Mohon tunggu...
Birru M Yazid
Birru M Yazid Mohon Tunggu... pelajar

saya hanya pelajar yang sedang mencari modal untuk uliah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pelaut Nusantara

31 Agustus 2025   10:19 Diperbarui: 31 Agustus 2025   10:19 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Selama ini, masih banyak anak-anak sekolah di Indonesia yang diajarkan bahwa bangsa atau peradaban Nusantara lahir dari pertemuan peradaban Cina dan India yang datang ke kepulauan Nusantara untuk berdagang. Pandangan ini menyederhanakan sejarah, seolah Nusantara hanyalah persinggahan pasif dari dua peradaban besar. Kenyataannya, bangsa Nusantara sudah ada jauh sebelum hubungan dagang dengan India dan Cina terjalin, bahkan bangsa inilah yang justru berperan sebagai penghubung utama antara kedua pusat peradaban tersebut. Artikel ini membahas bukti-bukti historis dan arkeologis yang menunjukkan bahwa Nusantara merupakan salah satu pusat peradaban maritim kuno yang berperan besar dalam jaringan perdagangan dunia.

Kajian tentang sejarah maritim Nusantara selama ini sering kali ditempatkan dalam kerangka hubungan dengan peradaban besar lain, seperti India dan Cina. Hal ini membuat pemahaman yang berkembang cenderung menempatkan Nusantara sebagai pihak penerima pengaruh. Padahal, berbagai bukti menunjukkan bahwa masyarakat Nusantara telah menguasai teknologi maritim sejak awal dan bahkan memainkan peran penting dalam menghubungkan jalur perdagangan internasional.

Ajaran keagamaan India kuno yang bersumber dari teks hukum Hindu Weda menekankan kesucian tanah India (Aryavarta) sebagai wilayah utama. Menurut Manusmti, menyeberangi lautan dianggap menyebabkan tercemarnya status sosial dan spiritual seseorang. Dalam konteks sosial, hal ini membuat banyak kelompok elit India, terutama kaum Brahmana, enggan melakukan pelayaran jauh ke luar pesisir. Praktik ini memperlihatkan bagaimana lautan dipandang sebagai wilayah asing dan berbahaya, sehingga tradisi maritim India berkembang dengan terbatas.

Sementara itu, catatan kuno dari Dinasti Han menggambarkan munculnya kapal-kapal besar dari arah selatan yang membawa barang-barang eksotis. Catatan ini menunjukkan adanya aktivitas pelayaran jarak jauh yang sudah berlangsung di kawasan selatan Tiongkok. Dalam naskah-naskah kemudian, istilah Kunlun bo digunakan untuk menyebut kapal-kapal besar tersebut, yang diduga berasal dari kepulauan Asia Tenggara. Gambaran ini menegaskan bahwa bangsa Cina pada masa itu masih terbatas dalam penguasaan teknologi pelayaran jarak jauh.

Bukti perdagangan jarak jauh Nusantara dapat ditelusuri sejak milenium kedua SM. Penemuan residu cengkeh dari Maluku di sebuah kendi kuno Mesopotamia sekitar 1700 SM menunjukkan bahwa jalur perdagangan global yang melibatkan Nusantara telah terbentuk sejak awal. Catatan tentang Raja Salomo pada abad ke-10 SM yang menyebut emas, kayu cendana, dan burung merak juga memperlihatkan adanya keterhubungan dengan kekayaan alam Asia Tenggara.

Pada sekitar abad ke-5 SM, pelaut Nusantara telah menjalin hubungan dengan India dan Sri Lanka. Barang-barang tropis yang khas dari kepulauan Asia Tenggara diperdagangkan ke anak benua India, memperlihatkan peran aktif Nusantara dalam jalur dagang samudra. Pada periode berikutnya, kerajaan Sriwijaya menjadi pusat perdagangan internasional yang disebut dalam catatan Tiongkok, India, dan Arab. Sumber Arab menyebut Sriwijaya (Zabaj) sebagai pelabuhan besar tempat berkumpulnya kapal-kapal dari berbagai bangsa, dan dicatat bahwa tidak ada kapal dari Cina yang dapat mencapai India tanpa singgah terlebih dahulu di kawasan ini.

Migrasi manusia juga memperkuat bukti pelayaran jarak jauh. Hubungan antara Nusantara dan Afrika Timur terlihat jelas dari keberadaan orang Austronesia di Madagaskar sekitar abad ke-5 M. Bahasa Malagasi yang dituturkan di sana hingga kini berasal dari rumpun bahasa Austronesia, mirip dengan bahasa Barito dari Kalimantan Selatan. Hal ini menjadi bukti langsung bahwa pelaut Nusantara menguasai pelayaran lintas samudra dan berkontribusi pada penyebaran budaya serta komunitas manusia.

Perkembangan teknologi perkapalan di Nusantara menjadi faktor utama yang memungkinkan jaringan dagang tersebut. Relief kapal di Candi Borobudur menggambarkan kapal bercadik besar dengan layar dan kemudi yang canggih. Catatan Portugis abad ke-16 bahkan menyebut bahwa kapal jong Jawa lebih besar daripada kapal Eropa pada masa itu. Dalam catatan Tiongkok, kapal Kunlun bo digambarkan mampu mengangkut ratusan orang dan barang dalam jumlah besar, menunjukkan kapasitas dan kualitas teknologi maritim yang tinggi.

Dari berbagai bukti historis, arkeologis, dan linguistik, dapat disimpulkan bahwa Nusantara bukanlah sekadar penerima pengaruh dari peradaban India dan Cina, melainkan pelaku aktif dalam membangun jaringan perdagangan dunia kuno. Faktor keagamaan dan sosial di India serta keterbatasan tradisi maritim di Cina memperlihatkan perbedaan yang jelas dengan masyarakat Nusantara yang justru menjadikan laut sebagai ruang hidup utama. Keunggulan teknologi kapal, bukti perdagangan internasional sejak ribuan tahun SM, serta migrasi Austronesia hingga ke Afrika memperlihatkan posisi sentral Nusantara dalam sejarah maritim global.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun