Mohon tunggu...
Bisyri Ichwan
Bisyri Ichwan Mohon Tunggu... Dosen - Simple Man with Big Dream and Action

Santri Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir. Seorang yang kagum dengan Mesir karena banyak kisah dalam Al Qur'an yang terjadi di negeri ini. Seorang yang mencoba mengais ilmu pengetahuan di ramainya kehidupan. Seorang yang ingin aktif kuliah di Universitas terbuka Kompasiana. Awardee LPDP PK 144. Program Doktor UIN Malang. Ketua Umum MATAN Banyuwangi. Dosen IAIDA Banyuwangi. Dan PP. Minhajut Thullab, Muncar, Banyuwangi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Produk Gagal Pendidikan

10 Oktober 2019   07:09 Diperbarui: 10 Oktober 2019   09:47 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu bagaimana caranya? Inilah yang yang saya sendiri memahami dan menjawabnya tidaklah semudah membalik telapak tangan. Kita tahu, mendidik manusia tidak seperti membuat sebuah produk, yang ketika gagal, bisa didaur ulang dan dibuat produk lain kembali. 

Saat mendidik manusia mengalami kegagalan, kegagalan itu akan dirasakan selama seumur hidup, bukan hanya itu, bisa jadi berpengaruh terhadap sikap menjalani kehidupan ini dan hidup setelah kematian, sesuatu yang ngeri-ngeri sedap---meminjam istilah dari almarhum bapak Soetan batugana--.

Keilmuwan yang ada di dunia ini diperoleh dengan cara tiga gaya, yang pertama adalah dengan cara Tajriby, yakni observasi menggunakan panca indera yang ada. Kedua, dengan cara burhani, pemikiran yang mendalam memakai akal, dan yang ketiga adalah Irfani, perenungan hati yang bersih. Dari ketiga hal ini semuanya saling melengkapi, tetapi mana yang didahulukan, tentunya masing-masing orang berbeda pendapat. 

Kalau dari tema yang disimpulkan dari hasil mata kuliyah yang sama fahami dari dosen saya ini ya tentunya yang ketiga dari tiga proses tersebut.

Saat hati bersih, dia akan mampu memimpin indera-indera yang lain termasuk akal. Saat hati kotor, kepemimpinan itu akan diambil alih oleh nafsu yang dibisiki oleh syaithon yang ada di sekitar hati, entah itu setan dari golongan jin maupun manusia. Nah, bagaimana cara membersihkan hati ini sebelum memulai sebuah proses pembelajaran? 

Permasalahan yang terjadi adalah hati yang dimaksud di sini bukanlah hati yang berbentuk fisik yang ada dalam diri kita yang bisa ditranspalasi, tetapi hati yang menjadi bagian dari ruh, hati yang ada dalam jiwa.

Yang saya fahami dari penjelasan Prof. Suprayogo dan ditambah dengan pemahaman saya dari Dr. Miftah (bisa jadi pemahaman saya salah), bahwa cara untuk membersihkan hati adalah apa yang sudah diajarkan oleh Islam itu. Makna tersirat dari rukun Islam. Syahadat yang kita baca, secara substansi sebenarnya mengajarkan kepada kita bagaimana caranya untuk menghamba secara murni kepada Tuhan Yang Maha Esa, bukan kepada yang lain. Mengajarkan cinta secara tulus kepada Rasulullah, Nabi Muhammad sebagai perantara antara makhluk dan Tuhan dan teladan itu sangat nyata dalam diri Beliau.

Ketika Siti 'Aisyah ditanya, "bagaimana akhlaknya Rosulullah", beliau menjawab, "akhlaknya adalah al-qur'an". Rasulullah adalah al-qur'an yang berjalan dan selalu menjadi suri teladan yang baik buat alam semesta. Bentuk implementasi dari syahadat ini adalah menjadi manusia yang berakhlak baik. Kita sebagai hamba Allah dan umatnya Rasulullah semestinya mencintai seluruh hambaNya dan seluruh umat Rasulullah, siapapun mereka. Allah Swt. saja selalu memberikan kasih sayang kepada siapapun walaupun dia seorang Atheis. Ini adalah makna dari syahadat kita.

Nah, makna kedua dari rukun yang kedua adalah sholat. Secara bahasa, Prof. Imam Suprayogo menjelaskan, apa sih sholat itu? Apa yang anda fikirkan ketika shalat? Siapa yang hadir di sana? 

Dari pertanyaan ini, saya malah tersenyum sendiri dan beliau malah mengajukan pertanyaan itu ke saya secara langsung, saya menjawab seadanya, "cara terbaik menemukan barang yang hilang, terkadang, ya lewat sholat Prof. hehe". Biasanya saat sholat fikiran malah gak karuan, ke mana-mana. Ingat jemuran menjelang hujan. Ingat barang yang hilang, dan lain-lain. Jangankan khusyuk, yang terjadi malah untuk menghitung rakaatnya saja terkadang lupa.

Shalat dalam bahasa arab berasal dari wazan sholla yusholli, yang berarti hubungan. Yakni hubungan special antara hamba dan Tuhan. Jika dikembalikan antara rukun kedua dengan rukun yang pertama, shalat bisa berbentuk dalam dua hal, bisa untuk Allah Swt. dan shalat untuk Rasulullah Saw. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun