Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Produk Gagal Pendidikan

10 Oktober 2019   07:09 Diperbarui: 10 Oktober 2019   09:47 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Shalat untuk Allah adalah shalat yang kita (umat Islam) kerjakan yang berjumlah lima waktu. Sedangkan shalat untuk Rasulullah adalah sering kita sebut dengan kata Shalawat. Keduanya bermakna hubungan special. Saat kita mampu memaknai hubungan kedua shalat ini, maka hasilnya dalam kehidupan sehari-hari begitu terasa.

Sebenarnya dua pemaknaan terhadap syahadat dan sholat itu saja sudah lebih dari cukup untuk membentuk karakter dari Pendidikan kita di Indonesia. Syahadat mengajarkan cinta. Shalat mengajarkan hubungan yang selalu hadir. Shalat (dari kedua makna shalat; shalat untuk Allah dan shalat untuk Rasulullah) selalu kita lakukan selama 24 jam. Kita diajarkan untuk selalu berhubungan dengan Allah dan Rasulullah.

Jawaban yang abstrak, namun paling tidak menjadi bahan renungan dan pertimbangan dalam upaya membentuk karakter calon peserta didik. Tentunya, menurut saya, konsep ini masih mentah dan perlu dikaji secara mendalam lagi. Akhirnya saya jadi berfikir. Sebenarnya alasan kita bertindak melakukan kesalahan, melakukan dosa (dalam bahasa agama), sewenang-wenang, karena kita merasa, Allah Swt. dan Rasulullah Saw. tidak hadir dalam diri kita, tidak ada pengawasan dari Dia.

Padahal alasan secara sains saja, dunia ini sebenarnya 'sudah telanjang', ada begitu banyak satelit yang mengawasi dunia ini hingga ke dasar-dasarnya, dengan bukti begitu mudahnya negara-negara maju mendapatkan cadangan sumber daya alam di negara-negara miskin dan berkembang, belum lagi CCTV yang terpasang di mana-mana. Ini baru alasan dalam bidang sains, apalagi ini ada alasan dalam bidang agama yang ajarannya melampui apa yang kita fahami secara tajriby dan burhany.

Bagaimana menurut anda dua konsep sederhana ini diaplikasikan dalam gaya Pendidikan kita? Yang saya fahami lagi, sebenarnya ini bukan konsep baru, tapi konsep lama yang sudah diajarkan dalam Tasawwuf dan para ulama' sufi. 

Kesimpulannya, walaupun saya dan bisa jadi anda adalah produk gagal Pendidikan negeri ini, paling tidak masih ada kesempatan untuk memperbaiki diri dari produk gagal ini untuk terus belajar mengasah diri untuk mengartikan makna dari syahadat dan shalat yang berimplikasi pada pembersihan hati. Jika konsep ini masih terus abstrak dalam diri kita, maka "Jika sakit berlanjut hubungi dokter". 

Jika penyakit fisik, tidak sembuh, datang kepada dokter, tentunya lebih dari itu, penyakit hati, jika tidak sembuh-sembuh, maka solusinya adalah mencari "dokter hati" untuk mengobatinya.

Malang, 10 Oktober 2019 Pukul 06.50

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun