggal al-qur'an di jalanan Cairo ketika kami menaiki taksi. Belum lagi, pengalaman saya ketika sudah sampai di kota Port Said. Suasana ramadhan begitu terasa di sana, walaupun belum tiba waktunya, ramadhan datang pada hari rabu, sementara kami tiba pada hari senin sebelumnya. Kota sudah di desain sedemikian rupa untuk siap menyambut datangnya ramadhan. Kota Port Said merupakan kota kecil yang di apit oleh terusan-terusan yang menghubungkan dengan pelabuhan kontainer eksport import Mesir, kendaraan umum yang lalu lalang di dalam kota bisa dikatakan 90 persen berbentuk taksi dengan biaya rata-rata satu dollar sekali jalan. Saya benar-benar kagum, ketika semua taksi yang kami tumpangi selama dua hari di Port Said, semuanya di dalam mobilnya selalu diputar al-qur'an. Lantunan ayat suci itu begitu terdengar indah, cuaca di sana juga indah, tidak panas seperti Cairo. Padahal, seperti yang saya tahu ketika keliling kota kecil Port Said, begitu banyak sekali gereja besar di sana. Namun, semangat ramadhan begitu tetap terasa istemewa dengan bacaan suci al-qur'an yang terdengar di mana-mana. Uniknya lagi, dekat hotel tempat kami menginap yang bernama Light City Hotel, terdapat sebuah gereja sangat besar yang luas, gereja itu bernama Muhammad Ali. Sama dengan nama masjid yang berada di kawasan benteng peninggalan sultan Shalahuddin Al-Ayyubi yang juga bernama Muhammad Ali. Nama Muhammad identik dengan "islam", tetapi nama itu disematkan menjadi nama sebuah gereja besar di kota pelabuhan Port Said, sebuah toleransi yang luar biasa. Jalan-jalan Cairo juga dipenuhi dengan orang-orang yang asyik membaca al-qur'an. Cuaca panasnya sama sekali tidak menyurutkan langkah mereka untuk setia membacanya. Beberapa kali banyak ditemukan seorang yang asyik membaca al-qur'an sambil berdiri di dalam bus umum. Di dalam kereta listrik bawah tanah Metro yang menjadi andalan transportasi Cairo juga banyak ibu dan bapak yang asyik membaca kitab suci ini. Ramadhan adalah bulannya al-qur'an. Beramadhan di Mesir membuat saya semakin rindu untuk mendalami dan mempelajari kita suci al-qur'an hingga ke intisarinya. Apalagi di sini banyak ditemukan ragam bacaan al-qur'an yang berbeda yang semakin menambah penasaran untuk lebih mempelajari lagi ilmu al-qur'an yang memang terkenal sangat luas. Terkadang pemandangan unik juga didapatkan ketika berjalan-jalan di depan masjid Imam Husein yang juga satu kawasan dengan bazar Khan Khalili, pasar andalan untuk para pelancong luar negeri. Seorang polisi khusus yang sedang santai duduk di kursi kecilnya. Tangan kirinya sedang memegang tali anjing pelacak dan tangan kanannya memegang mushaf al-qur'an sambil mulutnya secara merdu membacanya dengan penuh khusyu'. Pemandangan yang terkadang terlihat asing, namun begitu membanggakan. "Aku tidak mengutusmu, kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam", salah satu ayat yang ditujukan Allah kepada nabi Muhammad, setidaknya ini yang menjadi alasan kenapa al-qur'an benar-benar menjadi berkah di bulan ramadhan yang berkah. Panasnya Cairo, watak orang Mesir yang keras dan ruwetnya lalu lintas Mesir yang sangat parah telah 'mencair' dengan keajaiban isi kandungan al-qur'an yang menyejukkan. Di Mesir, al-qur'an bukan menjadi pajangan penghias rumah, bukan menjadi obat orang-orang yang sedang kerasukan setan, namun menjadi bacaan merdu di jalan raya, bacaan menyejukkan di dalam toko penjual buah pinggir kota, menjadi nyanyian rindu ketika shalat tarawih juga menjadi alunan musik saat orang-orang terlelap dari tidurnya. Siapapun yang pernah merasakan beramadhan di Mesir, pasti merasakan keberkahan al-qur'an. Saat ini, saya benar-benar rindu bisa menjadi bagian dari orang-orang yang 'hamilul qur'an' juga 'hafidzul qur'an', terlalu eman-eman jika hidup di dunia yang sekali ini jika dilewatkan tanpa tahu isi dan bacaan kitab suci yang paling banyak dibaca dan dihafal orang sedunia ini. "Allahummarhamna bil qur'an, waj'alhu lana imaman wa hudan wa rahmah", ya Allah, rahmatilah kami dengan al-qur'an, jadikanlah al-qur'an imam, petunjuk dan rahmat kepada kami. Semoga ramadhan ini semakin berkah dengan berkahnya al-qur'an. Aminn ya Robbal 'alamin. ___________________________________ Proklamasi kemerdekaan republik Indonesia tahun 1945 bertepatan dengan bulan ramadhan, begitu juga ulang tahunnya yang sekarang. Semoga ulang tahun kemerdekaan negeri kita cinta sekarang semakin berkah dengan keberkahan bulan ramadhan. Salam Kompasiana Bisyri Ichwan *Foto diungguh dari sini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun