Mohon tunggu...
B. Prasetya
B. Prasetya Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kaum Mega Jahiliyah

1 November 2018   06:57 Diperbarui: 2 November 2018   14:30 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

            Senin, dini hari, pukul 02:10, penghujung Oktober 2018. Hening. Bias cahaya rembulan menyeruak kegelapan. Tiga bintang berjajar tenang tanpa kedip. Beberapa lainnya bersiaga di posnya masing-masing, menyangga langit. Indah.

Angin sepoi yang di jam-jam seperti ini biasa datang bertandang dan bercanda di sela dedaunan, tak menampakkan batang hidungnya sejak sore. Ranting pepohonan diam mematung, tak bergerak, apalagi gemerisik.

Dingin. Sunyi. Sepi.

Alam bertafakur.

            Tanpa campur tangan manusia, alam sangat bijak mengurus dirinya. Belum pernah sekalipun ada kisah ataupun hoax, matahari mendahului rembulan, bintang melengserkan bulan ataupun bintang menggugat matahari. Mereka damai dalam perannya masing-masing. Tidak saling memerangi meskipun tak saling bertegur sapa. Ketiga pelita alam tersebut sama-sama tahu diri!

Semua tunduk patuh kepada perintah Tuhannya, tanpa pembangkangan sedikitpun! 

Kerusakan di darat dan di laut merupakan bukti keserakahan manusia. Alhamdulillah, manusia hanya diberi batasan menjadi pemimpin di muka bumi. Bayangkan, bila juga diberi amanah memimpin bulan, bintang, matahari apalagi langit.

Mereka pasti menggeser-geser letak ketiga pelita alam tersebut sesuka hati, sebagaimana permainan catur. Selain itu, mereka pasti mati-matian berusaha menguasai langit dengan menipu malaikat. Bagi yang tidak bisa ditipu segera dikriminalisasi. Beres persoalan! Namanya juga makhluk yang suka berlebih-lebihan lagi melampaui batas. Hehe..he..he

            Udara dingin merayapi kulit. Sengatan terik mentari seharian kemarin seolah dibayar tunai kini. Satu dua tikus got, indukan, bertubuh tambun, mulai menampakkan diri.

“Citcit..cit..cit..!” suaranya memecah kesunyian. Berlarian menyelinap, mengaduk-aduk tempat sampah dari karet, setelah berhasil mendorong penutup bulat di atasnya. Bila gagal mendorong penutupnya, biasanya bagian bawah dikerat sampai berlobang. Itulah tikus! Mengacak-acak serta merusak apa saja yang ditemuinya tanpa rasa bersalah. Tapi wajar, karena tikus!

            Manusia saja yang jelas-jelas dibekali akal (alam kalbu dan alam pemikiran) sehingga bisa membedakan dengan terang benderang antara yang hak dan yang batil, yang baik dan yang buruk, yang halal dan yang haram seringkali tidak mau berpikir secara benar (rasional transendental). Kebanyakan mereka merasa diri benar, bahkan seringkali merasa lebih benar ketimbang Tuhannya. Selain merasa sangat mencintai dan dicintai Tuhannya.

Namun :

Ketika diseru, “Berbuat adillah!” Mereka justru menginjak.

Ketika diseru, “Tegakkanlah kebenaran!” Mereka justru menenggelamkannya.

Ketika diseru, “Berikanlah hak orang lain!” Mereka justru merampas.

Ketika diseru, “Jangan mencuri!” Mereka justru korupsi, kolusi, nepotisme, memeras dan pungli dengan segala modusnya!

Ketika diseru, “Jangan durhaka!” Mereka justru melampaui batas.

Ketika diseru, “Saling lindung melindungilah kalian!” Mereka justru saling mempersekusi bahkan membunuh.

Ketika diseru, “Jangan mendekati zina!” Mereka justru melakukan dengan riang gembira.

Ketika diseru, “Berkasih sayanglah!” Mereka justru menebar benci.

Ketika diseru, “Jangan memperolok!” Mereka justru menghujat, mencari-cari kesalahan orang lain bahkan memfitnah.

Ketika diseru, “Jangan berprasangka!” Mereka justru mengada-ada.

Ketika diseru, “Berbuat baiklah!” Mereka justru melakukan kerusakan di mana-mana.

Ketika diseru, “Tahanlah lisan dan jangan bermusuhan!” Mereka justru menajamkan lidah, memancing pertikaian.

Ketika diseru, “Jauhilah maksiat!” Mereka justru mempelopori.

Ketika diseru, “Jangan silau pada dunia!” Mereka justru menjadi serakus-rakusnya makhluk.

Ketika diseru, “Bermusyawarahlah!” Mereka justru bertengkar.

Dan lain-lain, dan lain-lain, dan lain-lain…

            Mereka menjadi pengabdi-pengabdi hawa nafsu, setelah beragama. Jika tak percaya Allah kemudian mengamalkan perbuatan jahiliyah itu hal wajar. Namun bila sudah beragama dengan agama yang benar namun mengamalkan perbuatan orang-orang munafik, mencampur adukkan antara yang hak dengan yang batil serta menyembunyikan kebenaran sedang mereka mengetahui, ini namanya penyimpangan prilaku.

Inilah yang disebut KAUMMEGA JAHILIYAH, yaitu; segolongan manusia yang  gemar melakukan dosa demi dosa di atas keyakinan mereka terhadap Tuhan YME.

Mereka menjadi seburuk-buruk makhluk.  Akalnya mati. Hatinya terkunci!

            Untuk itu, ditanamlah Pancasila sebagai Paku Bumi bangsa Indonesia agar bangsa ini menjadi Bangsa yang SUJUD, bangsa yang penduduknya tunduk patuh kepada Tuhannya apapun golongan agamanya. Namun, jika melalaikan Pancasila sekejap saja, maka mereka segera menjelma menjadi Kaum Mega Jahiliyah.

Mereka menjadi mesin perusak dan penghancur negaranya sendiri dengan perbuatan-perbuatan buruknya.

Inilah hukum-hukum yang menguasai kehidupan bumi Garuda!

TIGA GOLONGAN RAKYAT DI HADAPAN NEGARA

“Setiap anak bangsa sama di hadapan negara, yang membedakan adalah kesetiaannya “

I.  GOLONGAN NASIONALIS (CINTA TANAH AIR)

            Mereka adalah orang-orang terbaik yang dilahirkan sebagai anak bangsa. Mereka mencintai saudara juga negara, sebagaimana mencintai dirinya sendiri. Mereka senantiasa menyeru kepada perbuatan-perbuatan yang membaktikan diri kepada negara serta mencegah segala perbuatan merusak.

            Cinta mereka terhadap negara sangat dalam, mendarah daging, tulus nan suci. Mereka berjuang dengan jiwa dan harta yang ada pada mereka. Tidak ada sedikitpun keragu-raguan di hatinya untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan. Mereka meyakini adanya kehidupan akherat. Mereka senantiasa mencari keridhaanNya.

            Mereka selalu berpikir, berucap dan bertindak dengan penuh kehati-hatian, ketelitian dan kewaspadaan yang tinggi. Mereka selalu berusaha berada di jalan Tuhannya. Mereka tidak merusak perjanjian yang telah diteguhkan. Baik perjanjian terhadap sesama maupun dengan Tuhannya. Mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk ; orang-orang yang sabar, yang tetap tenang, yang ikhlas, yang tidak memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan untuk dihubungkan dan hanya membelanjakan hartanya di jalan Allah.

            Mereka itulah orang-orang yang beruntung. Siapakah yang lebih baik nasionalismenya dari pada orang-orang yang ikhlas menyerahkan diri kepada Tuhannya juga negara, sedang merekapun berbuat kebaikan?

 

II.  GOLONGAN PEMBERONTAK

            Mereka nyata-nyata menunjukkan penentangan dan perlawanan terhadap negara, Pancasila dan Merah Putih. Mereka ingin melepaskan diri dari NKRI, merubah ideologi Pancasila dan mengibarkan bendera selain merah putih di bumi Indonesia. Hati mereka diliputi kebencian. 

            Sesungguhnya, diberi peringatan ataupun tidak adalah sama saja bagi mereka. Hati mereka membatu. Hukumlah mereka dengan berat bila tidak bersegera kembali ke pangkuan ibu Pertiwi. Mereka tidak sekali-kali mampu menolak bencana atas dosa-dosa/kesalahan-kesalahan yang telah mereka perbuat.

Tidak ada kata ampun bagi pemberontak!

 

III. GOLONGAN MUNAFIK

            Mereka adalah perusak berkedok penolong! Pengkhianat bertopeng pahlawan! Hati mereka bertentangan dengan lisannya dan lisannya tidak seiring perbuatannya. Kecintaannya terhadap diri sendiri melebihi cintanya terhadap saudara, negara bahkan Tuhannya.

           Mereka selalu mengatakan, “Kami sangat mencintai negara ini dan selalu mengadakan perbaikan atasnya, serta akan memberikan apa saja yang kami miliki untuk negara!”

Tetapi apa yang terjadi?

Mereka justru merusak serta membangkrutkannya!

           Mereka pandai berdebat dan berbantah-bantahan, mengumbar janji-janji yang tak pernah mereka berniat menepati, mencampur-adukkan antara yang hak dengan yang batil serta menyembunyikan kebenaran sedang mereka mengetahui, merasa bangga atas segala sesuatu yang belum dikerjakan serta mengatakan apa-apa yang tiada pernah mereka mengerjakannya. Tidaklah mereka beriman kecuali setipis kulit bawang, bahkan lebih tipis dari pada itu. Mereka FAKIR AKHLAK!

            Ucapan mereka tentang dunia sangat menarik hati. Tidak jarang dipersaksikan isi hatinya di hadapan Tuhan demi meraih simpati. Padahal mereka adalah pendusta-pendusta ulung. Penentang-penentang paling keras terhadap kebenaran. Mereka hendak menipu manusia, kalaupun bersumpah, mereka menjadikan sumpahnya sebagai alat untuk menipu.

            Namun jika diingatkan, “Janganlah kalian berbuat kerusakan!” Mereka berang, lalu menjawab dengan angkuhnya, “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang beriman, benar lagi berpendidikan yang akan menyelamatkan kalian juga negara ini!”

Padahal sesungguhnya, mereka adalah orang-orang yang berbuat kerusakan.

            Bila berkumpul sesamanya, mereka bersekongkol merencanakan kelicikan secara sembunyi-sembunyi. Bila dikatakan kepada mereka, “Jadilah kalian seperti saudara-saudara kalian yang beriman lagi Pancasilais!” Mereka menjawab sinis, “Akankah kami berbuat sebagaimana orang-orang bodoh itu berbuat?”

Sesungguhnya, merekalah yang bodoh, sesat lagi celaka!

            Namun bila mereka bertemu golongan nasionalis, mereka mengatakan, “Kami termasuk golongan kalian, yang berjuang demi rakyat dan negara tanpa pamrih semata-mata karena Allah!” Tetapi setelah berlalu, mereka mengepalkan tinju, lantaran kemarahan serta kebencian yang mendalam terhadap kaum nasionalis.

Sesungguhnya mereka adalah musuh yang sangat berbisa!

            Di hati mereka terdapat penyakit. Prilaku mereka nyata-nyata menunjukkan pengingkaran terhadap muatan nilai-nilai ajaran agama dan Pancasila. Mereka memperolok-olok agama dan Pancasila dengan prilakunya yang bengkok.

            Berikanlah pelajaran kepada mereka, ucapkanlah perkataan yang membekas di jiwanya. Bagi mereka hukuman yang sangat berat, karena mereka adalah orang-orang yang durhaka. Sesungguhnya mereka adalah penjahat-penjahat besar negara. Pengkhianat dan musuh yang nyata!

             Merekalah KAUM MEGA JAHILIYAH ; Segolongan manusia yang gemar melakukan dosa demi dosa di atas keyakinan mereka terhadap Tuhan YME #salamgaruda

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun