[caption id="attachment_368937" align="aligncenter" width="640" caption="sisi lain"]

Tidak ada orang lain selain saya sendiri setelah Heri dan Riki pamit turun duluan. Begitu hening, hanya hembusan angin yang terdengar. Walaupun saat itu sangat terik, tapi udara gunung tidak membuat tubuh ini berkeringat.
Keheningan pecah saat terdengar suara satwa jenis kera, saya menebak itu suara simpanse atau sejenisnya, karena pernah mendengar ketika berkunjung ke kebun binatang, arah suara dari hutan di bawah, sangat keras suaranya. Sedikit membuyarkan kosentrasi. Tidak lama kemudian saya turun menuju parkiran.
[caption id="attachment_368940" align="aligncenter" width="640" caption="mereka mengaku dari kota Pahiang. Dan latar belakang tembok penuh vandalisme seolah menjadi ciri tidak baik bangunan di negeri ini. Semoga generasi ini tidak melakukan hal serupa"]

Tadinya mau tancap gas kembali pulang, tapi dekat tempat parkir saya jumpai beberapa anak muda di sana. Saya hampiri dan mulai mengobrol. Mereka sekitar delapan orang telah menginap di sini dengan cara berkemah, dan mendaki ketika menuju ke sini. Tentu dengan jalur pendakian. Tidak lama mengobrol di sini, saya pun pamit turun. Tidak ada halangan berarti ketika jalan ke bawah sampai gapura pintu masuk jalur kedua Bukit Kaba. Alhamdulillah.

Di sini saya mendapat "message in a bottle" bahwa gusti Allah masih sayang pada saya, dengan masih melindungi selama dan setiap perjalanan. Semoga. Amin.
***************
(semua foto adalah dokumen pribadi)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI