Orang Utan Bukanlah Hama, Mari Hidup Berdampingan dengan Orang Utan

Orang utan bukanlah hama yang meresahkan. Tapi mengapa mereka sering menjadi korban kekerasan ? Padahal sebagai makhluk Tuhan, manusia dan orang utan seharusnya bisa hidup berdampingan.

Sebuah fakta miris terpampang di depan mata ketika orang utan sebagai satwa yang dilindungi, justru sering mengalami kekerasan. Gencarnya deforestasi, perburuan liar dan konflik dengan manusia membuat orang utan menjadi korban penyiksaan dan pembunuhan. 

Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2018 lalu menyebutkan lebih dari 100.000 ekor orang utan mati sejak tahun 2000. 

Sementara penelitian lain menyebutkan kalau populasi orang utan Kalimantan ( pongo pygmaeus ), satu dari tiga spesies orang utan di Indonesia, berkurang drastis hingga 80 persen dalam 50 tahun terakhir dan kini diperkirakan hanya tinggal 57.000 ekor saja.

Hal seperti ini tentu tak boleh dibiarkan terus terjadi. Kekerasan terhadap orang utan adalah tragedi ekologi yang perlu segera dicegah. Dan kita harus membiasakan diri untuk hidup berdampingan dengan mereka.

Ya, kita harus bisa hidup berdampingan dengan orang utan. Yakni, dengan menghindari kekerasan terhadap mereka dan berusaha mempertahankan eksistensi mereka agar tidak punah.

Ada beberapa alasan penting mengapa kita perlu menjaga keberadaan orang utan.

1. Orang utan membantu kelangsungan biodiversitas dan eksistensi hutan.

Kebiasaan orang utan mengkonsumsi berbagai jenis buah akan membantu penyebaran bijinya lewat kotorannya. Hal ini akan membantu pertumbuhan vegetasi baru dan mendukung regenerasi tumbuhan hutan.

Selain itu, dengan jangkauan jelajah mereka yang cukup jauh akan membuat area persebaran tumbuhan lebih luas.